Sejarah Indonesia
Merasa Dilangkahi, Soeharto Todongkan Pistol ke Kepala Perwira Ini Sambil Ucapkan Kalimat Menakutkan
Soeharto yang sudah sangat marah memanggil perwira tersebut dan menodongkan pistol ke kepala sang perwira
“Ibu Tien kan gak senang kalau ada perwira yang mengambil istri kedua. Dia pasti langsung nge-bisik sama Pak Harto,” tutur Rushdy.
Namun hal ini tak berlangsung lama.
Selaku pejabat presiden dan pengemban amanah Supersemar, Soeharto membutuhkan korps pengamanan pribadi terhadap dirinya.
Herman dipercayai sebagai perwira yang memimpin pengawalan Jenderal Soeharto.
Soeharto kemudian mengangkatnya sebagai Komandan Komando Satuan Tugas (Kosatgas) Supersemar dengan pangkat kolonel.
Karier militer Herman bahkan kian menanjak sebagai perwira tinggi berpangkat brigadir jenderal.
Atas rekomendasi Panglima ABRI, Jenderal Maraden Panggabean, Herman dipromosikan menjadi Komandan Korps Markas Hankam.
Ketika pemerintah merencanakan membangun Markas Hankam ABRI di Cilangkap, Herman menjadi Ketua Tim Perencanaan Sarana Perlengkapan dan Peralatan.
Di saat itulah Ibu Tien Soeharto memanggil Herman ke kediamannya di Jalan Cendana.
Ibu Tien berkeinginan membangun Taman Mini Indonesia Indah yang semula direncanakan di kawasan Sunter.
Namun karena dianggap kurang luas, Herman mengusulkan mencari tanah di pinggiran Jakarta, yaitu di sekitar Bambu Apus, Jakarta Timur.
Herman mengenal wilayah itu dengan baik karena berdekatan dengan Markas Hankam di Cilangkap.
Usulan itu diterima.
Maka dibentuklah Panitia pembangunan Proyek Taman Mini Indonesia Indah.
Herman ditunjuk untuk tugas pembebasan lahan proyek Taman Mini.
Di masa ini, Herman ikut mendapat untung dan banyak mendulang aset penting baginya.
“Hermans Sarens Sudiro, seorang petinggi di yayasan Harapan Kita yang diketuai oleh Nyonya Soeharto. Herman juga manajer harian Taman Mini Indonesia Indah,” tulis George Junus Aditjondro dalam Korupsi Kepresidenan.
Hubungan dengan Soeharto kembali merenggang setelah kerusuhan Malari pecah.
Ada tudingan yang mengatakan Herman bersama Jenderal Sumitro hendak mengadakan coup.
Akibatnya, Herman ditendang ke Madagaskar sebagai duta besar.
Kendati patronase itu tak putus sepenuhnya, Herman telah berada di luar jalur kekuasaan.
Dia pun memilih putar haluan dan mulai dikenal sebagai jenderal pebisnis.
SUMBER: Manuskrip otobiografi berjudul Cerita Seorang Tentara: Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro.
