Percakapan Pilot Lion Air JT610

Kopilot Harvino Ucap Takbir "Allahu Akbar", Terungkap Percakapan sebelum Lion Air JT 610 Jatuh Laut

Kopilot Harvino sempat mengucap takbir "Allahu Akbar", sesaat sebelum pesawat Boeing Max 8 yang dikemudikan mengalami crash di laut. Lion Air JT 610.

Editor: Duanto AS
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Roda pesawat Lion Air JT610 di Pelabuhan JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (4/11/2018). Operasi evakuasi pesawat Lion Air penerbangan JT 610 registrasi pesawat PK-LQP beserta penumpangnya yang hatch di perairan Tanjung Karawang akan diperpanjang hingga tiga hari ke depan. 

Kopilot Harvino sempat mengucap takbir "Allahu Akbar", sesaat sebelum pesawat Boeing Max 8 yang dikemudikannya mengalami crash di laut. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan kecelakaan Lion Air JT 610.

TRIBUNJAMBI.COM - "Allahu Akbar"

Itulah ucapan takbir yang dilontarkan Kopilot Lion Air PK-LQP yang jatuh di Perairan Karawang, Jawa Barat Oktober 2018.

Kopilot Harvino sempat mengucap takbir "Allahu Akbar", sesaat sebelum pesawat Boeing Max 8 yang dikemudikannya mengalami crash di laut.

Itulah percakapan pilot dan kopilot terakhir kalinya di pesawat  Lion Air JT610 PK-LQP.

Peristiwa ini terkenal dengan sebutan kecelakaan Lion Air JT610.

Tribunmedan.com yang melansir Reuters, menuliskan Kopilot, Harvino berteriak "Allahu Akbar" di detik-detik terakhir saat pesawat mengalami malfungsi dan terus menukik turun.

Sumber anonim Reuters yang mengetahui isi cockpit voice recorder (CVR) juga mengatakan, pilot asal India, Bhavye Suneja hanya terdiam saat pesawat hendak jatuh ke laut.

Sebelum jatuh masih berdasarkan Reuters, Bhavye dan Harvino sempat panik.

Baca Juga

 Oknum Pramugari Ketahuan Mesum di Toilet Pesawat, Tarif 1X Layanan Spesial Rp 32 Juta

 Gadis-gadis Cantik Pontianak Jadi Incaran Mak Comblang, Kawin Kontrak Pria WNA hingga Penjara

 VIRAL Ketahuan, Pengemis Tua Pulang Bawa Mobil Sendiri, Satpol PP Melongo Melihatnya

 VIDEO: Gunakan Baju Pengantin Khas Jawa, Lucinta Luna Ngaku Sudah Sah Nikah & Tunjukkan Cincin Kawin

Mereka berdua juga sempat mengecek buku panduan untuk mengendalikan pesawat nahas tersebut.

Dalam percakapan tersebut sang pilot sempat meminta kopilot Harvino mengecek buku panduan dengan cepat.

Dalam 9 menit berikutnya, sistem pesawat memberi tahu pilot, bahwa pesawat dalam kondisi stall dan mendorong hidung pesawat ke bawah sebagai responsnya.

Pilot Bhavye berusaha untuk menaikkan hidung pesawat tetapi komputer masih salah mendeteksi stall.

Akibatnya, hidung pesawat terdorong ke bawah oleh sistem trim pesawat.

Normalnya, trim berguna untuk menyesuaikan permukaan pesawat sehingga tetap terbang lurus.

Sikap tenang juga terus diperlihatkan sang pilot Bhavye sepanjang penerbangan tersebut saat mengalami masalah.

Sementara kopilot Harvino sibuk mencari panduan di manual book.

Mereka bermaksud mencari tahu alasan kenapa pesawat yang dikemudikannya meluncur ke bawah, tetapi tidak dapat menemukannya, kata tiga orang sumber reuters yang mengetahui isi perekam suara kokpit dari kotak hitam atau black box pesawat.

Sekitar satu menit sebelum pesawat hilang dari radar, pilot meminta ATC untuk men-clear-kan lalu lintas sekitarnya di bawah 3.000 kaki dan meminta ketinggian 5.000 kaki yang kemudian disetujui.

Sumber-sumber Reuters mengatakan, ketika pilot masih berusaha menemukan prosedur yang tepat dalam buku pegangan, kopilot tidak dapat mengendalikan pesawat Lion Air PK-LQP itu.

Berikut beberapa fakta dan kronologi terkait penemuan kotak hitam CVR pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610.
Berikut beberapa fakta dan kronologi terkait penemuan kotak hitam CVR pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610. (Grafis Tribunnews/Ananda Bayu)

"Kondisinya seperti ujian, di mana ada 100 pertanyaan dan ketika waktu habis, Anda haya bisa menjawab 75 pertanyaan. Kemudian Anda panik. Ini bagaikan kondisi time-out," kata sumber Reuters.

Penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat yang menewaskan 189 orang di dalamnya pada bulan Oktober 2018 itu telah menghasilkan relevansi baru ketika Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat (AS) dan regulator lainnya melarang terbang model pesawat tersebut pekan lalu setelah mengalami kecelakaan lagi di Ethiopia.

Kecelakaan yang menimpa Ethiopian Airlines pada 10 Maret 2019 itu merupakan yang kedua dalam kurang dari lima bulan.

Penyelidik yang memeriksa kecelakaan di Indonesia sedang mencari tahu bagaimana sebuah komputer dapat memerintahkan pesawat untuk terjun bebas sebagai respons terhadap data dari sensor yang salah.

Mereka juga sedang mencari tahu apakah pilot yang bertugas saat itu memiliki cukup pelatihan untuk menanggapi keadaan darurat dengan tepat, serta beberapa faktor lainnya.

Ini adalah pertama kalinya isi dari perekam suara pesawat Lion Air nahas itu dipublikasikan.

"Tiga sumber tersebut meminta identitas mereka disembunyikan," tulis Reuters, Rabu (20/3/2019).

Reuters tidak memiliki akses ke rekaman atau transkripnya.

Hingga saat ini pihak Lion Air belum memberikan keterangan terkait percakapan yang dibocorkan sumber reuters tersebut.

Hanya dua menit setelah penerbangan, petugas pertama melaporkan adanya "masalah kontrol penerbangan" kepada petugas kontrol lalu lintas udara dan mengatakan pilot bermaksud mempertahankan ketinggian di 5.000 kaki, kata laporan pada bulan November.

Petugas pertama tidak merinci masalah tersebut, tetapi satu sumber mengatakan kecepatan udara disebutkan pada rekaman suara kokpit, dan sumber kedua mengatakan indikator menunjukkan ada masalah pada layar kapten pilot, dan bukannya pada layar petugas pertama.

Kapten pesawat meminta petugas pertama untuk memeriksa buku panduan referensi cepat, yang berisi daftar periksa untuk peristiwa abnormal, kata sumber pertama.

Selama sembilan menit berikutnya, pesawat itu memperingatkan pilot bahwa pesawat tengah berada di keadaan macet atau stall dan mendorong hidung ke bawah sebagai responsnya, menurut laporan itu.

Posisi macet/stall adalah kondisi ketika aliran udara di atas sayap pesawat terlalu lemah untuk menghasilkan daya angkat dan sulit membuatnya tetap terbang.

Pilot pesawat itu berusaha keras untuk menaikkan ketinggian, tetapi komputer yang masih salah mencerna informasi tentang keadaan macet, terus mendorong hidungnya menggunakan sistem trim pesawat.

Biasanya, trim menyesuaikan permukaan kontrol pesawat untuk memastikannya terbang lurus dan datar.

"Mereka tampaknya tidak tahu trim bergerak turun," kata sumber Reuters.

"Mereka hanya memikirkan kecepatan udara dan ketinggian. Itulah satu-satunya hal yang mereka bicarakan," tambahnya.

Boeing menolak berkomentar karena penyelidikan sedang berlangsung.

Pabrikan asal Amerika Serikat (AS) itu mengatakan ada prosedur terdokumentasi untuk menangani situasi tersebut.

Kru yang berbeda di pesawat yang sama di malam sebelumnya mengalami masalah yang sama (Bali-Jakarta), tetapi berhasil menanganinya setelah menjalankan tiga daftar periksa buku panduan, menurut laporan November.

Tetapi mereka tidak menyampaikan semua informasi tentang masalah yang mereka temui kepada awak di penerbangan berikutnya, kata laporan itu.

"Pilot JT 610 tetap tenang untuk sebagian besar penerbangan," kata sumber Reuters itu.

Agen investigasi kecelakaan udara Prancis, BEA, pada Selasa mengatakan rekaman data penerbangan dalam kecelakaan Ethiopia yang menewaskan 157 orang "memiliki kesamaan yang jelas" dengan bencana Lion Air.

Sejak kecelakaan Lion Air, Boeing telah mengupayakan peningkatan perangkat lunak untuk mengubah seberapa banyak wewenang yang dapat diberikan kepada Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver atau MCAS.

Sistem MCAS merupakan sistem anti macet (anti-stall) baru yang dikembangkan untuk 737 Max.

Petugas saat menurunkan 2 kantong jenazah pesawat Lion Air JT 610 di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (30/10/2018) Hingga Selasa (30/10) evakuasi terhadap 26 kantong jenazah yang berhasil ditemukan oleh tim gabungan Basarnas di perairan Karawang. ((Tribunnews/Jeprima))
Petugas saat menurunkan 2 kantong jenazah pesawat Lion Air JT 610 di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (30/10/2018) Hingga Selasa (30/10) evakuasi terhadap 26 kantong jenazah yang berhasil ditemukan oleh tim gabungan Basarnas di perairan Karawang. ((Tribunnews/Jeprima)) ()

Penyebab kecelakaan Lion Air belum ditentukan, tetapi laporan awal menyebutkan sistem Boeing yang salah, sensor yang baru saja diganti, dan kurangnya pemeliharaan serta pelatihan maskapai merupakan beberapa penyebab kecelakaan tersebut.

Pada pesawat yang sama malam sebelum kecelakaan, seorang kapten di maskapai penerbangan rekanan Lion Air, Batik Air, ikut penerbangan di dalam kokpit dan memecahkan masalah kontrol penerbangan yang sama, kata sumber reuters itu lagi. (*)

Artikel telah tayang sebelumnya di Tribun-Bali.com dengan judul; Beredar Isi Percakapan Sebelum Jatuhnya Lion Jt 610, 'Sempat Cek Buku, Kondisinya Seperti Ujian' dan Dari Berbagai Sumber

Subscribe Youtube

 Kunjungi Tempat Suci di Malam Hari, Ramalan Zodiak 21 Maret 2019, Bakal Ada Keberuntungan Nih

 Foto Mesra Agnez Mo dan Jeffrey Kopchia Mendadak Viral, Balasan Foto Mesra Gisel-Wijin Go Public

 Gadis-gadis Cantik Pontianak Jadi Incaran Mak Comblang, Kawin Kontrak Pria WNA hingga Penjara

 Oknum Pramugari Ketahuan Mesum di Toilet Pesawat, Tarif 1X Layanan Spesial Rp 32 Juta

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved