Pilpres 2019
Fakta Kemendagri Tegaskan Sandiaga Uno Bisa Kembali Jabat Wakil Gubernur DKI Jakarta
Apakah calon wakil presiden Sandiaga Uno bisa menjabat kembali menjadi wakil gubernur DKI Jakarta, jika nantinya dinyatakan kalah dalam Pilpres 2019?
Penulis: andika arnoldy | Editor: andika arnoldy
TRIBUNJAMBI.COM- Apakah calon wakil presiden Sandiaga Uno bisa menjabat kembali menjadi wakil gubernur DKI Jakarta, jika nantinya dinyatakan kalah dalam Pilpres 2019?
Untuk sementara hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menunjukkan pasangan calon presiden-calon wakil presiden, Prabowo Subianto- Sandiaga Uno, tertinggal dari paslon Joko Widodo-Maruf Amin.
Berikut fakta Sandiaga Uno bisa menjabat kembali menjadi wakil gubernur DKI Jakarta, jika nantinya dinyatakan kalah dalam Pilpres 2019
Baca: Perbedaan Nagita Slavina, Video Wajah Sebelum & Sesudah Ubah Gaya Mirip Jennie BLACKPINK
Baca: Mantan Ketua MK Prof Mahfud MD Tegaskan, Hingga Saat Ini Belum Ada Pemenang Resmi Dalam Pemilu 2019.
Baca: Tampak Lesu, Pucat dan Tak Nafsu Makan, Ternyata Ini Penyakit yang Diderita Cawapres Sandiaga Uno
1. Tak ada Aturan yang melarang
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Akmal Malik menjawab, tak ada aturan yang melarang Sandiaga kembali menjadi wagub.
"Tidak ada aturan yang melarang," kata Akmal ketika dihubungi wartawan, Kamis (18/4/2019).
2. Diserahkan pada dua partai politik pengusung.
Namun nasib Sandiaga Uno tetap ada di tangan partai pengusung yakni Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang harus sepakat mengembalikan kursi yang sebelumnya telah ditinggalkan Sandiaga.
Untuk diketahui, sudah hampir delapan bulan wagub DKI Jakarta belum juga diputuskan. Panitia khusus terkait pemilihan wagub mendek di meja DPRD DKI. Memang tidak ada batasan waktu untuk menentukan calon pendamping Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

3. Sesuai Etika
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Akmal Malik mengingatkan, secara etika, langkah itu tidak etis.
Akmal mengingatkan, jika hal itu dilakukan, harus ada argumentasi yang kuat atas inkonsistensi itu.
"Tidak ada larangan, cuma karena kita kan tidak melulu persoalan aturan. Ada etika harus diperhatikan," ucap dia.
"Ketika ingin menarik lagi harus ada argumentasi jelas kenapa ditarik. Publik pasti bertanya itu, karena haknya ada di partai pengusung," kata Akmal.
4. Namun Partai Koalisi sudah menunjuk calon pengganti Sandiaga Uno
Seperti diketahui, PKS dan Gerindra sudah menunjuk Ahmad Syaikhu dan Agung Yulianto sebagai cawagub ke DPRD DKI Jakarta. DPRD DKI Jakarta saat ini masih membentuk pansus untuk menentukan aturan terkait voting wakil gubernur.
Sebelum melenggang sebagai calon wakil presiden, Sandiaga Uno melepas jabatannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.
Dalam pidato pengunduran diri yang dibacakannya di rapat paripurna DPRD DKI Jakarta pada 27 Agustus 2018, Sandiaga memilih mengundurkan diri kendati bisa cuti dan kembali jika kalah.
"Mempertimbangkan betapa besar tugas seorang wakil gubernur, betapa berat kerja di Jakarta, dan menghindari risiko politisasi jabatan, menjauhkan dari mudharat pejabat yang mengintervensi dan menyalahgunakan birokrasi, anggaran, dan fasilitas, maka saya memilih ikhlas berkorban untuk tidak mengambil cuti," kata Sandiaga di hadapan para anggota dewan dan pejabat Pemprov DKI, di Gedung DPRD DKI Jakarta kala itu.
Harapan PKS
Sementara itu, Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi berharap capres 02 Prabowo-Sandi memenangkan Pilpres 2019.
Dengan begitu proses pemilihan wagub DKI Jakarta yang selama ini kosong dapat terisi secepatnya.
Prabowo ditemani elite BPN Prabowo-Sandi, minus Sandi, mengklaim menang 62 persen berdasar hitung cepat internalnya.
"Pertama doa kita Pak Prabowo dan Pak Sandi menang. Lalu proses wagub juga lancar," kata Suhaimi saat dikonfirmasi TribunJakarta.com, Kamis (18/4/2019).
Kursi wagub DKI Jakarta kosong selama delapan bulan yang ditinggalkan Sandi sejak Agusus 2018 karena maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo di Pilpres 2019.
Kursi wagub DKI Jakarta yang sedianya jatuh untuk PKS kini belum juga terisi dan entah sampai kapan prosesnya akan berakhir.
Suhaimi berharap proses tersebut bisa segera terlaksana, apalagi Pilpres 2019 sudah digelar.
"Habis pemilu ini, mungkin kita (partai pengusung wagub) mulai berjalan normal, dan pansus sudah berjalan. Pekan depan mudah-mudahan," ungkap Suhaimi.
Untuk diketahui, sebelumnya DPRD DKI Jakarta telah sepakat untuk membentuk panitia khusus yang terdiri dari anggota fraksi untuk kelanjutan pemilihan wagub DKI Jakarta.
Setelah melewati proses pengusungan calon yang cukup panjang, proses pemilihan DKI II itu kini sudah sampai di tangan DPRD DKI. Pansus yang dibentuk itu, nantinya bertugas untuk menyusun tata tertib pemilihan.
Namun penyusunan pansus tersebut hingga kini belum terlaksana. Alasannya, baru beberapa fraksi saja yang mengirimkan nama-nama untuk diajukan sebagai anggota pansus tersebut.
Apalagi sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta pun sebelumnya juga mengaku sibuk mengurus pileg untuk 17 April 2019 kemarin.
"Tunggu proses pemilu selesai semua, iya Insha Allah minggu depan pembahasan soal wagub kembali di mulai," katanya. (Nibras Nada Nailufa)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisakah Sandiaga Kembali Jadi Wagub DKI?"
Ekspresi Sandiaga saat Prabowo deklarasi
Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno selama hampir 10 menit saat Prabowo menyampaikan deklarasi kemenangan, tidak berbicara sama sekali di depan media. Wajahnya terlihat lebih pucat dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Kepalanya terlihat terus tertunduk beberapa kali saat Prabowo Subianto mendeklarasikan diri sebagai pemenang Pemilu 2019.
Mengenakan kemeja polo berwarna biru, Sandiaga sesekali bertepuk tangan dan mengangkat jari jempol dan telunjuk khas pasangan tersebut ketika Prabowo Subianto berbicara.
Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari pengusaha tersebut saat dimintai pendapat. Ia hanya tersenyum dan memegang tenggorokannya. Kemudian masuk ke dalam rumah, ketika Prabowo menyapa pendukungnya yang berkerumun di luar pagar.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Priyo Budi Santoso menceritakan ketika 15 menit berbicara dengan Sandiaga di dalam sebelum acara deklarasi. Priyo mengaku hampir tidak bisa mendengar suara Sandiaga karena terlalu serak dan pelan.
"Saya hampir tidak bisa mendengar. Dia bilang sakit tenggorokannya kalau bicara," ujarnya di depan Kediaman Prabowo, Jakarta, Kamis (18/4).
Ia sekaligus mengonfirmasi ketidakhadiran Sandiaga saat pidato Prabowo dan sujud syukur di depan rumah. Sandiaga pada Rabu (17/4) malam, ditemani oleh Nur Asia Uno berada di lantai 2 rumah. Ia beristirahat karena dinilai tidak memungkinkan bergabung. "Ia tidur semalam ditemani istrinya di lantai dua. Ada kamar tempat dia istirahat," jelasnya.
Sepanjang Kamis, Sandiaga berada di rumah pribadinya. Orang-orang terdekat mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu, mengatakan sedang beristirahat dan hanya makan siang bersama keluarga. Sementara untuk kesehatannya, Sandiaga sudah membaik dari sebelumnya.
“Alhamdulillah saya tadi ke dalam kondisinya sudah membaik, ‘cegukan’nya sudah hilang dan tadi bapak sedang makan siang bersama istri, ibunya Mien R Uno, dan ayahnya Henk Uno,” ujar Yuga, Anggota Tim Media Sandiaga.
Pegang 60 Persen Data C1
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Andre Rosiade mengatakan pihaknya telah memegang 60 persen data C1 dari seluruh TPS di Indonesia yang berjumlah sekitar 800 ribu. Dari data tersebut, pihaknya mengatakan sudah memegang kemenangan. Sehingga, dirasa perlu untuk melakukan deklarasi kemenangan. "Kenapa tidak? Lembaga survei saja boleh deklarasi kok. Masa Pak Prabowo tidak? Kami sudah memegang 60 persen data C1 dari seluruh TPS di Indonesia," jelas dia.
Data tersebut, katanya, akan menjadi data pembanding dan mencocokkan dengan data perhitungan oleh KPU yang sedang berjalan. Apabila ada perbedaan dengan penghitungan dari KPU dan menemukan banyak kecurangan yang bersifat terstruktur, sistematis dan masif, maka pihaknya akan membuka peluang untuk mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
"Apabila ada kecurangan yang signifikan hingga mengubah hasil pemilu, maka kami akan mengajukan sengketa ke MK," tegasnya.
Andre menyatakan hingga saat ini, BPN masih terus mengumpulkan data C1 dan laporan kecurangan dari daerah-daerah. Dalam waktu dekat diharapkan olehnya, sudah bisa terkumpul semua. BPN juga meminta kepada seluruh relawan dan pendukung untuk menjaga surat suara yang saat ini sudah berada di Kecamatan. "Kami juga meminta agar semua relawan dan pendukung memegang form C1 yang ada," tegasnya.
Sementara itu, hingga pukul 18.45 WIB dari situs hitung cepat resmi dari KPU, Capres dan Cawapres nomor urut 1 Jokowi - Maruf Amin masih memimpin dengan perolehan 57,49 persen suara pemilih. Sedangkan persentase suara pemilih Capres dan Cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno kekinian 42,51 persen. Perhitungan riil, Jokowi - Maruf masih unggul dengan perolehan 720.121 suara. Sedangkan Prabowo - Sandiaga kekinian mendapat 532.427 suara