Kecerdasan Benny Moerdani Pukul Mundur Belanda: Kisah Pasukan Naga saat Pembebasan Irian Barat
TRIBUNJAMBI.COM -- Saat memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim
TRIBUNJAMBI.COM -- Saat memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda. Termasuk wilayah Papua Barat di dalamnya.
Sayangnya, hal itu bersebrangan dengan Belanda. Negara yang sebelumnya menjajah Indonesia itu menganggap Papua Barat masih menjadi provinsi Kerajaan Belanda.
Pemerintah Belanda pun mempersiapkan untuk menjadikan Papua sebagai negara merdeka paling lambat tahun 1970-an.
Tentu saja hal ini ditentang pemerintah Indonesia. Dari sanalah terjadi perebutan wilayah Papua antara Belanda dan Indonesia.
Dalam perebutan ini, dikenal adanya Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) yang merupakan konflik dua tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan Papua bagian Barat dengan Tanah Air.
Presiden Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora pada 19 Desember 1961 dan membentuk Komando Mandala yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto.
Berbagai operasi militer pun dilakukan, termasuk Operasi Naga.
Operasi lewat jalur udara ini, semula adalah hal yang mustahil. Bagaimana tidak, faktanya, saat itu belum ada satu pun operasi udara yang berhasil di Irian.
Pasukan yang diterjunkan ke wilayah itu selalu hilang 100 persen. Alhasil, tidak ada perwira senior yang berani memimpin Operasi Naga.
Adapun yang bersedia adalah Benny Moerdani. Padahal pangkatnya masih belum cukup untuk memimpin unit kesatuan besar.
Akhirnya, Kepala Staf Operasi Tertinggi Mayor Jenderal Ahmad Dhani pun tak punya banyak pilihan.
Operasi Naga sendiri sebenarnya dirancang oleh Benny Moerdani yang masih berusia 29 tahun.
Benny Moerdani menyasar Merauke sebagai target operasinya.
Seperti dilansir dari buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap (Kepustakaan Populer Gramedia bekerja sama dengan Majalah Tempo), pagi itu, Sabtu, 23 Juni 1962, sebanyak 213 anggota pasukan diterjunkan.
Penerjun dengan nama sandi Pasukan Naga itu lompat dari tiga pesawat Hercules.
Benny Moerdani memimpin Operasi Naga dalam rangka pembebasan Irian Barat
Benny Moerdani memimpin Operasi Naga dalam rangka pembebasan Irian Barat (istimewa & Repro Majalah Angkasa Juli 2011)
Namun, penerjunan justru kacau balau. Para pasukan terjun ke Merauke tanpa tahu bagaimana kondisi di bawah mereka. Apalagi saat itu kondisi Papua masih gelap.
Seorang Letnan Satu Ben Mboi tergantung 10 meter dari tanah setelah menerabas cabang-cabang pohon. Ia bisa selamat setelah memotong ikatan payung dan memakai tali untuk turun.
Ben Mboi adalah salah satu anggota pasukan yang selamat, banyak dari temannya justru bernasib buruk. Mereka tewas tergantung atau terjebak di rawa.
Sementara itu, sang pemimpin operasi Benny Moerdani tersangkut di pohon kemiri.
Belakangan diketahui, tiga pesawat Hercules yang membawa pasukan salah memilih tempat penerjunan. Pasukan justru terjun 30 kilometer di utara titik penerjunan.
Ada sebuah sungai yang disangka Merauke ternyata itu adalah Sungai Kumbai.
"Petanya masih peta lama, buatan 1937," kata Ben Mboi dalam buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap.
Ben Mboi akhirnya bisa berkumpul dengan sembilan temannya satu hari kemudian sekitar pukul 06.00 WIT. Mereka terpisah dengan induk pasukan dan Benny Moerdani.
Di sisi lain, Benny Moerdani sudah punya pasukan sebanyak 60 orang dengan peralatan komunikasi dan cadangan mesiu yang cukup.
Nih Tips Membeli Aki Mobil untuk Pemula, Jangan Asal Mengiyakan, Perhatikan Hal Ini!
Benny Moerdani memimpin pasukan baret merah Kopassus yang dulu asih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat. Sedangkan Kapten Bambang Soepeno memimpin pasukan baret hijau alias Raiders 530.
Dalam buku Benny Moredani Yang Belum Terungkap disebutkan, Benny mempunyai kelebihan dalam merencanakan komunikasi yang solid antarpasukan. Kapten Abdul Rachman Ramly yang ditugaskan Benny sebagai operator di Pos Komando Laha di Luar Ambon lantas menerima setiap berita yang dikirim dari Merauke.
Komunikasi tersebut berjalan baik. Setiap saat mereka bisa berhubungan untuk menyampaikan laporan atau minta bantuan tambahan, mesiu, dan logistik.
Selain dengan Abdul Rachman, Benny juga berkomunikasi dengan milisi pro-Indonesia di Papua, Labula. Tugasnya yaitu untuk menghapus jejak atau menyediakan makanan secara sembunyi-sembunyi di hutan.
Pada hari kedua setelah penerjunan, Benny mendadak dibuat kaget setelah radio Australia menyiarkan soal adanya tiga pesawat Hercules yang menerjunkan pasukan di Merauke. Bahkan, jumlah pasukan dan nama-nama pemimpinnya ikut disebut, termasuk Benny Moerdani.
Dengan kata lain, operasi rahasia Pasukan Naga ini telah bocor.
Beberapa hari kemudian, pasukan Benny diserang marinir Belanda yang menaiki dua perahu motor.
Benny dan pasukannya berpindah-pindah dan bersembunyi di dalam hutan. Akhirnya marinir Belanda itu pun berhasil ditaklukkan.
Ben Mboi menyebut bahwa Benny Moerdani tak berpikir secara sistematis. "Di medan tempur tidak ada aturan yang tepat atau pasti. Semuanya adalah masalah eksekusi," ujarnya.
Menurut Ben Mboi, Benny Moerdani memakai strategi kucing-kucingan kala itu. "Kalau bertemu, ya bertempur. Kalau tidak, ya kucing-kucingan," kata ben Mboi.
Strategi ini terbukti berhasil. Menurut Ben, Pasukan Naga diterjunkan bukan untuk perang melainkan sebagai umpan. Tujuannya agar konsentrasi pasukan Belanda yang ada di Biak terpecah.
Serangan dua kapal motor ternyata hanya awal untuk Benny. Seminggu kemudian, saat ia dan pasukannya sedang istirahat di Sungai Kumbai, Marinir Belanda kembali menyerbu.
Benny tak pernah menduga bakal terjadi pertempuran jarak dekat itu. Ia pun hampir tewas saat rompi rimbanya tertembak.
Operasi Naga berakhir pada 15 Agustus 1962 setelah adanya New York Agreement. Saat itu Amerika Serikat memaksa Belanda menyerahkan Irian barat ke Indonesia. Belanda menyeran karena merasa tidak akan menang bila bertempur melawan Indonesia di Papua.
Adapun korban gugur Operasi Naga adalah sebanyak 36 orang dan 20 lainnya hilang. Jumlah itu di bawah perkiraan awal. Sebelumnya, Mayor Jenderal Soeharto sempat berkata bahwa pasukan Operasi Naga diperkirakan gugur 60 persen dan kembali 40 persen.
Operasi yang semula mustahil itu pun akhirnya berbuah manis. Setelah adanya perjanjian gencatan senjata, seluruh Pasukan Naga masuk secara terbuka ke Kampung Kuprik, Merauke.
Di kampung itulah Ben Mboi akhirnya bisa bertemu lagi dengan Benny Moerdani setelah terpisah di hutan lebih dari dua bulan.
Untuk mengenang keberhasilan Operasi Naga dalam merebut Irian Barat, patung Benny Moerdani dan parasutnya dibuat di kampung tersebut pada tahun 1987.
Dalam prasasti itu tertulis: "Di sini daerah penerjunan dalam rangka pembebasan Irian Barat yang dipimpin oleh Mayor L. Benny Moerdani pada tanggal 4 Juni 1962. Terima kasih atas perhatian masyarakat dan pemerintah daerah tingkat II. Persembahan masyarakat pada Pemda 2 Oktober 1989." (*)