Kisah Misteri Kopassus Tersesat di Hutan Papua Lakukan Evakuasi hingga Penyamaran Elite Militer

Banyak kisah menarik dan misteri yang diceritakan oleh prajurit TNI dalam bertugas. Ini kisah perjuangan seorang prajurit di medan Papua.

Editor: Suci Rahayu PK
IST
Ilustrasi Kopassus 

Kisah Misteri Kopassus yang Tersesat di Hutan Papua saat hendak Lakukan Evakuasi hingga Penyamaran Elite Militer

TRIBUNJAMBI.COM - Banyak kisah menarik dan misteri yang diceritakan oleh prajurit TNI dalam bertugas.

Ini kisah perjuangan seorang prajurit di medan Papua.

Tanah Papua dikenal berat dengan hutan yang begitu luas.

Baca: Kenangan Pahit Pasukan Elite Inggris Lawan Kopassus, Pertempuran Tak Terlupakan di Hutan Kalimantan

Baca: Cerita Lucu dan Berbahaya di Dalam Pesawat, Jangan Pernah Lakukan Itu!

Baca: Ramalan Kesehatan Zodiak Sabtu 13 April 2019 - Taurus Kebiasaan Makanmu Diperbaiki, Cancer Depresi

Kisah ini tertulis dalam buku ‘Kopassus Untuk Indonesia’ karya Iwan Santosa dan E.A Natanegara.

Ada cerita aneh, lucu, seram, ajaib dan konyol dari prajurit Kopassus yang ditugaskan di Papua.

Mulai dari carita prajurit yang tersasar di hutan yang hanya memakai kaos dan sepatunya untuk bertahan hidup.

Prajurit Kopassus
Prajurit Kopassus ()

Sampai cerita prajurit heroik tergantung di ketinggian hampir 5.000 meter di dinding karang pergunungan Jayawijaya selama empat hari, berusaha mengevakuasi jenazah korban pesawat tanpa bantuan alat ekskavasi hanya menggunakan baju loreng.

Seperti kisah seorang anggota Kopassus. Dalam buku itu namanya disamarkan dengan nama Pak Selvanus (bukan nama asli).

Baca: 6 Zodiak Diprediksi Bakal Kaya Raya Tahun 2019, Kamu Termasuk?

Baca: Ramalan Kesehatan Zodiak Sabtu 13 April 2019 - Taurus Kebiasaan Makanmu Diperbaiki, Cancer Depresi

Saat dikirim ke Papua, Selvanus ditempatkan sebagai Komandan Pos di Timika yang waktu itu sangat rawan kerena keberadaan Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi yang cukup rajin membunuh tentara.

Dua pekan sekali Selvanus mendengar ada anggota TNI yang terbunuh.

Sampai suatu hari, turun perintah dari Pangdam untuk menggerebek suatu desa markas OPM yang jaraknya enam hari jalan kaki dari Posko Timika.

Selvanus meminta prajurit-prajurit terpilih dari Batalyon 752 Sorong untuk dibawa menyerbu desa markas OPM.

Pasukan tersebut berangkat pada bulan Oktober.

Di hari kelima mereka bertemu sungai dengan arus sangat deras untuk diseberangi.

Dari sepuluh prajurit, satu persatu berhasil menyebrangi sungai tersebut. Saat prajurit keenam ingin menyebrang, lucunya prajurit ini tidak bisa berenang.

“Kebetulan saya jago berenang, jadi ketika saya lihat prajurit itu masuk ke dalam pusaran air di tikungan sungai, saya juga ikut masuk menyelam. Akhirnya ia terbuang dan terus saya ikuti. Sampai suatu titik sungai itu hilang jadi air terjun. Ya saya minggir,” kata Selvanus.

Sampai akhirnya dia menepi. Tinggallah Selvanus sendiran di hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, pakai baju basah tanpa bekal.

Prajurit Kopassus
Prajurit Kopassus (Instagram)

“Lima orang sudah menyeberang, tiga orang belum menyeberang dan saya hanyut bersama si Kopral. Ini adalah satu-satunya motivasi saya untuk bertahan dan mencari si Kopral, karena anak buah saya yang di sungai pasti bisa saling menolong,” ujar Pak Selvanus.

Besoknya, walau tidak makan sehariaan Selvanus masih optimis anak buahnya tersangkut dan selamat.

“Di sinilah mungkin saya terlalu asyik mencari sehingga ketika mau balik, saya sudah tidak bisa kembali lagi. Di kepala saya, saya harus mencari arah ke Timika untuk lapor ke Komandan dan melanjutkan mencari anak buah yang hilang. Tidak terasa sudah masuk hari keempat. Sepatu saya sudah hilang karena hanyut ketika dibuka waktu tidur. Hari keenam saya sudah di ambang sadar,” cerita Selvanus.

Selvanus tidak bisa lagi menceritakan secara detail apa yang terjadi selama menghilang di hutan.

Baca: BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Banggai Laut, Sulteng hingga Terjadinya 20 Kali Gempa Susulan

Yang diingat, dia berusaha bertahan hanya makan akar tanaman, pucuk pinang atau daun-daunan yang tidak beracun.

“Hari keenam itu saya sudah melihat alam lain. Saya mulai ngobrol dan komunikasi. Mungkin halusinasi kerena saya mendengar suara kampung, suara masjid, suara orang nyanyi-nyanyi di gereja,” tuturnya.

Di hari keenam itu, yang diingat Selvanus hanya ketika waktu bangun tidur jam dua belas siang dan ketika bangun tidur, sisanya tidak diingat lagi.

Anehnya, dia masih bisa terus berjalan sampai hari kesebelas dan menyeberangi sungai dengan lebar 200 meter sebelum tiba di Timika.

Menurut Wakil Komandan Satgasnya yang waktu itu berada di Jayapura, Selvanus tiba di Timika hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar liar seperti penari kecak dan telapak kaki bengkak penuh dengan potongan (bukan dari atau serpihan tapi potongan) kayu.

Empat orang dokter dari Freeport turun untuk memeriksanya dan dia dinyatakan sehat, bebas mulai dari cacing tambang sampai malaria.

“Setelah dinyatakan sembuh saya diundang datang ke Jayapura untuk makan-makan dengan Danjen, Pangdam dan staf-stafnya. Anehnya, makanan satu meja itu semua habis saya makan sendiri!” cerita Selvanus dengan tertawa mengingat kejadian itu.

Selvanus melanjutkan menceritakan selama hidup di hutan dia tidak sendiri melainkan, ada yang menemani namun makhluk yang hidup di dunia lain.

“Saya makan banyak begitu bukan balas dendam, tapi rupanya ada yang ‘ikut.’

Tiba-tiba saya ingat bahwa saya salama di hutan memang selalu ditemani tiga orang.

Kalau matahari sudah terbenam, satu memijat kaki, satu memijat pundak dan satu lagi berbagi rokok sama saya.

Alamnya sudah lain.

Motivasi saya waktu sadar kalau jam dua belas siang tinggal bagaimana nasib pasukan saya?” kata Selvanus mencerita kisah anehnya.

Setelah kejadian itu, Selvanus dibawa ke orang pintar untuk dimandikan jam dua belas malam dengan air bunga.

Selesai dimandikan dia hanya mengajukan satu pertanyaan, “Kok saya ada di Jayapura?”

Cerita Selvanus selamat setelah hilang belasan hari di tengah hutan di Papua menyimpan hal misterius.

Namun dari cerita Selvanus ada contoh luar biasa, seorang komandan TNI tak meninggalkan anak buahnya saat dalam bahaya.

Baca: Ramalan Asmara Zodiak Sabtu 13 April 2019 - Scorpio Waktunya Jujur, Pisces Single Ketemu Cinta

Inilah Kisah Anggota Kopassus yang Tunaikan Misi Rahasia Menyusup ke GAM, Jadi Pedagang Durian hingga Ditempeleng Aparat

Misi-misi yang dilakukan anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) kerap menghadirkan kisah-kisah yang heroik juga berbahaya.

Salah satunya adalah apa yang ditugaskan kepada Sersan Badri untuk menyusup ke lingkaran Gerakam Aceh Merdeka (GAM) pada 2003 lalu.

Tapi ingat, Sersan Badri bukanlah nama sebenarnya.

Kita tahu, sebagai prajurit komando, para anggota Kopassus dibekali berbagai keahlian khusus.

Seperti termaktub dalam buku Kopassus untuk Indonesia karangan Iwan Santosa dan EA Natanegara, Sersan Badri ditugaskan untuk masuk ke lingkaran utama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2003.

Kopassus dan KKB
Kopassus dan KKB (Kolase/TribunJambi.com)

Sebelum ditumpas habis, GAM sempat berulah beberapa kali di Aceh.

Basis militer mereka berada di Lhokseumawe.

Sebelum memasuki GAM, selama satu tahun, Sersan Badri memetakan situasi lapangan Aceh terlebih dahulu.

Bukan perkara yang mudah bagi Sersan Badri untuk memasuki lingkaran GAM.

Misi yang dilakukan Sersan Badri bisa dibilang misi top secret alias misi super rahasia, hanya pimpinannya saja yang mengetahui misi tersebut

Sersan Badri memutuskan menyamar sebagai seorang pedagang buah durian. Ia mengirim dagangannya dari Medan ke Lhokseumawe.

Ada pengalaman unik yang dialami oleh Sersan Badri.

Dia pernah ditempeleng aparat saat melewati pos penjagaan karena diminta jatah durian.

Setelah berhasil menyusup ke GAM, kesetiaan Sersan Badri diuji.

Selama tiga bulan lebih, dia mendapat tantangan dari GAM.

Dia beberapa kali mengecoh patroli TNI agar GAM tidak bisa disergap.

Bahkan, Sersan Badri diminta meloloskan anggota GAM ke Malaysia.

Yang paling gila adalah ketika Sersan Badri diminta menyembunyikan istri Panglima GAM.

Karena misinya yang sangat rahasia dan sedikit yang mengetahuinya, dia ditembaki oleh temannya sendiri ketika GAM dikepung oleh prajurit TNI.

Setelah Idul Fitri pada 2004, perintah menangkap hidup atau mati tiga pimpinan GAM: yaitu Muzakir Manaf, Sofyan Dawood, dan Said Sanan diturunkan.

Sersan Badri memberikan informasi keberadaan tokoh penting GAM tersebut.

Dia memberitahu kepada induk pasukan bahwa ketiganya berada di Cot Girek. Kemudian tanggal dan jam penyerbuan ditetapkan.

Kopassus menyerbu markas GAM di rawa-rawa Cot Girek.

Satu target, Said Adnan dan ajudannya seorang desersi TNI berhasil dilumpuhkan.

Mereka tewas akibat tembakan di dada dan perut.

Namun, dua target lainnya berhasil lolos, yakni Muzakir Munaf dan Sofyan Dawood.

Mereka lolos dari penyerbuan karena menyingkir ke kawasan Nisam.

Kendati demikian, Sersan Badri berhasil menemukan senjata yang digunakan dan sumber dana GAM.

Tim intelijen Kopassus berhasil menemukan bongkar muat sebanyak 125 pucuk senapan milik GAM yang berhasil diselundupkan dari Thailand ke Malaysia

Sumber dana GAM berasal dari perdagangan ganja kering yang berasal dari Aceh Timur dan Aceh Utara.

Ganja tersebut dikirim melalui kapal kecil dari jalur laut ke Malaysia.

Selain itu, GAM juga meraup uang dari perusahaan besar yang beroperasi di Aceh dan warga setempat.

Mereka diwajibkan memberi dana perjuangan GAM mulai dari hewan ternak, sawah, dan kebun dikenakan pajak. (Suar.Id dan Sumber Lain)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved