Ketika Kekuasaan Soeharto Tumbang Karena Tak Dengarkan Teguran Sosok yang Ia Kagumi ini dan Menyesal
Pak Harto sangat mengagumi Benny Moerdani karena piawai dalam strategi tempur dan memecahkan masalah secara intelijen.
Tidak terima dengan teguran sosok yang dipercayanya, Soeharto pun memecat pengawal yang ia kagumi
TRIBUNJAMBI.COM - Sejak masih berpangkat Kapten di TNI AD, Benny Moerdani sudah berhubungan akrab dengan Presiden Soeharto yang pada pada tahun 1960-an berpangkat Mayor Jenderal.
Pak Harto sangat mengagumi Benny Moerdani karena piawai dalam strategi tempur dan memecahkan masalah secara intelijen.
Sehingga masalah rumit baik di dalam maupun di luar negeri selalu dipercayakan kepada Benny Moerdani yang dikenal sangat loyal terhadap Soeharto.
Misalnya saja ketika Indonesia terlibat konflik politik dan militer dengan Malaysia (1964).
Baca Juga:
Soeharto Muda - Foto-foto Gantengnya Sang Mayjen Namun Gentar di Hadapan Wanita Sederhana Ini
Lengser dari Kursi Presiden, Begini Kehidupan Soeharto, Paspampres Bongkar Sisi Lain Pak Harto
Lengser dari Kursi Presiden, Begini Kehidupan Soeharto, Paspampres Bongkar Sisi Lain Pak Harto
Pak Harto merasa kalau penyelesaian secara militer tidak menguntungkan Indonesia, lalu ia memutuskan untuk mengambil langkah intelijen serta diplomasi.
Tugas yang sebenarnya sangat berat dan tidak dikehendaki oleh Presiden Soekarno itu, diam-diam diserahkan kepada Benny Moerdani dan berhasil gemilang.
Indonesia dan Malaysia pun kembali berdamai serta terhindar dari bentrok militer yang bisa sangat merugikan kedua negara.
Dilansir oleh Nakita (grup Surya.co.id) dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap, Tempo, PT Gramedia, 2015' dan juga dari 'Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan, Julius Pour, Yayasan Kejuangan Panglima Sudirman 1993',
Ketika Soeharto menjabat Presiden RI kedua hingga lebih dari 30 tahun (1967-1998), Benny Moerdani pun terus dipercaya sebagai ‘tangan kanan’ Pak Harto.

Benny diberi tugas untuk menangani masalah keamanan, hubungan diplomatik dengan negara lain, dan sekaligus pengawal Presiden yang sangat loyal dan setia.
Tapi meski menjadi seorang yang loyal, Benny Moerdani ternyata seorang yang kritis dan berani memberi masukan serta teguran kepada Soeharto.
Benny bahkan berprinsip, ia harus bisa menjauhkan Soeharto dari orang-orang yang suka menjilat atau orang yang suka menfitnah demi mendapat perhatian.
Pada 1984 sejumlah menteri merasa risau dengan anak-anak Pak Harto yang sudah tumbuh dewasa dan mulai berbinis tapi dengan memanfaatkan kekuasaan bapaknya.
Bisnis anak-anak Pak Harto bahkan merambah ke soal pembelian alutsista yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI/TNI bukan oleh warga sipil.
Baca Juga:
Serentak Seluruh Indonesia, 22 Anggota PPK Kota Jambi Dilantik Hari Ini
Rumor Istana Dikepung Pasukan Kostrad, Jadi Alasan Habibie Pecat Prabowo Subianto dari Pangkostrad
Disebut Sandiaga Belum Sumbang Dana Kampanye Prabowo-Sandi, Ini Pembelaan PKS
Ketika ada kesempatan bermain biliar dengan Soeharto, Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI memberanikan diri ‘menegur’ Pak Harto.
Ia mengingatkan soal bisnis anak-anak Pak Harto yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.
Pak Harto ternyata tidak terima oleh teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar dan setelah itu hubungan mereka berdua memburuk.
Benny Moerdami kemudian dicopot dari Panglima ABRI meski Pak Harto membantah jika pencopotan Benny akibat ‘teguran maut’ yang telah dilakukannya.
Pada Agustus 2004 Pak Harto menjenguk Benny Moerdani yang sedang sakit keras dan terbaring di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta.
Di depan Benny, Pak Harto secara terus-terang mengakui bahwa teguran yang pernah dilontarkan Benny pada tahun 1984 ternyata benar.

Akibat bisnis anak-anaknya yang ikut memicu krisis ekonomi dan kemarahan rakyat terhadap keluarga Pak Harto, pada 21 Mei 1998, kekuasaan Soeharto pun tumbang.
Pak Harto juga menyatakan kepada Benny, jika teguran Benny itu dipatuhi, dirinya tidak akan sampai lengser dari kursi Presiden akibat demo besar-besaran dan kerusuhan sosial yang terjadi di mana-mana.
Tanggal 21 Mei 1998 menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia
Tepat tanggal 21 Mei 1998, presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan yang telah dipegangnya selama 32 tahun.
Jabatan Presiden RI kemudian dipegang wakilnya, BJ Habibie.
Baca Juga:
Jokowi Pilih Kenakan Sarung di Malam Tahun Baru, Ternyata Ini Makna Filosofinya
Pemkab Sarolangun Tutup Tahun 2018 dengan Tabligh Akbar dan Santuni 1.500 Anak Yatim
Angin Puting Beliung Hantam Kumpeh Ilir, 8 Rumah Rusak, Ada yang Roboh
Keputusan mundur diambil Soeharto setelah ada desakan luar biasa dari masyarakat, mahasiswa dan politisi.
Tidak banyak yang tahu, malam sebelum mengambil keputusan berat itu sempat ada pertentangan dari anak-anak Soeharto.
Putri sulung Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana mengungkapkan hal itu dalam tulisan berjudul 'Bapak Kami Melarang Dendam' yang diunggah di blog pribadinya, Senin (21/5/2018) .
Diceritakan Mbak Tutut, pada saat Soeharto memutuskan berhenti dari jabatan Presiden, dia memanggil anak-anaknya.
"Kami terus terang pada saat itu agak tidak rela kenapa bapak yang sudah bekerja seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara ini diperlakukan demikian.
Kami memohon bapak untuk menunda dulu keputusan beliau," tulis Mbak Tutut.
Soeharto lalu bertanya alasan anak-anaknya menolak keputusannya.
Menurut Mbak Tutut, saat itu dia dan adik-adiknya beranggapan pendukung bapaknya masih banyak sekali dan siap maju.
Baca Juga:
BREAKING NEWS: Desa Sungai Aur Dihantam Puting Beliung, Rumah Roboh, Atap Terbang, Listrik Lumpuh
Tiga Kali Gempa Ikut Awali 2019, Ini Info BMKG-nya
22 Orang PPK Tambahan di Kota Jambi Akan Dilantik Besok
Mereka juga siap turun ke jalan melawan demonstrasi yang saat itu berlangsung.
Hal itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa Soeharto tidak bersalah dan dia tidak sendiri karena masih banyak rakyat yang loyal.
Lalu, meluncurlah kalimat bijaksana dari Soeharto.
“Sadarkah kalian setelah mereka (pendukungmu/yang mendukung Bapak) turun ke jalan, akan banyak lagi korban.
Tidak!!!!
Bapak tidak mau itu terjadi, hanya untuk mempertahankan kedudukan bapak dan semakin banyak lagi korban akan berjatuhan.
Lebih baik bapak berhenti, kalau memang sudah tidak dikehendaki untuk menjadi Presiden.
Kalian harus merelakan semua ini. Percayalah bahwa Allah tidak tidur.
Dan satu hal bapak minta pada kalian semua, jangan ada yang dendam dengan kejadian ini, dan jangan ada yang melakukan balas dendam, karena dendam tidak akan menyelesaikan masalah.”

Ucapan Soeharto ini membuat anak-anaknya terdiam.
“Lagi pula kalau kamu balas dendam, belum tentu akan mengubah hidup kalian jadi lebih baik, yang ada malah mereka yang kalian balas itu belum tentu juga mau menerima, dan mereka akan membalas lagi.
Masalah pun tidak terselesaikan, malah yang terjadi permusuhan berkepenjangan, sampai kapan, tak ada yang tau.
Bersabarlah anak-anakku, karena orang sabar disayang Allah,” ucap Soeharto kala itu yang ditulis lagi oleh Mbak Tutut.

Tulisan Mbak Tutut ini mendapat apresiasi netizen.
A Linggar Lelana: Setuju mbak, dendam gak akan pernah menyelesaikan masalah.
Semoga, almarhum Bapak Presiden RI ke 2 HM Soeharto mendapatkan tempat yang terbaik disisi Nya dan diterima amal kebaikannya, Amiiin YRA…
Presiden RI Jenderal Besar HM Soeharto is the best, is good n is number one…
Dadang Saiful Rahman: Kami rindu sosok pemimpin negeri seperti Eyang. Saat ini sulit sudah untuk mendapatkan figur sepertinya .
Kami merasakan sangat tenang mudah nyari kerja. Aman dalam kehidupan.
Aris Setyawan : Sabar mbak Tutut dan keluarga..betul kata beliau Pak Harto Alloh tidak tidur, waktu perlahan membuktikan (bagi orang2 cerdas) sejarah sekarang perlahan tapi pasti Pak Harto pemimpin terbaik bagi Indonesia..
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Penyesalan Soeharto Karena Abaikan Teguran Benny Moerdani, Kekuasaannya pun Tumbang
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI JUGA FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: