Sifat Asli Luhut Binsar Panjaitan Saat di Kopassus Terungkap, Ferdinand Hutahaean Pun Cium Tangan

Sifat asli Luhut Binsar Panjaitan diungkap oleh anak buahnya di Kopassus yang sama-sama bertugas saat di Timor Leste

Editor: bandot
Kolase/Kompas.com
Luhut Binsar Panjaitan di Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Kejadian unik debat Pilpres 2019, Ferdinand Hutahaean Juru Bicara Prabowo- Sandi yang terkenal garang tiba-tiba menunduk dan mencium tangan Luhut Binsar Panjaitan menteri Jokowi.

Kejadian tersebut saat ricuh jeda debat kedua Pilpres 2019.

Video ricuh antara Ferdinand Hutahaean dari BPN Prabowo - Sandi viral di media sosial.

Dalam video tersebut terlihat ia berbicara dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Kemaritiman) Luhut Binsar Pandjaitan.

Setelah itu ia menyalami Luhut.

Ferdinand Hutahaean terlihat berbicara dengan nada tinggi di hadapan KPU.

Dalam video, Ferdinand Hutahaean meminta KPU untuk mengingatkan calon Presiden nomor urut 01 Jokowi untuk tidak menyerang pribadi calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Tak berselang lama, terlihat di video Ferdinand Hutahaean kemudian ditarik oleh Luhut Binsar Pandjaitan.

Ketika Ferdinand Hutahaean sedang berbicara, ada sejumlah orang yang tiba-tiba saja seperti ingin menarik Luhut Binsar Pandjaitan ke tempat lain.

Baca: Viral Video Adu Mulut TKN-BPN, Ini Kata Ferdinand Hutahaean Soal Cium Tangan Luhut Panjaitan

Baca: Bermodal Handuk Basah Dimas Rampok Grab Car, Trik Ampuh Hindari Perampokan di Angkot

Baca: VIDEO: Cerita Nagita Slavina SD Suka Nyatroni Anak SMP, Ibunda Bongkar Kenakalan Masa Kecil

Baca: Fakta Supermoon Terjadi Malam Ini, Benarkah akan Terjadi Tsunami?

Baca: Ferdinand Hutahaean Itu Ngapain Cium Tangan Luhut Binsar Panjaitan? Itu Opung Saya

Namun, Ferdinand Hutahaean seakan menahan Luhut Binsar Pandjaitan agar tak ditarik.

"Ini opung saya, udah udah, opung saya ini," kata Ferdinand Hutahaean.

Lalu Ferdinand Hutahaean mengikuti langkah Luhut Binsar Pandjaitan yang menuju ke tempat duduk.

Saat di dekat tempat duduk, Ferdinand Hutahaean terlihat membungkukan badan di hadapan Luhut Binsar Pandjaitan.

Kolase foto Ferdinand dan Luhut Binsar
Kolase foto Ferdinand dan Luhut Binsar (Tribunnews.com)

Luhut Binsar Panjaitan merupakan purnawirawan Jenderal yang sangat disegani.

Sebelum menjabat sebagai Menteri kabinet Presiden Jokowi, Luhut Binsar Panjaitan

Sifat asli Luhut Binsar Pandjaitan dibongkar oleh mantan anak buahnya.

Inspektur Jenderal TNI, Letnan Jenderal Muhammad Herindra atau akrab disapa Letjen Herindra blak-blakan mengenai sifat asli salah satu Menteri Koordinator era Presiden Jokowi, Luhut Binsar Panjaitan.

Letjen Herindra mengungkap pengalamannya saat jadi bawahan Luhut Binsar Panjaitan.

Luhut Binsar Panjaitan pernah menjadi atasan Letjen Herindra di Timor Leste.

Letjen Herindra mengukap soal sosok Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan saat menghadiri Rapim TNI-Polri, Minggu (23/2/2019).

Anggota Kopassus TNI AD meneriakkan yel-yel usai peringatan HUT TNI ke-67 di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (5/10/2012). Peringatan HUT TNI tersebut bertema Dilandasi Profesionalisme, Semangat Juang dan Soliditas TNI Bersama Segenap Komponen Bangsa Siap Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah NKRI. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Anggota Kopassus TNI AD meneriakkan yel-yel usai peringatan HUT TNI ke-67 di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (5/10/2012). Peringatan HUT TNI tersebut bertema Dilandasi Profesionalisme, Semangat Juang dan Soliditas TNI Bersama Segenap Komponen Bangsa Siap Menjaga Kedaulatan dan Keutuhan Wilayah NKRI. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Dalam rapat tersebut Letnan Jenderal (Letjen) Muhammad Herindra menceritakan betapa takutnya mereka kepada Luhut Binsar Panjaitan saat bertugas di timur-timur (sekarang timur leste)

Hal ini terungkap dalam video yang diunggah Luhut Binsar Panjaitan di akun facebooknya @Luhut Binsar Pandjaitan. Minggu (23/2/2019).

03062016_LUHUT PANJAITAN
03062016_LUHUT PANJAITAN (TRIBUNNEWS/LENDY RAMADHAN)

Rapim ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2019 lalu, dan dihadiri oleh perwira-perwira terbaik dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri).

Dalam kesempatan ini seorang perwira TNI, Letjen Herindra, didaulat memberikan kata sambutan, dan ternyata perwira tersebut adalah bawahan dari Luhut Binsar Panjaitan semasa bertugas dulu.

Letjen Herindra menceritakan pengalamannya semasa dipimpin oleh Luhut Binsar Panjaitan dulu, dan hal-hal apa saja yang mereka pelajari dari Luhut Binsar Panjaitan.

"Kami perwira Kopassus lebih takut Pak Luhut daripada sama Fretilin," ujar Letjen Herindra dalam video tersebut.

Dalam tulisannya di akun facebooknya , Luhut Binsar Panjaitan pun menjelaskan secara gamblang apa yang dialami para prajuritnya tersebut saat dia pimpin.

Siapa Sosok Letjen Herindra?

Letnan Jenderal (Letjen) Muhammad Herindra adalah Inspektur Jenderal (Irjen) TNI yang diangkat Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Sebelumnya menjabat sebagai Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Hubungan Internasional Panglima TNI

Pria kelahiran Magelang, 30 November 1964 tersebut adalah lulusan terbaik Akmil tahun 1987.

Sebelum menjabat sebagai Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Hubungan Internasional Panglima TNI, Herindra diketahui pernah menjabat Pangdam III/ Siliwangi.

Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan dan Irjen TNI Letjen Herindra
Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan dan Irjen TNI Letjen Herindra (Kolase Tribun Medan)

Herindra juga sebelumnya pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.

Sebagian besar karier militer Herindra dihabiskan di Kopassus, terutama di pasukan elit Sat 81 Gultor yang dibentuk oleh Luhut Binsar Panjaitan.

Ia pernah menjabat sebagai Wadanjen Kopassus dengan pangkat brigjen pada 2013 - 2014 dan Asintel Danjen Kopassus dengan pangkat kolonel pada 2008.

Baca: Makna Istilah Unicorn Yang Jadi Pembahasan Debat Pilpres Kedua 2019.

Baca: Kasus Penculikan, Pelaku Minta Tebusan Rp 2.9 Milyar, Mayat Korban Dibuang Pakai Kantong Sampah.

Baca: Siswi SMA Dicabuli Dua Teman Main, Hanya Sebut Tiga Kata, Pelaku Langsung Kabur

Berikut cerita lengkap Luhut Binsar Panjaitan

"Kami perwira Kopassus lebih takut Pak Luhut daripada sama Fretilin," begitulah kata Letjen Herindra, salah satu mantan anak buah saya yang menceritakan kisah saat dulu kami melaksanakan tugas operasi di Timor Timur. (Sekarang Timor Leste)

Kadang nostalgia tak terduga seperti ini muncul ketika saya bertemu mantan-mantan anak buah saya. Seperti video ini yang direkam di acara Rapim TNI-Polri tanggal 29 Januari 2019 silam.

Di acara itu saya juga baru dengar apa kata mereka tentang leadership saya sebagai komandan di militer. Harus saya akui, memang betul dulu mereka itu takut sekali kalau lihat saya.

Sekarang kami tertawa bersama mendengar nostalgia itu.

Bukan lagi sebagai komandan dengan bawahan, tapi sebagai seorang senior dengan adik-adiknya yang pernah sama-sama menenteng senjata, berjalan puluhan kilometer menjelajah hutan, lalu sama-sama mengalami baku tembak dengan musuh.

Kebersamaan itu menjelma menjadi hubungan baik sampai sekarang. Respek itu timbul dan tetap ada karena pengalaman masa lalu.

Dan tidak ada yang lebih membuat saya bangga selain melihat mantan anak-anak buah saya memiliki karir yang bersinar seperti sekarang.

Lalu pertanyaannya, apakah dulu saya betul terkenal galak?

Ya. Sampai sekarang saya juga masih galak. Walaupun sekarang galaknya pakai ketawa, beda dengan dulu yang tidak pakai ketawa.

Tapi saya lebih suka memakai istilah tegas, konsisten dan disiplin, bukan galak. Sikap itu melekat dalam pribadi saya sejak dulu.

Sikap tegas seperti itulah yang menyelamatkan nyawa saya dan anak-anak buah saya berkali-kali dari berbagai tugas operasi.

Sebagai komandan, saya dulu termasuk yang paling sedikit kehilangan anak buah di medan perang.

Tidak hanya ketegasan, tapi sikap keras juga saya kedepankan saat menyiapkan mereka untuk tugas operasi. Saya tidak pernah kompromi untuk menggembleng mereka dalam latihan-latihan yang super berat.

Satu hal yang saya selalu tekankan pada para prajurit di bawah saya: lebih bagus kau mandi keringat di latihan daripada mandi darah kau di daerah operasi.

Karena kalau sampai itu terjadi nanti, yang akan kehilangan kamu adalah keluargamu, anak-istrimu.

Begitulah kehidupan kami sebagai tentara yang sebetulnya ujung-ujungnya adalah ketauladanan.

Oleh karena itu saya sebagai pimpinan juga berlatih dengan keras bahkan lebih, saya juga memanggul ransel seberat yang mereka panggul, dan kemungkinan kami mati tertembus peluru musuh di daerah operasi pun sama.

Dengan ketauladanan seperti itu, seorang komandan akan dihormati sebagai pemimpin, karena dia juga melakukan apa yang dia perintahkan pada para anak buahnya.

Sekarang mungkin sebagian dari kita menilai gaya bicara saya selalu kencang.

Bukan maksud saya mengumbar marah, tapi kalau saya sudah yakin bahwa sesuatu itu benar, saya tidak akan pernah mau mundur sejengkalpun dari keyakinan saya.

Prinsip yang juga saya pegang teguh adalah tentang kesetiaan. Maka saya tidak pernah akan mau menghianati atasan saya, teman saya, bawahan saya, apalagi NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Sumpah Prajurit.

Karena sebagai perwira saya pikir konsistensi dan dignity itu penting.

Jadi kalau kita sekedar mau saja disuruh belok kiri belok kanan, hanya demi keuntungan pribadi, saya bilang di situ kita sudah tidak punya lagi harga diri, tidak punya lagi karakter.

Kedua hal di atas, kesetiaan dan kehormatan, adalah juga yang memagari saya dari manuver yang aneh-aneh.

Maka ketika saya sudah pensiunpun, saya masih tegak lurus terhadap prinsip-prinsip itu, dengan sedikit perbedaan.

Jika dulu selalu saya ingatkan prajurit Kopassus untuk jaga nama, derajat dan kehormatan Korps Baret Merah, sekarang saya tambahkan. Bukan hanya Korps Baret Merah tetapi juga NKRI.

Ketauladanan seperti ini jugalah yang ditunjukkan oleh Presiden Joko Widodo sekarang.

Kenapa kami para pembantu-pembantunya di kabinet mau mengikuti kepemimpinan Beliau?

Itu karena ketauladanan Beliau di mana Pak Jokowi selalu memberikan contoh dalam bertindak, berpikir, dan bersikap berdasarkan karakter yang sesuai kata dengan perbuatan. Itu adalah bagian dari revolusi mental.

Contoh gampangnya, kalau presiden-nya bersih, tidak mencuri, mana berani kami menteri-menterinya mau mencuri? Tidak ada juga bisnis anak-anak dan istrinya yang terkait dengan pemerintah.

Ini seperti yang selalu saya katakan ke mana-mana, kalau kau nggak mau orang maling ya kau jangan maling dulu pertama.

Maka saya pikir, itulah kelebihan Pak Jokowi yang kita harus hormati, yang saya kira sampai sekarang Beliau masih pemimpin yang bisa dipanuti banyak orang.

Saya juga melihat Pak Jokowi masih sesederhana dulu waktu pertama saya kenal, tidak berubah.

Saya belum pernah lihat ada perubahan kecuali makin pintar, makin arif, makin berani, dan makin tegas. Inilah kesaksian saya yang sudah sekitar 4,5 tahun ini bekerja bersama Beliau di dalam pemerintahan.

Seorang staf milenial saya di kantor kemudian bertanya, bagaimana kepemimpinan Pak Jokowi di mata menteri-menterinya? Apakah juga galak seperti saya?

Menurut saya, Pak Jokowi adalah orang yang lemah lembut tapi tegas. Setegas Jenderal Kopassus. Hanya saja Beliau mengekspresikannya berbeda dengan cara saya mengekspresikannya. Itu saja.

Kalau saya, sudah tentara, Kopassus lagi, Gultor lagi, Batak pula... Jadi, lengkaplah itu.

Catatan:

Gultor yang dimaksud adalah Sat-81 Kopassus (dulu disebut Detasemen 81 Anti Teroris Kopassus atau Penanggulangan Teror disingkat Gultor) yang saya dirikan dan komandani pertama kali pada tahun 1981.(*)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Diungkap Letjen Herindra Ternyata Seperti Ini Sifat Asli Jenderal Luhut B Panjaitan Menko Jokowi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved