Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 Dibubarkan Polres Tana Toraja, Panggung Langsung Dibongkar

Ajang Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 di Toraja Utara dibubarkan oleh personel Gabungan Polres Tana Toraja, Rabu (6/3/2019).

Editor: bandot
tribratanews.tanatoraja
Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 Dibubarkan Polres Tana Toraja, Panggung Langsung Dibongkar 

Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 Dibubarkan Polres Tana Toraja, Panggung Langsung Dibongkar

TRIBUNJAMBI.COM - Ajang Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 di Toraja Utara dibubarkan oleh personel Gabungan Polres Tana Toraja, Rabu (6/3/2019).

Acara yang diikuti oleh 31 orang finalis dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan tersebut urung terlaksana karena keburu dibubarkan polisi.

Sekitar pukul 19.00 WITA, personel gabungan dari Polres Toraja Utara langsung membongkar panggung di Objek Wisata Puncak Tertinggi Negeri Diatas Awan Pong Torra kecamatan Kapalapitu kabupaten Toraja utara.

Mengutip dari website resmi Polres Tana Toraja, tribratanews.tanatoraja, pembubaran tersebut dilakukan karena acara yang dihadiri oleh 100 undangan ini tak memiliki izin.

Baca: Serda Yusdin Gugur Ditembak KKB Bersama 2 Rekannya, Sempat Buat Pesan Pertanda Ini ke Sang Kekasih

Baca: Anggota Kopassus Serda Yusdin Gugur Ditembak KKB Nduga Papua, Terkenal Berani dan Pantang Mundur

Baca: Seminggu, Tim Gabungan Telusuri Empat Hutan untuk Cari Penggembala Sapi yang Hilang di Hutan Kerinci

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Panitia pelaksana bekerja sama dengan Kerukunan waria se-sulsel (KWSS) tidak memperoleh izin kegiatan baik dari pemerintah setempat maupun dari Polres Tana Toraja.

Pihak penyelenggara menyebutkan Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 diikuti 31 orang finalis dari setiap daerah se-Sulsel serta dihadiri sekitar 100 orang undangan.

Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 Dibubarkan Polres Tana Toraja, Panggung Langsung Dibongkar
Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 Dibubarkan Polres Tana Toraja, Panggung Langsung Dibongkar (tribratanews.tanatoraja)

Namun belum sempat acara tersebut berlangsung sudah keburu dibubarkan oleh polisi.

Personel gabungan Polres Tana Toraja yang terdiri dari Personil Sat. Intelkam, Resmob dan anggota polsek Rindingallo dipimpin Kanit Resmob IPDA Iskandar A meminta acara tersebut tak digelar.

Polisi juga meminta para peserta untuk tak lagi mengikuti acara tersebut.

Kanit Resmob Sat Reskrim Polres Tana Toraja Ipda Iskandar mengatakan bahwa penghentian kegiatan ini karena tidak mengantongi izin.

Selain itu kegiatan ini juga mendapat perhatian dari Kapolres Tana Toraja AKBP Julianto P Sirait, SH.

Baca: Terkuak Suami Sri Mulyani, Tidak Diketahui Publik, Tapi Pendukung Utama Karir Sang Istri Mendunia

Baca: Kisah Manusia yang Dikutuk Jadi Batu di Situs Solok Sipin

Baca: PELURU Terakhir Regu Tembak, Tepat Mengenai Batok Kepala: Mengejutkan Tahanan Ini Bertahan Hidup

“Kami menghimbau kepada seluruh pihak yang ada disini agar tidak melanjutkan kegiatan pemilihan Miss Duta pariwisata Waria 2019," kata Iskandar.

Polisi juga memperingatkan agar panitia dan peserta untuk bekerjasama mentaati lrangan dari kepolisian tersebut.

"Mari bekerja sama yang baik sehingga kami tidak perlu melakukan tindakan-tindakan kepolisian lebih lanjut” kata Ipda Iskandar.

Usai membubarkan acara tersebut, polisi juga membongkar panggung tempat dilaksanakannya Miss Duta Pariwisata Waria 2019 tersebut.

Pemilihan Miss Duta Pariwisata Waria 2019 tersebut ternyata sebelumnya bakal diselenggarakan di Kota Palopo, namun tidak mendapatkan Izin dan berpindah ke Toraja Utara.

Sebutan Untuk Waria di Luar Negeri

Di Indonesia, istilah waria digunakan untuk menyebut pria yang suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-harinya.

Masyarakat Indonesia sendiri tidak mengakui adanya jenis kelamin lain selain laki-laki dan perempuan, karena dianggap menentang kodrat dari sang pencipta.

Ini diperkuat dengan adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang kedudukan waria merunut hasil sidang pada 11 Oktober 1997 dimana waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin) tersendiri.

Waria, sama halnya dengan istilah ladyboy yang ada di Thailand, di mana laki-laki berpenampilan laiknya perempuan, dan bahkan mengubah organ intimnya menjadi perempuan.

Nah ternyata, di negara-negara lain, ada istiah yang berbeda untuk menyebut laki-laki yang berperan berlawanan dengan jenis kelamin mereka.

 

1. Guevedoces di Republik Dominika

(BBC)

Beberapa suku di Republik Dominika mengenali jender ketiga yang disebut guevedoce – laki-laki yang tidak memiliki organ intim laki-laki.

Dalam kasus ini, organ intim laki-lakilebih terlihat seperti organ intim perempuan sehingga menyebabkan orangtua percaya bayi mereka adalah perempuan.

Sejak kecil anak-anak tersebut diberi nama dan dibesarkan sebagai perempuan, sampai tiba-tiba organ intim laki-laki mereka tumbuh saat masa pubertas.

Pada tahun 1970-an, Dr. Julianne Imperato-McGinley dari Cornell Medical College melakukan perjalanan ke Republik Dominika untuk menyelidiki hal tersebut.

Rupanya, anak laki-laki yang lahir saat bayi ternyata memiliki organ intim. Hanya saja karena kelainan genetik, membuat tubuh mereka menghasilkan enzim 5-alpha-reductase yang tidak mencukupi untuk memiliki penis.

Tanpa hormon ini, embrio memiliki vagina. Penis hanya muncul saat pubertas karena tubuh memproduksi lebih banyak testosteron pada saat itu, menyebabkan perkembangan fitur maskulin.

Namun, beberapa guevedoces tidak menyukai perubahan seks mendadak sehingga mereka melakukan operasi pergantia kelamin untuk tetap menjadi perempuan.

2. Sekratas di Madagaskar

(introtoqueerstudies.wordpress.com)

Orang-orang Madagaskar mengakui adanya jenis kelamin ketiga yang disebut sekratas. Mereka adalah anak laki-laki yang dibesarkan sebagai perempuan dan tumbuh menjadi perempuan.

Sekratas biasanya memiliki karakteristik feminin, menyebabkan banyak orang menganggap bahwa sekratas adalah wanita di balut tubuh pria.

Baca: Respon Rio Dewanto Soal Pertanyaan Netizen Akan Ratna Sarumpaet dengan Muka yang Bengkak

Sekratas percaya mereka adalah perempuan dan berbicara serta berperilaku seperti perempuan.

Sekratas biasanya ditakuti dan diyakini memiliki kekuatan gaib. Dipercaya, mereka dapat mengutuk orang-orang yag menghinanya.

3. Fa'afafines di Samoa

(samoaobserver.ws samoaobserver.ws)

Orang-orang di Samoa mengenali jender ketiga yang disebut fa'afafine. Istilah ini merujuk pada anak laki-laki yang dibesarkan sebagai perempuan – fa'a berarti "dalam cara" sementara fafine berarti "wanita."

Fa'afafines mengkategorikan diri mereka sebagai jender yang berbeda dan menolak untuk diindentifikasi sebagai transgender atau homoseksual karena istilah tersebut menggambarkan laki-laki atau perempuan.

Mereka mengambil peran jender dan seksual yang terkait dengan perempuan, meskipun mereka juga bisa menjalin hubungan dengan perempuan atau fa'afafine lainnya .

Baca: Seminggu, Tim Gabungan Telusuri Empat Hutan untuk Cari Penggembala Sapi yang Hilang di Hutan Kerinci

Baca: REVIEW GADGET - Spesifikasi Xiaomi Redmi 7 Bocor ke Publik! Bakal Hadir di Indonesia, Ini Harganya

Baca: Momo Mirip Michael Jackson Hantui Warga Meksiko, Radio Mulai Stop Lagu King of Pop

Fa'afafines diyakini dilahirkan seperti itu, meskipun beberapa anak laki-laki dapat dengan sengaja berubah menjadi fa'afafines.

Tidak jarang orang tua dengan banyak anak laki-laki dan tidak memiliki anak perempuan, akan membesarkan salah seorang anak laki-laki sebagai perempuan.

Jika anak tersebut menolak, orang tua mereka akan bersikeras bahwa mereka perempuan dan tersu membesarkan dengan cara itu.

Ini merupakan bentuk penyalahgunaan di sana.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved