PESAN Terakhir Terpidana Mati di Hadapan Regu Tembak Bikin Merinding: Begini Bunyi Pesannya

TRIBUNJAMBI.COM - Kontroversi seperti itulah respon jika mendengar kalimat Hukuman mati. Ada yang setuju

Editor: ridwan
Getty Images
Ilustrasi 

TRIBUNJAMBI.COM - Kontroversi seperti itulah respon jika mendengar kalimat Hukuman mati. Ada yang setuju ada yang tidak.

Detik-detik terakhir seorang terpidana mati, biasanya menjadi rahasia yang dibawa ke lubang kubur.

Namun kali ini seorang jaksa menceriterakan pengalamannya. Pagi itu, awal Januari 1980 sekitar pukul 04.30 WIB. Hari masih gelap dan sepi.

Saat sebagian besar penduduk Kota Pamekasan masih lelap, kesibukan yang menegangkan sudah tampak di penjara yang terdapat di sana.

Karena hari itu merupakan hari terakhir bagi terpidana mati Bobby (nama samaran).

Pengadilan telah menjatuhkan vonis hukuman mati atas sederet kejahatan yang dilakukannya.

Berhadapan dengan 12 penembak.

Dengan mata tertutup kain merah dia telah diikat pada dua tiang tegak lurus dengan celah ± 10 cm di belakang tubuhnya.

Di belakang tiang diberi tumpukan karung berisi pasir untuk menahan laju peluru.

Badan besar sedikit gemuk itu diikat agar tetap berdiri tegap sebelum eksekusi dan tidak jatuh tersungkur setelah menjalani hukuman mati.

Kepalanya juga diselubungi kantung kain agar mimiknya tidak terlihat regu tembak.

Di atas dua bilah papan, telapak kakinya yang telanjang itu ikut menahan beban tubuhnya.

Di sekeliling kakinya diberi daun-daun kelor yang konon merupakan "penawar" bila seseorang mempunyai jimat.

Saya berada tak jauh di depannya mengamati apakah posisinya sudah benar dan ikatan talinya cukup kuat.

Halaman
1234
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved