PEROMPAK Ini Taklukan 39 Kapal Barang, Aksinya Mengerikan: Tapi Keok di Tangan Denjaka TNI

TRIBUNJAMBI.COM - Perompak Somalia sejak tahun 2006 dipandang sebagai ancaman yang paling berbahaya

Editor: ridwan
TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO
Ilustrasi: Pasukan katak TNI AL berusaha melumpuhkan perompak dalam simulasi pembebasan sandera. 

TRIBUNJAMBI.COM - Perompak Somalia sejak tahun 2006 dipandang sebagai ancaman yang paling berbahaya bagi kapal dagang yang melewati Teluk Aden dan di lepas Pantai Somalia.

Somalia berada di pintu masuk Teluk Aden menuju Laut Merah dan Terusan Suez, salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia.

Setiap tahun sekitar 16.000 lebih kapal melewati jalur ini.

Bisnis merompak konon menggiurkan. Tahun 2009 sekitar 95 kapal tercatat jadi korban.

Di antaranya terdapat 39 kapal yang ditaklukkan dengan paksa dan mereka berhasil memperoleh uang tebusan sampai sebesar AS$ 150 juta (sekitar 1,9 triliun)!

Para perompak tak hanya membajak kapal dagang, tapi juga kapal pribadi. Termasuk angkutan bantuan darurat bagi warga kelaparan di Afrika.

Dari sekian banyak kasus pembajakan yang paling terkenal adalah pembajakan supertanker milik perusahaan minyak Arab Saudi, Sirius Star pada November 2008.

Pada lambung Sirius Star yang besarnya tiga kali kapal induk Amerika Serikat itu tersimpan bahan minyak mentah yang nilainya mencapai ratusan juta dolar!

Kapal ini baru dibebaskan pada Januari 2009 setelah pemilik kapal membayar tebusan AS$ 3 juta, jauh di bawah tuntutan awal sebesar AS$ 25 juta.

"Para bandit ini berada di bawah kendali marinir dan mereka memperoleh informasi yang sangat tepat," ujar Muin Muchtar, mantan kapten armada kapal dagang Mesir yang sudah berkali-kali mengalami serangan dan kini menjadi konsultan sebuah perusahaan perkapalan besar di Abu Dhabi.

Bahkan disinyalir, jaringan bajak laut ini sekarang telah menjadi jaringan mafia.

Bos-bos mereka sesungguhnya berkedudukan di London, Daressalam, atau Dubai. Mereka inilah yang memberikan info rute, serta jadwal perjalanan kapal yang potensial.

Agar tak dirompak, kini sebagian besar kapal memasang alat penyemprot berkekuatan tinggi agar para perompak yang naik ke kapal bisa disemprot keluar!

Atau memasang meriam bersuara bising yang suaranya memekakkan sampai jarak 400 m sehingga perompak kebisingan dan sakit kepala luar biasa!

Banyak juga yang memasang kawat berduri pada pagar geladak.

Atau melamuri dinding badan kapal dengan minyak pelumas agar perompak kehilangan pegangan saat memanjat.

Pernah melihat Denjaka beraksi? Pasukan elite TNI Angkatan Laut itu memiliki keistimewaan tersendiri.

Detasemen Jala Mangkara atau Denjaka ini merupakan pasukan elite yang anggotanya memiliki kualifikasi tinggi, jauh di atas rata-rata.

Kehebatan pasukan TNI AL ini terlihat saat Denjaka Marinir TNI AL membebaskan warga negara Indonesia yang yang disandera bajak laut Somalia.

Peristiwa pembajakan itu terjadi pada 16 Maret 2011 itu disebut-sebut mirip film Captain Phillips.

Saat itu, kapal MV Sinar Kudus yang bermuatan ferro nikel berlayar dari Sulawesi menuju Rotterdam Belanda, dibajak.

TNI memburu perompak Somalia, setelah kapal yang dioperasikan PT Samudera Indonesia dibajak di perairan Laut Arab.

Presiden SBY meminta agar dilakukan langkah untuk melindungi WNI yang disandera dan membebaskan MV Sinar Kudus melalui berbagai opsi.

Markas Komando Korps Marinir menerbitkan buku tentang keberhasilan membebaskan sandera tersebut.

Buku setebal 184 halaman itu membeberkan lengkap, bagaimana rapat-rapat dijalankan, latihan dilakukan, hingga keputusan diambil Komandan Satgas Merah Putih, Mayjen TNI (Mar) M Alfan Baharudin, untuk menyergap para perompak tersebut.

Dalam pembebasan itu, dibentuklah Satgas Merah Putih. Satuan tugas militer ini dibentuk untuk menyelamatkan awak kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak, secara milter.

Satgas melibatkan dua kapal fregat, yaitu KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 dan KRI Yos Sudarso-353, satu kapal LPD KRI Banjarmasin-592 dan satu helikopter, "Sea Riders" dan LCVP.

Personel yang dikerahkan terdiri atas pasukan khusus dari Kopassus (Satuan 81/Penanggulangan Teror), Korps Marinir (Denjaka) dan Kopaska.

Sebelumnya, kapal MV Sinar Kudus milik PT Samudra Indonesia (persero) dibajak Perompak Somalia pada 16 Maret 2011. Kapal itu membawa 20 anak buah kapal (ABK).

Kapal berbobot 8.911 ton itu membawa feronikel dengan tujuan Belanda.

Tugas pokok dari Satgas Merah Putih adalah menyelamatkan 20 WNI, membawa kembali atau membebaskan kapal Sinar Kudus, bebas ke Indonesia atau melanjutkan pelayaran ke Eropa seperti rencana sebelum dibajak, dengan pengawalan TNI.

Strategi diatur

Pada 23 Maret 2011, melalui surat perintah Panglima TNI saat itu, Laksamana Mar Agus Suhartono.

Strategi diatur. Helikopter Bolkow yang berpangkalan di KRI Yos Sudarso melakukan pengintaian pada 4 April 2011.

Sempat tercetus untuk melakukan operasi pada malam hari dengan memanfaatkan kegelapan malam.

Namun, keberhasilan fifty-fifty karena lokasi para ABK belum diketahui.

Satgas Muhibah yang melakukan pengintaian terus memberi laporan perkembangan.

Selain penyiapan operasi militer, pihak PT Samudera Indonesia juga melakukan negosiasi dengan para perompak, mengingat keselamatan ABK harus diutamakan.

Akhirnya, pada 30 April, pembayaran dilakukan PT Samudera Indonesia kepada para perompak.

Namun, di tengah waktu itu, para perompak terjadi perselisihan. Pembebasan kapal dan ABK menjadi kian tak pasti.

Ada kemungkinan, setelah dibebaskan akan ada kelompok lain yang menyandera.

Misi pembebasan nakhoda kapal Indonesia

Saat itu, pasukan Denjaka (Detasemen Jalamangkara) segera mengejar para perompak yang turun dari MV Sinar Kudus, sekaligus mencegah pembajakan ulang.

Sejumlah perahu milik perompak dikejar dan ditenggelamkan. Para perompak juga dihabisi.

Satgas Merah Putih melakukan operasi militer dan melakukan pengejaran hingga ke garis pantai Somalia, setelah para sandera dibebaskan

Atas keberhasilannya membebaskan seluruh ABK, Kolonel Laut (Pelaut) Achmad Taufiqoerrochman diberikan kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi menjadi Laksamana Pertama TNI.

Presiden juga memberikan tanda jasa Santi Dharma.

Tanda jasa itu untuk Letkol (Infanteri) Sabri (Danton Ban Sat-801/Gultor), Kolonel (Marinir) Suhartono, (Dandenjaka) dan Letkol (Penerbang) Ronald Lucas Siregar (Pilot Boeing 474-400) yang bertugas dalam misi pembebasan itu.

Itulah kekuatan Denjaka, satu di antara pasukan elite yang dimiliki TNI.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved