Ide Cerdas 'Hantu Putih', 30 Prajurit Kopassus Bisa Taklukkan Pemberontak Kongo dalam Sekejap
Satu di antara misi yang gemilang, saat operasi Kopassus menjadi pasukan perdamaian PBB. Muncul ide cerdas menaklukkan pemberontak
TRIBUNJAMBI.COM - Kemampuan prajurit Kopassus bukan hanya kemampuan fisik. Perlu kecerdasan tinggi, yang diasah sejak latihan hingga bisa sukses menjalankan misi-misi terbilang mustahil.
Lantaran kemampuan fisik dan kecerdasdan itu, Komando Pasukan Khusus atau Kopassus diakui sebagai pasukan elite bangsa Indonesia. Di luar negeri, Kopassus juga mendapat pengakuan sebagai pasukan elite berkemampuan tinggi.
Satu di antara misi yang gemilang, saat operasi anggota Kopassus menjadi pasukan perdamaian PBB.
Kisah ini terjadi pada 1962, saat Kopassus yang masih bernama RPKAD, diminta PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo.
Kala itu, Kongo tengah dilanda badai mencekam akibat adanya kumpulan pemberontak.
Akhirnya, Indonesia pun mengirimkan tim terbaik yang dikenal sebagai pasukan Garuda III.
Baca: Kelompok Bersenjata yang Ditakuti Ini Terbirit-birit Diserbu 13 Pasukan Kopassus, Ini Kisahnya
Baca: Benny Siapkan 17 Peti Mati, Kopassus Lakukan Misi Pembebasan Sandera di Thailand
Baca: Denjaka Kejar Perompak Somalia Sampai ke Pantai, Aksi Pasukan Elite Seperti di Film Captain Phillips
Letjen Kemal Idris saat itu memimpin pasukan Garuda III. Mereka bermarkas di kawasan Albertville.
Membumi dengan warga setempat
Selama bertugas di sana, pasukan Garuda III mudah beradaptasi dengan warga setempat.
Para anggota Kopassus kerap berinteraksi, hingga mengajarkan cara memasak makanan Indonesia. Tak heran, warga kerap menaruh kepercayaan tinggi.
Alhasil, pergaulan hangat yang dijalin pasukan Garuda III, membuat warga turut bersimpati atas program yang dilancarkan untuk mengamankan daerah tersebut dari pemberontak.
Hal itu membuat warga tanpa pamrih memberikan bocoran, terkait akan adanya serangan dari gerombolan pemberontak.
Serangan pemberontak
Memang benar, suatu waktu markas pasukan Garuda III diserang pemberontak.
Pemberontak merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.
Penyerbuan para pemberontak pada tengah malam ini, membuat markas terkepung.
Penyerangan secara tiba-tiba itu terdiri dari 3.000 pemberontak, sedangkan pasukan di markas hanya 300 orang.

Akhirnya, pasukan Garuda III mencoba bertahan dan balik menyerang.
Pertempuran kedua pihak pada dini hari, membuat kawasan tersebut semakin mencekam.
Adanya baku tembak itu membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan.
Menjelang subuh, para pemberontak balik kanan. Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam.
Pasukan Garuda III menyiapkan strategi untuk balik menyerang.
Akhirnya, 30 anggota Kopassus pun diturunkan menjadi tim paling depan.
Lembah mematikan
Pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju "lembah mematikan".
"Lembah mematikan" itu disebut "no man's land" atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.
Mereka melakukan pergerakan dalam tiga kelompok.

30 anggota Kopassus ini menyamar menjadi warga Kongo.
Tubuhnya dilumuri arang, kemudian membawa bakul sayuran, kambing dan sapi.
Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan, sambil beristirahat di tepi danau.
Kemudian, 30 anggota Kopassus yang nekat itu melancarkan serangannya.
Bayangkan, bagaimana bisa 30 anggota Kopassus menyerang maskas pemberontak yang ditinggali ribuan orang?
Strategi cerdas dilakukan, tanpa diawali gempuran bom.
Tepat pukul 12 malam, anggota Kopassus ini beraksi.
Mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam.
Kain putih itu pun melayang-layang tertebak angin malam.
Semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.
Ya, mereka sengaja mengayamar menjadi hantu.
Hal ini dilakukan untuk menundukan pasukan pemberontak itu.

Pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih.
Hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh.
Terbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.
Padahal, mereka memiliki senjata lengkap, tapi kali ini pemberontak itu tak bisa berkutik.
Kala itu, mereka percaya ada hantu putih di hadapan mereka. Oleh karena itu, mereka tak berani melawan.
Dalam waktu 30 menit, maskas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah mohon ampun.
Memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya.

Namun, itu merupakan strategi nyata yang kemudian menjadi legenda dalam sejarah penjaga perdamaian PBB.
Keberhasilan 30 hantu putih ini, membuat warga Kongo kagum.
Warga Kongo bahkan menjuluki si pasukan "hantu putih" ini dalam sebutan "Les Spiritesses".
Kisah perlawanan 30 anggota Kopassus di Kongo sempat ditulis pemilik akun Kaskus, Agung Mina.
Dalam artikel yang ditulisnya berujudul LES SPIRITESSES - Kisah Kontingen Garuda III di Kongo, 1962, menyebutkan kisah rinci ini berdasarkan informasi dari intelijen.
Demikianlah perimbangan kemampuan fisik dan kecerdasan prajurit Kopassus yang telah terasah dan terbukti.
TRIBUN JAMBI DI INSTAGRAM:
Baca: Kisah Heroik Pratu Suparlan, Legenda Kopassus yang Seorang Diri Tewaskan Ratusan Fretelin
Baca: Aksi Heroik Kopassus, Kopaska dan Marinir Kejar Bajak Laut Hingga Pantai Somalia, Lalu Selesaikan
Baca: Peristiwa 1958, Cuaca Ambon Makin Buruk, Pesawat Terguncang Hebat, RPKAD Lawan Teman Sendiri