Keris yang Ditempa Tujuh Jumat Ini Membuat Rangkayo Hitam Sakti Mandraguna, Begini Kisahnya

TRIBUNJAMBI.COM- Siapa yang tak kenal nama Keris Siginjei (Siginjai). Keris ternama itu terpatri dalam ingatan

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: ridwan
ELFRIDE SIAGIAN
Duplikat keris siginjei di Museum Negeri Jambi, Selasa (18/7) 

TRIBUNJAMBI.COM- Siapa yang tak kenal nama Keris Siginjei (Siginjai). Keris ternama itu terpatri dalam ingatan masyarakat Jambi.

Menelisik kesaktian keris itu, Tribun Jambi melihat replika keris itu di Museum Siginjei, Kota Jambi. Replika yang proses pembuatannya tak mudah itu tampak indah. Ditegakkan dalam kotak kaca, lengkap dengan warangkanya.

Konon, Keris Siginjei dibuat pada sekitar abad ke-15 hingga 16 Masehi. Sebagaimana yang diceritakan Kasi Pengelola Koleksi Museum Siginjei, Yusuf Martun.

"Kalau kita melihat dari bahan atau hasil dari keris itu sendiri, kita mengetahui bahwa keris itu, memang buatan Jawa yang dibuat sekitar abad ke-15-16," kata dia beberapa hari lalu.

Baca: Oknum Dosen Ini Cabuli Mahasiswi Diruangannya saat Serahkan Tugas Kuliah, Polisi Lakukan Pemeriksaan

Itu terlihat dari pamor-pamor besi, hiasan-hiasan, juga ukiran- ukiran yang terdapat pada keris itu. Ketika melihat keris itu, akan tampak ukiran-ukiran emas yang menghiasi mata keris. Gagangnya juga menampakkan ciri khas.

Perlu diketahui, bilah Keris Siginjai memiliki panjang sekitar 39 cm dan lima lekukan. Berdasarkan penuturan Yusuf, permukaan bilah Keris Siginjai dulu ditutupi dengan lapisan emas murni. Itu dapat terlihat dari bekas lapisan emas yang terlepas pada bilah keris.

Lapisan emas itu memperindah keris dan menutupi pamor pada keris yang bermotif flora. "Kalau dilihat-lihat, ini di sini ada motif bunga. Di beberapa bagian ini, motif itu sudah tidak jelas lagi," katanya sambil menunjukkan sisi emas yang telah memudar.

Baca: Andalkan Pemain Lokal di Gubernur Cup 2019, Laskar Samudera Tanjung Jabung Timur Pede Ladeni Tebo

Dijelaskannya, melihat dari corak pada gagang dan bilah, keris itu digunakan untuk berperang. Itu pula yang ditengarainya menjadi penyebab pudarnya hiasan-hiasan pada keris itu.

Pamor keris ini semakin ke ujung semakin kabur. Pada lekuk pertama hingga ketiga, pamor itu masih tampak jelas, namun pada lekuk kelima sampai ke mata keris, pamornya sudah tidak jelas lagi.

Hanya ada beberapa warna emas masih menempel pada lekuk kelima keris itu.

Selain bilah keris, hal yang menarik perhatian adalah sarung keris, atau yang juga disebut dengan warangka.

Konon, sarung keris Siginjei terbuat dari kayu kemuning. Pendoknya terbuat dari lempengan emas.

Baca: Inilah Jalur Sementara yang Akan Dilewati Kereta Api Bungo, Terintegrasi Dengan Bandara Bungo

Pada permukaannya, terdapat hiasan berupa ukiran bermotif tumbuhan.

Dalam kesempatan itu juga, Yusuf mengajak untuk menelisik lebih dalam mengenai Keris Siginjei.

"Jika membicarakan keris ini, kita akan ingat dengan Rangkayo Hitam. Keris Siginjei adalah keris yang dulu digunakan oleh Rangkayo Hitam," katanya, mulai menceritakan.

Dikisahkannya, Rangkayo Hitam merupakan putra ketiga dari pasangan Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang Masak.

Baca: Kapan Sandiaga Uno ke Jambi? Ini kata Relawan Prabowo Sandiaga

"Ada empat (bersaudara) mereka. Rangkayo Pingai, Rangkayo Hitam, Rangkayo Kedataran, dan Rangkayo Gemuk," kisahnya.

Dulu, kata dia, pemerintahan Melayu tunduk pada Jawa. Dalam pemerintahan dulu, para raja-raja yang tunduk pada suatu kerajaan besar diharuskan untuk membayar upeti.

Rangkayo Hitam adalah orang yang tidak setuju membayar upeti kepada kerajaan Mataram yang menundukkan Melayu saat itu. Sehingga, ketika upeti dalam perjalanan untuk diantar ke Jawa,

Baca: Agenda Kunjungan Sandiaga Uno ke Kerinci dan tempat yang Akan Didatangi,Rencana Sambangi emak-emak

Rangkayo Hitam mengadang upeti yang dikirimkan kerajaan Melayu ke Jawa. Mendengar berita itu, Raja Mataram berang dan melakukan penyerangan.

"Itulah yang kemudian dikenal dengan ekspedisi Pamalayu," lanjut Yusuf.

Dalam penyerangan itu, Rangkayo Hitam tak terkalahkan. Mendengar berita itu, Raja Mataram berusaha untuk membunuh Rangkayo Hitam.

Baca: Krisis Berdarah yang Paling Mengacaukan Malaysia Gara-gara Serbuan Milisi Sultan Termiskin di Dunia

Sehingga, dia meminta seorang empu untuk membuat keris yang bisa mengalahkan Rangkayo Hitam.

"Berdasarkan cerita rakyat, untuk membunuh Rangkayo Hitam, maka harus dibuat keris yang dibuat dari tujuh tanah yang mengandung besi dari tujuh daerah yang berawalan 'Pah'.

Ditempah selama tujuh Jumat. Cerita legenda ini hampir sama dengan cerita legenda Ken Arok," Yusuf menyampaikan.

Baca: Oknum Perwira Diperiksa Polda Lampung, Sering Kepergok Warga Bawa Wanita Bukan Istrinya Masuk Rumah

Namun, belum selesai keris itu dibuat, kabar itu terdengar oleh Rangkayo Hitam yang langsung menyusul ke sana. Di sana, Rangkayo Hitam merebut keris itu dari empu dan mengamuk.

Keris itu pula yang kemudian menjadi simbol kesaktiannya yang melegenda.

Kata Yusuf, hingga kini keris itu masih ada, tersimpan di Museum Nasional. Untuk replikanya, dapat dilihat di dua museum di Kota Jambi.

Baca: Oknum Perwira Diperiksa Polda Lampung, Sering Kepergok Warga Bawa Wanita Bukan Istrinya Masuk Rumah

Baca: Video Detik-detik Pria Bertato Tikam Siswi SMK di Bogor, Pisau Menancap di Dada

Baca: Deretan Foto Naomi Zaskia, Cewek Cantik, Muda Dikabarkan akan Dinikahi Sule, Postingan Bikin Heboh

Museum Siginjei dan Museum Perjuangan Rakyat Jambi. Di Museum Perjuangan Rakyat Jambi, keris itu dibaringkan di sisi warangkanya. Replika keria itu terlihat sangat asli.

Kata Yusuf, replika keris yang dipamerkan di museum itu telah disesuaikan bentuk dan ukuran seperti yang aslinya.

Yusuf menuturkan, nama Siginjai sendiri diambil dari kata "gunjai". Konon, Rangkayo Hitam memiliki rambut panjang.

Sehingga, untuk mengikat rambutnya yang menjumbai, dia menggunakan keris untuk menusuk rambutnya yang telah dia gulung.

Baca: Tak Biasa, Pengawal Kerajaan Inggris Ngos-ngosan Bawa Peti Jenazah Putri Diana, Ini Sebabnya

"Seperti tusuk untuk konde. Karena zaman dulu, berdasarkan cerita rakyat, Rangkayo Hitam memiliki rambut yang panjang.

Dengan keris itulah dia membuat rambutnya tidak terurai. Dari kata 'gunjai', itulah yang kemudian jadi nama Siginjai," terangnya.

Kini, kesaktian Keris Siginjai dan Rangkayo Hitam masih melegenda. Nama-nama seperti Trans Siginjai dan beragam lainnya telah terkenal di Jambi.

Baca: Ekspedisi Garuda Putih, TNI AD Korem 042/Gapu Telusuri Kawasan Rimba Suku Anak Dalam Jambi

Bahkan, di Kota Jambi, nama keris itu juga menjadi ikon kota, yang menjelma menjadi Tugu Keris Siginjai.

Terkait pembuatan replica keris tersebut, Tribun Jambi pernah menurunkan tulisan mengenai hal itu.

Budi Prihatna dari Museum Perjuangan Rakyat Jambi dalam sejumlah kesempatan bercerita kepada Tribun bahwa sejumlah empu mengaku tak sanggup membuat replika Siginjai.

Akhirnya, keris itu berhasil diduplikasi oleh seorang pembuat keris di Solo. Menurut Budi, yang membuat sejumlah empu tak bisa mereplikanya adalah pada bagian hiasan yang tersemat di senjata berlekuk itu.

Baca: Geram Dikomentari, Polly yang Dinikahi Pria Muntilan ini Berikan Respon: Cinta bukan Tentang Itu

Budi yang tesisnya mengangkat tema koleksi regalia Kesultanan Jambi, mengatakan kendala para empu tersebut adalah pada bilah keris yang bermotif anggrek kamoragan kinatah. Apa itu?

Motif itu berupa hiasan rangkaian bunga anggrek dari bahan logam mulia bisa emas atau perak. Bila Anda ke museum, amati saja bilahnya.

Anda akan dapati bilah dari besi berhiaskan emas bermotif sulur daun dengan panjang 39 cm dan berluk 5. Bilah keris bermotif seperti itu di zaman dulu hanya dikenakan oleh kalangan istana.

Seorang Belanda, C den Hamer dalam tulisannya Beschrijving Twee Krissen als Rijkssieraad Verbonden aan de Sultansgezag over Djambi en het Pangeran Ratoeschap aldaar pada 1904, mendeskripsikan keris ini.

Baca: Kisah Cinta Pangeran Charles dan Camilla, Ini Fakta-fakta Skandal Perselingkuhan Mereka

Baca: Teror Bom Molotov di Rumah Pimpinan KPK, Ini 4 Faktanya, Warga Dengar Ledakan

Baca: Artis Muda Vinessa Inez Gugat Cerai Suaminya, Beredar Kabar Ada Orang Ketiga

"Kedua senjata ini mempunyai bentuk yang sama, tetapi dikerjakan dengan teknik berbeda. Lajur lingkaran pada keris
Si Ginjei bertahtakan intan, sedangkan Senja Merjaya tidak.

Keris Si Ginjei sarung kayunya dilapisi bungkus emas. Kedua keris berbentuk seperti ulat dan bilahnya dilapisi emas daun," tulis den Hamer. (mareza sutan a j)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved