Viral, Kisah Bocah Yuda Sendirian Rawat Ayahnya yang Tumor Otak, Menangis karena Kelaparan

Kisah Yuda yang mengharukan tersebut diunggah oleh akun Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin pada Minggu (10/3/2019).

Editor: Nani Rachmaini

Viral, Kisah Bocah Yuda Sendirian Rawat Ayahnya yang Kanker Otak, Menangis karena Kelaparan

TRIBUNJAMBI.COM-Seorang bocah bernama Yuda merawat ayahnya seorang diri.

Yuda yang baru berusia 12 tahun, harus merasakan cobaan yang cukup berat.

Ayahnya yang bernama Iwan menderita tumor otak, sering mengalami kejang-kejang.

Dia harus merawat sang ayah seorang diri karena ibunya pergi meninggalkan mereka.

Kisah Yuda yang mengharukan tersebut diunggah oleh akun Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin pada Minggu (10/3/2019).

"Ayahnya, Pak Iwan tumor otak, dan akhir2 ini sering kejang2 mungkin juga karena stress, selalu curhat perihal istrinya yg pergi dan minta cerai meninggalkannya yg sakit dan 2 anak2 kecil dan 1 sdh besar kerja diluar kota," tulis akun tersebut.

Tampak bapak tersebut sedang kesakitan sambil meremas-remas dadanya.

"Sakit banget. Kalau kemarin belum pas di rawat di sini. Pulang ke rumah teduh, habis salat magrib dadakan sakit banget," ujarnya.

Baca: Baru Ketemu Lagi Suami Syahrini, Artis Ini Kaget Lihat Perubahan di Wajah Reino Barack

Iwan mengaku tidak ada pihak keluarga yang bisa menemani kecuali anaknya karena semua pada sudah berkeluarga dan sibuk.

Yuda tampak menangis mendampingi sang ayah yang terbaring. Di video yang lain, Yuda kelaparan karena dari pagi menunggu sang ayah di UGD.

Sambil menyantap makanan, Yuda tampak menangis dan Iin, pemilik akun @rumah_teduh_sahabat_iin, mencoba menenangkannya.

Diketahui, Rumah Teduh Sahabat Iin merupakan rumah singgah yang memberikan tempat tinggal bagi para pasien dhuafa yang sakit keras dan keluarga yang sedang berobat di Ruma Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Warganet pun ramai mendoakan kesembuhan ayah Yuda.

doyanmaangan: Ya Tuhan semoga semuanya baik2 saja diperlancar proses penyembuhannya dan semoga slalu diberkahi dan slalu jdi berkat @rumah_teduh_sahabat_iin semangatt yudaa. (*)

Ayah dan Ibu Meninggal, Murid SD Jualan Cilok Pulang Larut Malam Demi Dua Adiknya
Ayah dan Ibu Meninggal, Murid SD Jualan Cilok Pulang Larut Malam Demi Dua Adiknya
 
Tribun Jakarta

Kisah Muhammad Saputra (12), bocah yatim piatu di Tangerang Selatan berjualan cilok demi menghidupi dua aiknya yang masih kecil viral di media sosial.

Di usianya yang masih belia, Muhammad Saputra terpaksa bekerja keras. Bahkan ia harus pulang ke rumah larut malam.

Muhammad Saputra berjualan cilok setelah ayah dna ibunya meninggal dunia.

Sang ayah meninggal dunia sekitar satu tahun lalu karena menderita sakit paru-paru.

Sementara itu, ibunya yakni Siti Nurhayati meninggal dunia ketika melahirkan si bungsu Arsyad.

• Kisah Viral Hati Sang Ibu Hancur saat Tahu Dua Anaknya Mencari Makanan Sisa di Tong Sampah

Meski harus bekerja keras, Muhammad Saputra seperti tak menghiraukan nasibnya.

Senyuman selalu terlihat di wajah Muhammad Saputra sambil menjual cilok menggunakan sepeda.

Kehidupan yang dijalani Muhammad Saputra tidak seperti anak-anak diusia sebayanya yang menghabiskan waktu untuk bermain.

Bocah lelaki berusia 12 tahun itu harus berjualan cilok demi menghidupi kedua adiknya yang masih kecil.

Muhammad Putra dan kedua adiknya yakni Renaldi Setiawan (7) dan Arsyad Nurardiansyah yang masih berusia 10 bulan ini merupakan yatim piatu.

Bocah yang kini duduk dibangku kelas III Sekolah Dasar (SD) itu berjualan cilok agar tetap bisa bersekolah dan memberi makan kedua adiknya.

Ia tinggal di Jalan H Sarmili RT 02/02, Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Dirumah sederhana yang berada di kawasan pengepul rongsokan, Saputra tinggal bersama satu kakak perempuan Siti Julaiha (17) dan dua adiknya.

Siswa kelas III SD 01 Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan itu sebelumnya sempat mengamen hingga akhirnya berjualan cilok.

Saputra baru berjualan cilok sekitar dua bulan terakhir berkeliling menggunakan sepedanya.

Sudah dua bulan Putra merelakan waktu bermainnya untuk berjualan cilok tusuk menggunakan sepeda selepas pulang sekolah.

Simak videonya:

Bahkan, ia harus berjualan hingga larut malam demi mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.

"Jualan cilok goreng buat beli susu adek," ujar Putra.

Sementara Putra berkeliling berjualan cilok mencari rupiah, sang kakak, Siti Julaiha (17) mengurus si bungsu di rumah.

Julaiha sudah menikah, dan suaminya bekerja sebagai sopir angkot.

"Habis sekolah dagang cilok, pulangnya bisa jam 12 atau jam 9 malam. Sampai Bintaro Xchange atau Bintaro Plaza," jelas Putra dikutip TribunnewsBogor.com dari Warta Kota.

• 6 Tahun Menjalin Asmara, Nenek Sukinem Tewas di Tangan Kekasih Berondongnya Seusai Bercinta

Putra menambahkan, cilok-cilok itu ia jual seharga Rp 2.000 per tusuk.

Jika dagangannya itu dibawa ke sekolah, teman-temannya pun sering ikut membeli ciloknya.

"Kadang bawa 100-200, kalau jual di sekolah lumayan laku," tambahnya.

Sepeda tua yang catnya sudah tak terlihat warnanya lagi itu dimodifikasi sedemikian rupa, agar di bagaian boncengannya bisa terpasang keranjang untuk membawa cilok.

"Sampai jam 12 malam, kadang kalau jam sembilan sudah habis ya pulang," ujar Putra saat ditemui di kediamannya dikutip dari Tribun Jakarta.

Sehari ia membawa 250 tusuk cilok. Putra menjual ciloknya seharga Rp 2 ribu per tusuk. Namun laiknya orang dagang, tidak jarang ciloknya tidak laku.

"Biasanya kalau enggak habis, dikasih ke tetangga," ujarnya.

Sang Kakak, Julaiha mengatakan, modal awal berjualan cilok itu sekira Rp 200 ribu.

Putra yang sekolah pada siang hari, akan diantarkan ciloknya oleh Julaiha pada pukul 14.30 WIB saat jam istirahat.

"Modalnya sekitar Rp 200 ribu," ujar Julaiha yang sedang menggendong Arsyad di rumahnya.

Pulang sekolah, pukul 17.00 WIB, bocah mandiri itu akan berkeliling sekitar Bintaro menjajakan cilok tusuknya menggunakan sepeda.

Satu di antara gurunya di SDN 01 Jurang Mangu Timur, Diah Indah Puspitasari menjelaskan Putra merupakan sosok yang supel dan gampang bergaul dengan teman lainnya.

"Dasarnya anaknya baik, mudah bergaul, anaknya juga nurut," ujarnya saat ditemui di kantornya, Rabu (13/2/2019).

Meski begitu, Diah yang pernah mengajar Putra mengaku bocah 12 tahun itu memiliki kesulitan dalam membaca.

Jika berkaca pada umurnya, Putra seharusnya sudah berada di kelas 6 atau 1 SMP.

"Dia sempat tidak sekolah lama, terus lanjut sekolah lagi jadi masih kelas 3 SD sekarang," ujarnya.

"Dia bacaannya itu agak susah, tapi di sini dibantu kalau ada waktu kosong dibantu dilancarin," lanjut Diah.

Dari informasi yang dikumpulkan, Putra sempat mengikuti orangtuanya ke Indramayu selama beberapa tahun sehingga meninggalkan sekolahnya.

Di sisi lain, menurut Diah, Putra memiliki kemampuan hitung menghitung yang baik berbeda dengan pelajaran lainnya yang mengharuskan untum membaca.

"Matematikanya bagus, mungkin karena dia sudah dagang dari kecil ya," jelasnya.

(Tribunnewsbogor.com, Damanhuri)

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Ayah dan Ibu Meninggal, Murid SD Jualan Cilok Pulang Larut Malam Demi Dua Adiknya

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul Kisah Bocah Berusia 12 Tahun Merawat Ayahnya yang Sakit Kanker Otak, Ibunya Pergi Tinggalkan Mereka

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved