Kisah Kopassus Bebaskan Sandera 3 Menit, Nyaris Gagal, Untung Sintong Ngotot Meski Benny Marah

Sontak Benny langsung sangat marah atas permintaan Kolonel Sintong karena merasa diremehkan.

Editor: Nani Rachmaini
Kolase/TribunJabar
Ilustrasi pasukan Kopassus operasi pembebasan sandera di pesawat 

Kisah Kopassus Bebaskan Sandera 5 Menit, Nyaris Gagal, Untung Letnan Sintong Ngotot Meski Mayjen Benny Moerdani Marah

TRIBUNJAMBI.COM - 23 Maret 1981, pesawat komersil Garuda Indonesia DC-9 'Woyla' dengan 48 penumpang dibajak lima teroris.

Karena urusan bahan bahan, bandara itu terpaksa mendarat di Bandara Don Muang, Thailand.

TNI langsung mengerahkan pasukan antiteror Kopassus di bawah komando tokoh intelien Mayjen TNI Benny Moerdani untuk melaksanakan operasi pembebasan sandera.

Pasukan yang dikomandani Kolonel Sinton Panjaitan itu kemudian melakukan berbagai latihan agar operasi pembebasan sandera berhasil dalam hitungan menit.

Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani bersama Komandan Kopasandha Brigjen Sintong Panjaitan.
Panglima ABRI Jenderal LB Moerdani bersama Komandan Kopasandha Brigjen Sintong Panjaitan. (histroria.id)

Karena jika operasi berlangsung lama, lebih dari lima menit misalnya, para penyandera bisa memiliki waktu lebih untuk melakukan perlawanan.

Baca: Pengalaman Prajurit Kopassus Gagal Ambil Senjata Musuh di Timtim, Harus Tidur di Tempat Tak Lazim

Baca: Diet Ala Militer, Hilangkan Berat badan hingga 4,5 Kg dalam 3 Hari, Ini Contoh Pola Makannya!

Baca: Wanita Ini Dilecehkan dan Dipukuli dengan Palu dan Obeng oleh Pacarnya, Korban Lain Berjatuhan

Imbasnya, bisa memakan korban jiwa lebih besar.

Ketika sekitar 30 personel pasukan antiteror latihan, mereka menggunakan senapan serbu M16A1 buatan Amerika.

Sekadar informasi, senapan serbu ini begitu populer saat Perang Vietnam meletus.

Tapi senapan M16A1 sebenarnya kurang cocok untuk digunakan dalam pertempuran jarak dekat dan efek dari tembakan pelurunya pun bisa merusakkan pesawat.

Bagaimanapun juga, tujuan operasi pembebasan sandera di pesawat DC-9 selain untuk menyelamatkan penumpangnya juga menyelamatkan pesawat agar bisa dioperasikan lagi.

Oleh karena itu Mayjen LB Moerdani kemudian menggantikan senapan M16A1 dengan senapan serbu H&K MP5 SD-2 buatan Jerman ketika operasi.

Senapan baru itu sangat cocok untuk pertempuran jarak dekat dan pelurunya yang dibuat secara khusus dan tidak akan merusak pesawat.

Korban Pesawat Woyla dan Kopassus
Korban Pesawat Woyla dan Kopassus (Kolase/Kompas.com)

Tapi yang menjadi masalah pembagian MP5 dan pelurunya dilakukan mendadak ketika pasukan berada di dalam pesawat dan sudah bersiap di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, untuk bertolak ke Bangkok.

Merasa ragu ada yang tidak beres dengan MP5, apalagi semua pasukan antiteror belum pernah menggunakannya, Kolonel Sintong pun memberanikan diri minta izin kepada Mayjen Benny untuk mencoba senjata.

Sontak Benny langsung sangat marah atas permintaan Kolonel Sintong karena merasa diremehkan.

Baca: Ternyata Bulan Lahir Bisa Tunjukkan Masa Depan Lho! Kalian Lahir Bulan Apa?

Baca: Ayah Pemuda yang Tewas Loncat dari Transmart Lampung Ungkap Sosok Polwan, Diduga Penyebab Bunuh Diri

Baca: Video 15 Kapal Nelayan Terbakar di Pelabuhan Muara Baru, Kejadian Sejak Pukul 15.30 WIB

Tapi ternyata uji coba penembakan MP5 diizinkan oleh Mayjen Benny meski pesawat sudah nyala mesinnya dan nyaris berangkat.

Mesin pesawat pun kemudian dimatikan.

Sejumlah pasukan antiteror kemudian menembakkan MP5 ke arah tanggul yang menjadi penahan panas yang keluar dari knalpot (exhaust) pesawat.

Semua senapan MP5 yang masih terbilang baru itu ternyata macet ketika ditembakkan.

Mayjen Benny pun terkejut bukan kepalang.

Mayjen Benny lalu memerintahkan ajudannya untuk mengambil peluru baru di kantornya yang berlokasi di Tebet, Jakarta Selatan, dan hanya berjarak beberapa menit dari Lanud Halim.

Pramugari dan pilot selamat. Latihan keselamatan penerbangan bertema
Ilustrasi. Pramugari dan pilot selamat. Latihan keselamatan penerbangan bertema "Aksi Demo Disertai Aksi Teror Penyanderaan Bersama Ancaman Bom dan Kecelakaan Pesawat Udara di Daerah yang Sulit", berlangsung di arena lama Bandara Sultan Thaha Jambi, Rabu (9/5) (Tribun Jambi/Wahyu Herliyanto)

Ketika peluru yang masih baru dicoba ternyata bisa meletus sempurna.

Ternyata, penyebab kemacetan ternyata peluru yang semula dibagikan sudah kadaluwarsa.

Setelah semua pasukan antiteror mencoba senjatanya dan sukses, pesawat pun bertolak ke Bangkok dan tiba pada 30 Maret 1981.

Pada 31 Maret 1981 dini hari pasukan antiteror menyerbu pesawat DC-9 Woyla yang dibajak.

Mereka sukses membebaskan sandera sekaligus melumpuhkan 5 teroris dalam waktu tiga menit.

Namun yang pasti, jika Kolonel Sintong tidak memberanikan diri mencoba menembakkan MP5, operasi pembebasan sandera bisa saja gagal.

Pasalnya kelima pembajak bersenjata pistol dan granat tangan serta merupakan orang-orang terlatih dalam penggunaan senjata api.

Baca: Satgas TMMD Kodim 0417 Kerinci Terus Bekerja Meski Diguyur Hujan

Baca: 15 Kapal Nelayan Terbakar di Pelabuhan Muara Baru

Baca: Debit Air Danau Sipin Meninggi, Fasilitas Wisata Banyak yang Terendam

(Sumber: Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas 2009).

TONTON VIDEO: Berikan Dampak Positif Diberbagai Daerah, Jaringan Gas Rumah Tangga Dirasa Lebih Hemat

IKUTI INSTAGRAM KAMI: TER-UPDATE TENTANG JAMBI

ARTIKEL TELAH TAYANG DI SUAR GRID DENGAN JUDUL GARA-GARA GANTI SENJATA...

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved