Zulkifli Nurdin Meninggal Dunia

Begini Zulkifli Nurdin dan Antony Zeidra Abidin saat Menjadi Gubernur dan Wagub

Tentu banyak penyebab konflik itu. Mulai dari hal-hal yang sepele yang terkait dengan peraturan sebelumnya.

Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUNJAMBI/IST
Zumi Zola, Antony Zeidra Abidin, dan Zulkifli Nurdin pada Agustus 2017. 

Di periode kedua memimpin Provinsi Jambi, Zulkifli Nurdin (ZN) didampingi oleh Antony Zeidra Abidin (AZA). Wajar, AZA memilki  begitu banyak kenangan terhadap sosok kharismatik itu. Berikut tulisan dari mantan Wakil Gubernur Jambi tersebut.

RABU (28/11) malam, dalam perjalanan pulang ke rumah setelah mengunjungi anak saya yang dirawat di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta, pukul 20.14 saya menerima kabar mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin (ZN) meninggal dunia. Setelah mengkonfirmasi ke berbagai pihak, termasuk ke RSPI, ternyata berita duka itu benar adanya. Innalillahi wa innailaihi rojiun.

     Saya dan istri yang cukup dekat dengan ZN dan keluarganya tentulah sangat beduka. Begitu sampai di rumah, kami bergegas menuju RSPI. Saat sampai RSPI, mobil jenazah sudah menuju rumah duka. Saya dan istri mengiringinya persis di belakang mobil yang membawa mantan Gubernur Provinsi Jambi itu.

    Tentu saja banyak suka-duka, karena ZN menjabat pada awal reformasi. Masa pancaroba politik, yang terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Awalnya saya dianggap pengeritik kebijakan ZN, terutama saat saya menjadi anggota DPR-RI dari daerah pemilihan Jambi.

Sesuatu yang wajar mestinya. Namun ketika sejumlah DPD Golkar kabupaten dan kota di Provinsi Jambi secara tidak saya duga mengusulkan nama saya untuk menjadi wakil gubernur pada pilkada 2005, pihak yang tidak setuju berargumentasi bahwa ZN pasti menolak. “Karena Pak Zul itu pendendam”, katanya.

    

Baca: Sempat Sakit Beberapa Hari Dirawat di Rumah Sakit, Ini Penyebab Ibunda Ayu Dewi Meninggal Dunia

Setelah Partai Golkar menetapkan saya menjadi calon wagub melalui konvensi partai, ternyata ZN menerimanya dengan senang hati. Bukan karena konvensi pemilihan calon Wagub Jambi ketika itu langsung dipimpin oleh Jusuf Kalla yang selain menjabat Ketua Umum Golkar tetapi juga Wakil Presiden RI.    

       Begitulah watak pribadi ZN: egaliter, demoratis dan tentu saja objektif. Walaupun kadang-kadang dalam beberapa kasus, ZN terkesan emosional. Namun menurut hemat saya, pilihan ZN untuk terjun ke dunia politik tidak lain karena semangat ingin mengabdi kepada masyarakat Jambi.

     Selain tidak “pendendam” sebagaimana yang pernah dipersepsikan, beliau juga sangat menghormati orangtua, terkhusus ibunya. Suatu kali beliau pernah menceritakan kisah awal ketika diminta kesediannya untuk menjadi calon Gubernur Jambi tahun 2000.

     “Pak Umirza Abidin (Bendahara DPW PAN Jambi ketika itu), beberapa kali menemui saya mengusulkan agar saya bersedia menjadi calon gubernur,” begitu ZN mengisahkannya.

    

Baca: VIDEO: Detik-detik Kedatangan Zumi Zola di Pemakaman Jenazah Zulkifli Nurdin

Baca: Tak Pernah Terungkap! Ayah Zumi Zola Dahulu Pernah Berjualan Tepung Terigu Untuk Menyambung Hidup

“Awalnya saya menolak, karena merasa tidak punya cukup pengalaman di bidang pemerintahan. Setelah untuk kesekiankalinya Pak Umirza dan juga sejumlah pengurus partai meyakinkan saya, akhirnya saya minta waktu untuk memutuskannya. Saya menemui ibu, dan meminta restu beliau. Ibu saya juga sependapat dengan saya, karena menjadi gubernur memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengemban amanah rakyat. Berikutnya, saya kembali menemui ibu saya, dengan berbagai penjelasan dan tambahan argumentasi yang saya peroleh dari para pengurus DPW PAN Jambi. Setelah beliau merestui sepenuhnya barulah saya putuskan bersedia menjadi calon gubernur,” tuturnya.

     Keluarga Nurdin Hamzah (NH), terkenal sebagai keluarga pebisnis yang taat beragama, mengeluarkan zakat dengan baik, memberikan sedekah dan bantuan kepada fakir miskin dan rakyat yang memerlukannya. Dalam kunjungan saya ke berbagai desa di wilayah Jambi, tidak sedikit warga yang mengenang kepedulian almarhum Nurdin Hamzah, ayah ZN.

Air jatuh tentulah tak jauh dari cucuran, sikap religius dan sosial itu diwarisi ZN. Simpati terhadap keluarga ZN yang kemudaian menjadi modal sosial yang membuatnya memiliki elektabiltas tinggi dan kemudian dicintai rakyat. Pembentukan modal sosial yang dalam sosiologi disebut “social capital” merupakan proses yang panjang, bukan instan.

          Sejak awal dilantik pada Agustus 2005, kami mempunyai semangat yang tinggi untuk melakukan perubahan melalui berbagai program pembangun di semua sektor strategis:

 pendidikan, infrastruktur, perkebunan dan pertanian, UKM dan serta ketenaga-kerjaan, parawisata, pertambangan dll.

Hampir semua ide saya direspon positif, antara lain replanting karet rakyat seluas 200.000 hektare dalam rangka memperingati 100 tahun tanaman karet  diperkenalkan di Provinsi Jambi. Dan juga restorasi Candi Muarajambi yang dimulai dengan memperbaiki 20 kilometer kanal di lokasi candi yang sudah selayaknya menjadi “world heritage site”, situs bersejarah dunia dengan pengakuan UNESCO.          Kami berdua juga membahas program memperpendek jarak dan waktu tempuh Sungai Penuh - Kota Jambi.

Baca: Masa Kecil Zulkifli Nurdin, Lahir di Masa Perang hingga Jualan Tepung

Setidak-tidaknya, waktu tempuhnya lebih kurang sama dengan Sungai Penuh - Padang, sekitar 6 hingga 7 jam. Dinas Pekerjaan Umum sudah dikerahkan untuk melakukan survei melalui darat dan udara; kesimpulannya program ini sangat layak. Beberapa kali saya memimpin rapat dengan para Bupati. Tentu saja program efisiensi sistem transportasi darat ini juga berlaku untuk ruas jalan Bungo-Tebo sampai ke Kota Jambi. Hasilnya belum terlalu optimal, terutama terkendala anggaran yang terbatas. Namun proyek ini sudah dirintis dari Sungai Penuh menuju Bangko, puluhan kilometer sudah diperlebar dan diluruskan sehingga memperpendek jarak dan juga waktu tempuh.

     Banyak orang bertanya, bagaimana hubungan saya selaku wagub dan ZN sebagai gubernur? Apakah harmonis? Pertanyaan itu sangat wajar, karena banyak kasus di Pulau Jawa dan di beberapa daerah lain terjadi konflik yang sangat tajam antara kepala daerah dan wakilnya. 

Ketika ibadah haji 2007, saya bertemu dengan Wakil Gubernur DKI Prijanto yang ketika itu baru saja dilantik. Saya menanyakan masalah ini kepadanya. Bagaimana hubungangan dengan gubernur. Jawabannya sangat optimis. Tidak ada masalah, karena pembagian tugas cukup jelas. Tetapi apa yang terjadi kemudian? Selang beberapa tahun, konflik antara mantan Asisten Teritorial Anggakatan Darat itu, mulai merebak.    

Tentu banyak penyebab konflik itu. Mulai dari hal-hal yang sepele yang terkait dengan peraturan sebelumnya. Misalnya ketika itu masih berlaku ketentuan protokoler penempatan duduk wagub yang tidak semeja dengan gubernur. Atau soal nomor kendaraan, gubernur No. 1, wagub No. 5, sehingga jika terjadi iring-iringan kendaraan menuju suatu acara, wagub berada pada posisi agak di belakang yang berakibat terlambat masuk ke tempat acara. Hal-hal yang punya dampak psikologis ini, praktis tidak terjadi selama saya jadi Wagub.

Soal pengaturan letak tempat duduk, mudah mengatasinya. Saya selalu duduk di samping gubernur dalam setiap acata resmi. Soal nomor plat mobil itu terkait dengan ketentuan di pusat, perlu waktu untuk mengurusnya.

Demikian juga dengan pengambilan keputusan mengangkat pejabat Eselon II. Mekanismenye adalah Baperjakat mengajukan sejumlah nama. Setelah sekda berkonsultasi dengan gubernur, berkas dibawa ke saya. Tentu saja saya mengajukan sejumlah usul nama sebagai nominasi. Selanjutnya nama-nama nominasi dibicarakan dalam pertemuan gubernur, wagub dan sekda. Dalam pertemuan tersebut dibahas secara terbuka setiap nama yang diunggulkan.

Suatu ketika, ZN menolak nama seorang pejabat yang saya usulkan untuk menjadi kepala dinas. Alasannya, menurut informasi ajudan Pak Gubernur, si calon suka mabuk-mabukan. Kemudian saya minta ajudan tersebut dihadirkan.

Keluarga besar Zulkifli Nurdin saat berada di rumah duka
Keluarga besar Zulkifli Nurdin saat berada di rumah duka (TribunJambi/HanifBurhani)

Saya tanyakan, dari mana Anda tahu orang itu suka mabuk-mabukan? Apakah Saudara pernah melihatnya sendiri? Sang ajudan menjawab, saya pernah dengar saja tapi tidak pernah menyaksikan sendiri. Saya tanya lagi: apa saudara yakin sekali dengan apa yang saudara dengar itu? Dijawab: kurang yakin Pak. Maka, selamatlah si calon kadis korban hoaks itu.

     Pengalaman lainnya, saya pernah mengusulkan seorang teman SMP saya di Jambi untuk posisi Kepala Dinas Pertambangan. Usul saya diterima ZN. Apakah nepotisme? Tentu saja tidak. Waktu saya bertemu dengan dia di Diklat, bahkan dia tidak mengenal saya sama sekali. Apakah saudara masih ingat dengan saya, tanya saya. Dia tidak ingat bahwa saya adalah teman sekelasnya di SMP Negeri IV Jambi. Ternyata dia pejabat senior lulusan Jurusan Pertambangan Universitas Sriwijaya, tetapi saat itu ditempatkan sebagai Sekretaris Badan Diklat. Kemudian saya minta Sekda membuka berkas yang bersangkun untuk selanjutnya dikaji sesuai prosedur melalui Baperjakat.

Walhasil, dia layak untuk podisi eselon dua berdasarkan pengalaman, kondite dan latar belakang keahliannya. Maka alhamdulilah, jadilah teman SMP saya itu Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Jambi.

     Masih banyak pengalaman lainnya selama saya selaku Wagub, berpasangan dengan ZN. Tentu saja, sebagai layaknya dalam setiap interaksi, ada dinamika suka-duka, apalagi dalam posisi Kepala Daerah dalam periode transisi.

     “Selamat jalan Pak Zul”. Rakyat Jambi akan mengenang Zulkifli Nurdin sebagai pemimpin yang penuh pengabdian. (antony zeidra abidin)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved