Berwatak Keras & 'Galak' Moeng Pahardimulyo Cetak Sosok Prajurit Hebat dan Seorang Danjen Kopassus
Ya, tidak main-main, Kopassus memiliki latihan berat dan bahkan pelatih mengerikan, sampai-sampai, para prajurit sangat takut gagal di medan perang.
TRIBUNJAMBI.COM - Bila mengenal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pastinya latihan dan geblengan keras sang pelatih jadi momok utama untuk bergabung.
Ya, tidak main-main, Kopassus memiliki latihan berat dan bahkan pelatih mengerikan, sampai-sampai, para prajurit sangat takut gagal di medan perang.
Karena akan pulang dan berhadapan dengan pelatih.
Tidak hanya itu, Pelatih kopassus disebut lebih seram dari hantu, hal itu yang pernah terlontar dari beberapa prajurit Kopassus.
Perubahan warna baret Kopassus dari cokelat menjadi merah darah memiliki cerita tersendiri.
Baca Juga:
Hartini Pacari Prajurit Kopassus, Siapa Sangka Saat Menikah Sang Suami Jadi Panglima TNI Disegani
Hasil Piala FA: Chelsea vs Manchester United, Gol Ander Herrera dan Paul Pogba Bawa MU Menang
Mulai Sekarang Kurangi Penggunaan Garam Dapur, Beresiko Kanker Lambung yang Sangat Berbahaya
Ustaz Abdul Somad Tolak Hadiah Mobil, Walau Berdakwah Kena Hujan & Panas serta Pakai Sepeda Motor
Perubahan seragam Kopassus, dari pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama, juga menorehkan sejarah tersendiri.
Perubahan itu terjadi saat Kolonel Moeng Pahardimulyo menjadi Danjen Kopassus, pada 1958-1964.
'Anak didik' Kolonel Moeng menuliskan itu secara apil dalam sebuah buku berjudul Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009, dituliskan betapa kerasnya Kolonel Moeng.
Saat itu Republik Indonesia masih berumur muda dan Para Komando rengan dirintis.
Kolonel Moeng Pahardimulyo terkenal keras.
Dia sudah menjadi anggota pasukan khusus TNI sejak 1960-an, saat Komando Pasukan Khusus masih bernama RPKAD ( Resimen Para Komando Angkatan Darat).
Banyak cerita tentang Kolonel Moeng yang tak diketahui orang.

Di antara cerita yang terkenal tentang Moeng, saat dia menelan mentah-mentah telur ular piton. Padahal sebenarnya, ada banyak keteladanan darinya.
Moeng komandan yang keras dan disiplin, selain itu menerapkan hidup sederhana.
Jejak karier di RPKAD/Kopassus.
- Danyonif Linud 305/Tengkorak (1949 - 1953)
- Komandan RPKAD (1958 - 1964)
- Pangkat terakhir: Mayor Jenderal TNI (Purn.)
- Tempat tanggal lahir: Yogyakarta, 11 Januari 1925
- Meninggal: Jakarta, 28 Desember 2012
Moeng menjabat Komandan RPKAD dengan pangkat letnan kolonel, pelantikan di Manado pada 3 Agustus 1958.
Saat itu, Moeng terjun ke medan operasi memimpin RTP 1 untuk Merebut Kota Tondano.
Pada era itu, terjadi perubahan baret prajurit dari warna cokelat (seperti baret artileri) menjadi warna merah.
Pada masa itu juga, diciptakan pakaian pakaian dinas lapangan (PDL) loreng khusus "darah mengalir", mengantikan seragam PDL loreng lama yang digunakan prajurit para komando.
Baca Juga:
Kenali Manfaat Buah Naga dan Bahayanya
Pakar Bahasa Tubuh Sebut Jokowi Puas di Debat Putaran Kedua, Prabowo Gerah dan Tidak Sabaran
Sebentar Lagi! Nonton Live Streaming Chelsea vs Manchester United di Putaran Kelima Piala FA
VIDEO: Link Live Streaming Piala FA, Chelsea vs Manchester United Pukul 02.30 Dini Hari Ini
Nama Bayi Bernama Joko Widodo Maruf Ini Viral di Media Sosial, Ini Penampakan Bayi Imut Itu
Keras, keras dan keras
Moeng memiliki prinsip yang sangat keras. Setiap prajurit Kopassus, walau hanya bersenjata sebilah pisau komando, harus bisa memenangkan pertempuran.
Kolonel Moeng juga berpesan supaya pasukan khusus bisa survive ketika sedang berada di hutan selama berhari-hari hanya berbekal pisau komando.
Dalam soal survival, Kolonel Moeng memang bukan hanya bisa memberikan perintah. Dia langsung memberikan contoh nyata.
Inspeksi mengagetkan
Suatu kali, Kolonel Moeng melaksanakan inspeksi ke lokasi pendidikan siswa komando di Citatah, Bandung, Jawa Barat.
Dalam suatu latihan survival, siswa komando berhasil menangkap ular sanca.
Setelah dikuliti, ternyata terdapat sekira 20 telur di dalam perut ular sanca itu.
Telur sanca berbentuk untaian seperti batang rokok berderet memanjang itu masih terbungkus balutan lemak yang tebal.
Kolonel Moeng lalu mengambil enam untaian telur sanca dan lemaknya, lalu menelannya mentah-mentah dalam sekejap.
Baca Juga:
Tak Lagi di Pulau Pandan, Ini Wilayah Peredaran Narkoba di Kota Jambi Sekarang
Mayat di dalam Kantong Plastik Hidup Lagi, Polisi Kaget: Ternyata Ini Kejadian Sebenarnya
Divisi Humas Polri Melaksanakan Kunjungan Kerja ke Polres Tebo
Semua siswa komando dan para instrukturnya hanya bisa terbelalak melihat ‘keganasan’ Kolonel Moeng saat menelan untaian telur sanca.
Para siswa dan pelatih hanya bisa menjawab, ‘Siap...!’, ketika diperintahkan untuk menelan telur-telur sanca yang masih terbalut lemak dengan cara seperti dilakukan oleh Kolonel Moeng.
Salah satunya adalah Sintong Panjaitan, prajurit Kopassus yang merupakan anak buah Moeng dan berabjak menjadi seorang Danjen Kopassus di kedepannya.
Anak kecil nyaris kena bom pesawat

Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa dirujuk Sintong Panjaitan lahir di Sumatera Utara, 4 September 1940.
Minat Sintong pada bidang militer muncul saat berumur tujuh tahun yang pada saat itu rumahnya kerap terkena bom P-51 Mustang Angkatan Udara Kerajaan Belanda. Itu membuatnya ingin masuk angkatan udara.
Dia merupakan TNI lulusan Akademi Militer Nasional (kini Akademi Militer) tahun 1963.
Karier di militer:
- Penasihat Militer Presiden BJ Habibie
- Sesdalopbang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan)
- Pangdam IX/Udayana
- Danjen Kopassus
Sintong Pandjaitan menerima 20 perintah operasi/penugasan di dalam dan luar negeri selama karier militernya. Dia tersandung lantaran peristiwa Santa CruZ di Dili.
Pada 1969, Sintong dikutsertakan dalam upaya membujuk kepala-kepala suku di Irian Barat untuk memilih bergabung bersama Indonesia dalam Penentuan Pendapat Rakyat.
Berbagai prestasi Sintong di kesatuan khusus TNI-AD ini mengantarkannya ke kursi Komandan Kopassandha di periode 1985-1987, menggantikan Brigjen Wismoyo Arismunandar.
Sintong Panjaitan merupakan pemimpin Grup-1 Para Komando yang terjun dalam operasi pembebasan kontra terorisme dalam peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla, 31 Maret 1981.
Saat itu pangkatnya letnan kolonel. Walaupun terdapat dua korban jiwa (satu pilot dan satu anggota Para Komando), operasi tersebut dinilai sukses oleh pemerintah Indonesia karena selamatnya seluruh awak dan penumpang pesawat yang lain, sehingga ia beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat.
Berikut ini nama-nama Danjen Kopassus :
1. Mayor Inf Idjon Djanbi
1952-1956
Memimpin saat masih bernama Kesko TT III/Siliwangi
hingga bernama RPKAD
2. Mayor Inf R. E. Djailani
1956-1956
Sebelumnya menjabat Wadan RPKAD
3. Mayor Inf Kaharuddin Nasution
1956-1958
4. Mayor Inf Mung Parahadimulyo
1958-1964
5. Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo
1964-1967
RPKAD hingga menjadi Puspassus AD
6. Brigjen TNI Widjoyo Suyono
1967-1970
7. Brigjen TNI Witarmin
1970-1975
Sebelumnya menjabat Komandan Brigif Linud 18/Trisula
8. Brigjen TNI Yogie Suardi Memet
Mei 1975 April 1983
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassandha
Sumber: Wikipedia
Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar Sumber: Wikipedia ()
9. Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar
April 1983-Mei 1985
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassandha
10. Brigjen TNI Sintong Panjaitan
Mei 1985-Agustus 1987
Sebelumnya menjabat Komandan Pusat Sandhi Yudha & Lintas Udara
11. Brigjen TNI Kuntara
Agustus 1987-Juli 1992
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassus
12. Brigjen TNI Tarub
Juli 1992-Juli 1993
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassus
13. Brigjen TNI Agum Gumelar
Juli 1993-September 1994
Sebelumnya menjabat Direktorat A BAIS ABRI
Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) (net)
14. Brigjen TNI Subagyo HS
September 1994-Desember 1995
Sebelumnya menjabat Komandan Grup A Paspampres
15. Mayjen TNI Prabowo Subianto
Desember 1995-Maret 1998
Sebelumnya menjabat Wakil Komandan Kopassus
16. Mayjen TNI Muchdi Purwoprandjono
Maret 1998-Mei 1998
Sebelumnya menjabat Pangdam VI/Tanjungpura
17. Mayjen TNI Syahrir MS
1998-2000
Sebelumnya menjabat Pangdam IX/Udayana
18. Mayjen TNI Amirul Isnaini
1 Juni 2000-2002
Sebelumnya menjabat Waaspam KSAD
19. Mayjen TNI Sriyanto Muntasram
2002-15 Februari 2005
Sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus
20. Mayjen TNI Syaiful Rizal
15 Februari 2005-1 September 2006
Sebelumnya menjabat Kasdam VI/Tanjungpura
21. Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary
1 September 2006-12 September 2007
Sebelumnya menjabat Pangdivif-1/Kostrad
22. Mayjen TNI Soenarko
12 September 2007-1 Juli 2008
Sebelumnya menjabat Kasdivif-1/Kostrad
23. Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo
1 Juli 2008-4 Desember 2009
Sebelumnya menjabat Kasdam IV/Diponegoro
24. Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus
4 Desember 2009-8 September 2011
Sebelumnya menjabat Dirlat Kodiklatad
25. Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya
8 September 2011-15 Juni 2012
Sebelumnya menjabat Danpussenif Kodiklatad
26. Mayjen TNI Agus Sutomo
15 Juni 2012-5 September 2014
Sebelumnya menjabat Komandan Paspampres
27. Mayjen TNI Doni Monardo
5 September 2014-25 Juli 2015
Sebelumnya menjabat Komandan Paspampres
28. Mayjen TNI Muhammad Herindra
25 Juli 2015-16 September 2016
Sebelumnya menjabat Kasdam III/Siliwangi
29. Mayjen TNI Madsuni
16 September 2016-2 Maret 2018
Sebelumnya menjabat Wadanjen Kopassus
30. Mayjen TNI Eko Margiyono
2 Maret 2018
Sebelumnya menjabat Gubernur Akmil
31. Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di tribunjambi.com. (*)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: