Kisah Militer

Tak Mau Penyenderaan Terulang, Kopassus Bentuk Sat-81, Ini Proses Rekrutmen & Syarat Prajurit Gultor

Tak ingin teror penyanderaan pesawat Garuda Woyla terulang, TNI akhirnya membentuk unit yang mempunyai kemampuan khusus untuk penanggulangan teror

Editor: bandot
Sat-81 Kopassus 

Tak Mau Teror Penyenderaan Pesawat Garuda Woyla Terulang, Kopassus Bentuk Sat 81, Ini Proses Rekrutmen dan Syarat Jadi Prajurit Gultor

TRIBUNJAMBI.COM - Tak mau kejadian penyanderan pesawat terulang, TNI kemudian membentuk satuan khusus anti teror.

Kejadian penyanderaan pesawat Garuda Indonesia pada 28 Maret 1981 tersebut mengagetkan banyak pihak.

Pesawat tujuan Jakarta-Medan tersebut dibajak 5 orang teroris dan hendak dibawa ke Libya, beruntung akhirnya pada 31 Maret penyenderaan tersebut berhasil dilumpuhkan melalui operasi yang dilakukan oleh Kopassandha yang kini bernama Kopassus.

Tak ingin teror ini kembali terulang, TNI akhirnya membentuk unit yang mempunyai kemampuan khusus untuk penanggulangan teror.

Unit anti teror yang kemudian dibentuk yakni Sat 81 Gultor.

Unit ini diisi para prajurit terbaik Kopassus.

Misi yang dijalankan juga tak main-main, penuh risiko dan bertaruh nyawa.

Sebagai pasukan khusus TNI AD yang sangat terlatih, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memang penuh rahasia.

Baca: 31 Maret 1981, Diejek Seperti Pasukan Piknik, 3 Menit Operasi Woyla Kopassus Ini Bungkam Media Asing

Baca: Inilah yang Disebut Neraka Kopassus di Cilacap, Pantas Saja Jebolannya Disebut Pasukan Elite TNI AD

 

Baik dari segi latihan dan operasi tempurnya, sepak terjang Kopassus memang sangat dirahasiakan.

Sebagai gambaran, seorang wanita yang bersuamikan seorang prajurit Kopassus sudah sangat biasa ditinggal pergi suaminya tanpa memberitahukan jenis apa tugasnya dan juga lokasinya.

Kadang para prajurit Kopassus sendiri baru diberi tahu jenis dan lokasi misi tempurnya saat berada di pesawat terbang atau kapal laut yang mengangkutnya.

Tapi Kopassus masih memiliki pasukan antiteror yang dikenal sebagai Satuan Penanggulan Teror (Gultor) 81 yang baik misi tempur maupun misinya, bahkan para personelnya juga sangat dirahasiakan.

Sat 81 Gultor
Sat 81 Gultor (MiliterMeter.com)

Hanya saja untuk ukuran Indonesia, Sat-81 meski sangat rahasia dan berada di bawah Kopassus TNI AD telah menjadi kiblat pasukan khusus lokal.

Mulai soal latihan, kemampuan, perlengkapan hingga persejataan, dan teknik operasi-operasi senyapnya.

Sejarah Terbentuknya Sat 81
Dari sejarahnya keputusan mendirikan Gultor tidak terlepas dari peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 GA 206 Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, 31 Maret 1981.

L.B. Moerdani saat itu menjadi sutradara operasi.

Sedangkan komandan lapangan diserahkan kepada Letkol Inf Sintong Panjaitan.

Operasi pembebasan sandera yang diwarnai baku tembak itu sendiri berhasil dengan gemilang.

Unit Operasi Woyla inilah yang dijadikan cikal bakal Detasemen 81 (Den-81) yang dibentuk 30 Juni 1982.

Operasi Woyla yang Naikkan Nama Kopassus
Operasi Woyla yang Naikkan Nama Kopassus (Sripoku)

Hanya saja kalau melihat kondisi waktu itu, bisa dibayangkan repotnya menyiapkan satuan dadakan ini.

Pasalnya saat bersamaan tengah berlangsung Latihan Gabungan ABRI di Timor Timur dan Halmahera, Maluku.

Disamping operasi militer yang tengah digelar di Timor Timur sejak 1975.

Seluruh petinggi ABRI, kecuali Wakil Panglima ABRI/Pangkokamtib Laksamana Sudomo, berkumpul di Ambon.

Dengan demikian berarti hampir semua kekuatan TNI (Kopassandha) tidak berada di Jakarta.

Laporan soal pembajakan ini diterima Benny dari Sudomo yang mengirimkan telegram.

Sintong yang karena lagi sakit tidak ikut ke Ambon tengah berada di Markas RPKAD ketika telepon mengabarkan berita pembajakan itu.

Sore itu juga, Sintong mengumpulkan 70-an prajurit Kopassandha yang masih ada di markas.

Setelah diseleksi, akhirnya terpilih 35 personel.

Luhut dan Prabowo Dikirim ke Jerman
Keputusan membentuk Den-81 memang datang dari Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu Letjen TNI L.B.Moerdani.

Sebenarnya pada tahun 1979 Benny (waktu itu Benny menjabat Kepala Pusat Intelstrat) sudah pernah menyampaikan kerisauannya kepada Sintong soal makin meningkatnya ancaman teror.

Sementara saat itu ABRI belum punya pengalaman memadai menghadapi musuh berwujud terorisme.

Hasil dari pertemuan itu, Benny meminta Sintong mempersiapkan pembentukan sebuah pasukan antiteror.

Benny pun lalu memberi kesempatan kepada Sintong melakukan studi banding ke luar negeri, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat adalah tiga negara yang dikunjungi Sintong.

Kemudian Benny memerintahkan dibentuknya kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha.

Terpilih sebagai komandan pertama Mayor Inf. Luhut Panjaitan dan wakil Kapten Inf. Prabowo Subianto.

Sebagai persiapan, kedua perwira jempolan ini sebelumnya telah dikirim ke Jerman Barat untuk menyerap ilmu antiteror di GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9).

Baca: Sadis! Gara-gara ini Orang Tua Tega Himpit Anaknya dengan Beban 81 Kg Hingga Tewas & Otaknya Rusak

Baca: Jadi Istri Jenderal TNI, Bella Saphira Rela Tak Lagi Jadi Artis, Ini Rahasianya Tetap Cantik

Baca: Terekam CCTV, Pencuri Kotak Amal, Berikan Uang Rp 50 Ribu ke Penjaga Pos Ronda, Usai Beraksi

Satuan ini sebenarnya adalah satuan elit para militer kepolisian Jerman Barat yang dibentuk sebagai buntut malapetaka ‘Black September’ Olimpiade Munich, September 1972.

Diakui sejumlah perwira Sat-81, hingga saat ini GSG-9 dijadikan barometer dalam penyempurnaan organisasi beserta segala kelengkapannya.

GSG-9
GSG-9 (IST)

Reputasi yang tinggi dalam misi-misi antiteroris, memang menjadi GSG-9 model di banyak negara.

Kesuksesannya memberangus tiga dan empat pembajak airline Lufthansa di Bandara Mogadishu, merupakan prestasi spekatkuler yang makin melambungkan nama GSG-9.

Sempat Dimekarkan Jadi Grup 5 Sebelum Menjadi Satuan
Dalam perkembangan lanjutannya, Den-81 sempat mengalami penyesuaian.

Pada era 1995-2001, Den-81 dimekarkan menjadi Grup 5 Anti-Teror.

Barulah pada tahun 2001, satuan ini mengalami reorganisasi menjadi Satuan 81 Penanggulangan Teror alias Sat-81 Gultor.

Secara organisatoris, Gultor langsung dibawah komando Komandan Jenderal Kopassus.

Jabatan komandan Sat-81 (atau Grup) diisi perwira berpangkat kolonel.

Proses Rekrutmen

Mengutip dari buku 'Kopassus untuk Indonesia' yang ditulis oleh Iwan Santosa dan E.A Natanegara, perekrutan anggota Sat-81 setidaknya melewati 4 tes yang harus dilalui.

Proses rekrutmen Gultor dimulai sejak seorang prajurit selesai mengikuti pendidikan para dan komando di Batujajar.

Setelah lulus dari pendidikan tersebut, mereka lalu ditempatkan di satuan tempur Grup 1 dan Grup 2 untuk mendapat orientasi atau mendapatkan pengalaman operasi.

Kemudian mereka harus melewati tahapan ujian dengan tingkat kesulitan yang tinggi.

Mulai dari tes IQ dimana rata-rata prajurit tersebut harus memiliki IQ di atas 110.

Kemudian tes kesehatan (stakes II) standar penilaian pada tes kesehatan dengan kondisi yang meski memiliki kelainan atau penyakit derajat ringan, penyakit tersebut tidak mengganggu fungsi tubuh.

Tes jasmani (kategori BS) calon prajurit Sat 81 tersebut harus memiliki Jasmani dalam kategori baik sekali

Untuk tes Pantukhir sendiri biasanya prajurit akan diterjunkan di lapangan untuk diketahui tingkat kemampuannya.

Dari sini, mereka akan ditempatkan di satuan tempur Grup I dan Grup 2.

Baik untuk orientasi atau guna mendapatkan pengalaman operasi.

Sekembalinya ke markas, prajurit tadi ditingkatkan kemampuannya untuk melihat kemungkinan promosi penugasan ke satuan antiteror.

Personel Gultor 81 Kopassus
Personel Gultor 81 Kopassus ()

Untuk antiteror, pendidikan dilakukan di Satuan Latihan Sekolah Pertempuran Khusus, Batujajar.

Kualifikasi tambahan diberikan berupa free fall, sniper, pendaki serbu, pertempuran jarak dekat, perang kota, gerilyawan lawan gerilyawan, selain militer dan antiteror.

Total pendidikan sekitar enam bulan.

Dalam penugasan, Sat-81 bergerak dalam unit kecil yang disebut Seksi berkekuatan 10 orang atau Unit 4-5 orang.

Untuk penyamaran, Sat-81 tidak mengenakan tanda kepangkatan di lapangan.

Baca: VIDEO Pengakuan Duo Semangka Diberi Minum & Hampir Diperkosa hingga Tarif Video Call Sex

Baca: Syahrini: Uhh Enak Ya Suami Aku, Inces Sindir Setan Benci Orang yang Menikah, Sindir Nikita Mirzani?

Baca: Jarang Diekspose, Inilah Keluarga Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia, Suami, Putri Cantik Hingga Cucu

Dengan informasi yang serba terbatas, diperkirakan Sat-81 saat ini berkekuatan 1000-an personel.

Masa penugasan juga ketat, maksimal berusia 22-23 tahun.

Satgultor dilatih untuk bergerak dalam unit kecil, dengan durasi sangat cepat, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi menit.

Tapi jika yang dihadapi pasukan gerilya, bukan Satgultor yang dikirimkan.

Simulasi pasukan gultor TNI saat laksanakan operasi pembebasan sandera
Simulasi pasukan gultor TNI saat laksanakan operasi pembebasan sandera ()

Namun satuan lainnya seperti Grup 1 dan Grup 2 (kualifikasi para komando), atau Grup 3 (Sandi Yudha, operasi senyap).

Markas Sat-81 berada di kompleks Mako Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur.

Prajurit Gultor itu harus memiliki spesialisasi kemampuan tinggi.

Di antaranya adalah tembak runduk (bakduk) dan freefall atau terjun bebas.

Mereka juga memiliki regu dengan spesifikasi kemampuan khusus, yaitu Tim Pasukan Katak (Paska) dan K9 (gugus jihandak).

Namun dalam perkembangan terkini Sat-81 tidak menggunakan nama 'Gultor' lagi melainkan Sat-81 Kopassus.

Mengutip dari web resmi Kopassus.mil, Komandan Sat 81 Kopassus saat ini dikomandoi oleh Kolonel Inf Yudha Airlangga.

Berikut Nama-nama Komandan Sat 81 dari pertama dibentuk hingga sekarang

Kolonel Inf Luhut Binsar Panjaitan
Kolonel Inf Zamroni
Letkol Inf Adel Gustimego (Kolonel Inf Anumerta)
Kolonel Inf Lodewijk Freidrich Paulus
Kolonel Inf Daniel Ambat
Kolonel Inf I Made Agra Sudiantara
Kolonel Inf Nugroho Budi Wiryanto
Kolonel Inf Santos Gunawan Matondang
Kolonel Inf I Nyoman Cantiasa
Kolonel Inf R. Sidharta Wisnu Graha
Kolonel Inf Taufik Shobri
Kolonel Inf Thevi Angandowo Zebua
Kolonel Inf Tri Budi Utomo
Kolonel Inf Murbianto Adhi Wibowo
Kolonel Inf Yudha Airlangga

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved