Badai Matahari Diprediksi Terjadi Besok, Dosen ITB Dhani Herdiwijaya Ungkap Dampak Bagi Manusia

Badai Matahari Diprediksi Terjadi Besok, Dosen ITB Dhani Herdiwijaya Ungkap Dampak Negatif Bagi Manusia. Sinyal ponsel dan TV digital bisa hilang

Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
(NASA)
Badai matahari kelas X yang terjadi Selasa (10/6/2014) yang dipotret kamera NASA. Badai matahari diprediksi akan terjadi lagi pada Jumat 15 Maret 2019 

TRIBUNJAMBI.COM - Masyarakat sedang penasaran dengan badai matahari yang diprediksi akan terjadi pada Jumat 15 Maret 2019, sebagaimana peringatan dari Met Office, instansi yang memberi layanan cuaca di Inggris.

Disebutkan, ahwa dampak dari badai matahari bisa melumpuhkan sinyal ponsel, tangkapan TV digital, akurasi GPS, dan yang lainnya.

Beberapa hari sebelum prediksi badai matahari itu terjadi, Dr Dhani Herdiwijaya MSc dalam kuliah umum Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membahas soal badai matahari.

Kuliah umum itu diadakan di Auditorium CC Timur ITB, Kampus Ganesha, dilansir Tribun Jambi dari laman webstite ITB.

Baca: Besok Badai Matahari Menuju Bumi - Waspada Ganggu Sinyal GPS, Ponsel dan Matikan Listrik

Baca: Bakal Ada Badai Matahari 15 Maret 2019, Ini Dampak yang Bisa Terjadi, 2700 Tahun Pernah Sampai Bumi

Pada laman ITM dituliskan, Dhani Herdiwijaya menyampaikan kuliah umum dengan judul "Cuaca Antariksa dan Dampaknya terhadap Teknologi dan Kesehatan".

Ia menyampaikan materi itu seiring kemajuan teknologi dan rasa penasaran manusia yang amat tinggi, dan penelitian mengenai iklim dan cuaca di antariksa sudah banyak dilakukan.

Menurut Dhani Herdiwijaya, sejarah mencatat pernah terjadi peristiwa besar yang sangat merugikan ketika badai matahari terjadi di antariksa.

"Ini terjadi di Inggris, listrik dan telekomunikasi terputus, saat itu mereka masih bingung penyebabnya," ungkap Dhani Herdiwijaya.

"Tetapi akhirnya sadar bahwa sebabnya bukan berasal dari bumi melainkan di luar bumi, yaitu badai matahari," katanya.

Peristiwa tersebut memiliki dampak luas. Hal itulah yang mengawali keseriusan manusia dalam memahami cuaca di antariksa.

Para peneliti memang baru saja menemukan bukti adanya badai matahari dahsyat yang pernah terjadi sekitar 2.679 tahun yang lalu.

Menurut para peneliti, peristiwa purba ini bisa menjadi badai matahari terbesar yang pernah menerjang planet ini.

Temuan ini menjadi penting bagi ilmu pengetahuan.

Sebab jika sampai terjadi hal yang serupa di era modern, ledakan plasma dan radiasi elektromagnetiknya berpotensi berdampak serius pada kehidupan di Bumi.

Baca: Besok Badai Matahari Menuju Bumi - Waspada Ganggu Sinyal GPS, Ponsel dan Matikan Listrik

Baca: Bakal Ada Badai Matahari 15 Maret 2019, Ini Dampak yang Bisa Terjadi, 2700 Tahun Pernah Sampai Bumi

Sinyal radio dan komunikasi satelit terganggu, jaringan listrik tak aktif, dan seluruh sistem modern bakal rusak, mulai perbankan hingga transportasi.

Hal itu diungkapkan Raimund Muscheler, salah satu peneliti Lund University di Swedia.

"Jika badai matahari itu terjadi hari ini, bisa memiliki efek parah pada masyarakat beserta teknologi tinggi kita. Itu sebabnya kita harus meningkatkan perlindungan masyarakat terhadap badai matahari," tuturnya, dilansir dari kompas.com.

Bukti adanya badai matahari super tersebut didapatkan para peneliti dalam bentuk partikel radioaktif yang tersembunyi di bawah lapisan es Greenland.

Para peneliti mengggunakan inti es yang diekstraksi dan memperkirakan adanya peningkatan kadar isotop berilium-10 dan klorin-36 pada es tersebut.

Kedua reaksi kimia ini membuktikan aktivitas matahari yang mencapai magnet Bumi.

Dalam peristiwa ini, para ilmuwan berpendapat jika badai yang terjadi merupakan jenis badai matahari yang sangat intens, di mana partikel yang dilepaskan termasuk proton berenergi tinggi atau disebut sebagai peristiwa proton matahari (SPE).

Sebelumnya, para peneliti telah melihat SPE yang mempengaruhi Kanada pada tahun 1989 dan Swedia pada tahun 2003.

Namun, peristiwa ini terjadi hampir 2.700 tahun lalu dan tampaknya 10 kali lebih kuat daripada badai apa pun yang pernah terdeteksi dalam 70 tahun terakhir.

"Ini merupakan partikel energi tinggi yang langsung mengenai Bumi dan juga menghasilkan badai geomagnetik," tambah Muscheler.

Peneliti juga sebelumnya telah menemukan kejadian serupa pada 774-775 Masehi dan 993-994 Masehi.

Ini menunjukkan jika badai matahari teratur terjadi.

Memahami peristiwa tersebut sekaligus mendapatkan banyak data tentu akan membantu untuk memprediksi ancaman badai matahari di masa depan dengan lebih tepat.

Termasuk juga memberikan waktu untuk mengembangkan sistem serta peralatan yang sesuai untuk menghadapi badai matahari.

Baca: Besok Badai Matahari Menuju Bumi - Waspada Ganggu Sinyal GPS, Ponsel dan Matikan Listrik

Baca: Bakal Ada Badai Matahari 15 Maret 2019, Ini Dampak yang Bisa Terjadi, 2700 Tahun Pernah Sampai Bumi

Baca: Terungkap Penyebab Facebook & Instagram Down atau Gangguan Seharian, Ini Keterangan Resminya

Baca: Pesan Nicholas Sean ke Ahok BTP: Nikmati Perjalanamu, Kami Semua Merindukanmu

"Kita harus lebih siap jika hal yang serupa kembali terjadi," ungkap Musheler. Penelitian ini telah dipublikasikan di PNAS.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved