Kopi Pagi
Kenapa Jokowi Nomor Satu, Prabowo Nomor Dua? Inikah Makna Nomor dan Aura Pemimpin?
Nomor urut pilpres, kuat manakah pengaruhnya antara 1 dengan 2? Siapa beruntung; Jokowi atau Prabowo?
Penulis: Dodi Sarjana | Editor: Dodi Sarjana
Satu jumpa satu, dua jadinya. Dua yang setuju bersatu jadinya. Semua setuju bersatu, mari bersama membangun negeri.
ANGKA, diyakini banyak orang membawa makna.
Angka satu tentu berbeda dengan angka sembilan atau angka sepuluh yang kalau ditulis sebenarnya tetap mengandung angka satu (satu dan nol/1 & 0 = 10).
Angka kecil, kata semua orang di dunia, menunjukkan urutan terbaik.
Sang juara disebut nomor satu. Juara setelah nomor tiga, selalu disebut juara harapan.
Begitu seterusnya, dan yang keberuntunganya "kecil" seringkali hanya disebut masuk sepuluh besar atau lima besar.
Itu baru soal urutan, belum lagi kalau "dihitung" secara njlimet ala nuansa paragnos atawa supranatural. Persoalannya pasti berbeda dan lebih berwarna lagi. Macam-macam penafsiran akan muncul terkait angka-angka tersebut.
Angka satu bisa dimaknai satu rasa, manunggal, punya pendirian.
Angka dua, dari sisi positifnya juga mengandung kebaikannya sendiri.
Dua ibarat hakikat kehidupan ini, ada laki dan perempuan, ada siang dan malam, ada kebaikan dan kejahatan. Jadi dua seolah sempurna.
Angka tiga juga tidak kalah bagusnya.
Tiga ibarat timbangan; ada yang di tengah sebagai penyeimbang dan dua di sisi kanan kirinya.
Mendapat anugerah angka tiga, bisa dimaknai akan mampu membawa keadilan. Demikian pula untuk angka-angka berikutnya; empat, lima, dan seterusnya punya kebaikan masing-masing.
Baca: FOTO: Asisten Pribadi 4 Artis Ini Digaji Puluhan Juta, Ada Hotman Paris Hingga Dewi Perssik
Baca: Pengakuan Hotman Paris Dilamar Banyak Parpol, Dijanjikan Jabatan Karena Alasan Ini
Membicarakan kemungkinan-kemungkinan di balik angka tidak akan ada habisnya. Bahkan akan mendorong munculnya perdebatan seru. Namun yang pasti setiap angka tetaplah membawa keberuntungan bagi masing-masing orang.
Contohnya angka 13. Meski saat ini banyak yang menyakini angka tersebut pembawa sial, tapi bagi orang-orang tertentu, angka tersebut katanya justru membawa keberuntungan. Kesialan angka 13, sebenarnya bermula dari dongeng-doneng kuno orang manca.
Dongeng Perancis misalnya, menyebutkan bahwa setan-setan akan meminta korban orang ketigabelas yang melewati sebuah jembatan tertentu.
Sementtara kisah Yunani menuturkan Kapten ke-13 dibuang ke dalam jurang sebagai awak terakhir.
Demikian sialkah angka 13? Ternyata tidak selalu. Lain ladang lain belalang, lain daerah lain pula artinya.
Dalam kepercayaan kuno Suku Maya, angka 13 ternyata sangat diutamakan. Angka 13 dianggap sebagai angka sakral dan angka keberuntungan karena nilai numeriknya dalam bahasa Ibrani membentuk kata Ahad “Esa,” sifat terpenting Tuhan.
So pasti, arti atau makna atau nilai mistis suatu angka, atau nilai-nilai keberuntungan yang dikandungnya belum tentu sama antara budaya satu dengan yang lain, antara keyakinan satu dengan yang lain.
Makna sebuah angka, seperti tertulis dalam buku The Mystery Of Number, karya Annemarie Schimmel, tergantung interpretasi masyarakat yang dikontruksi oleh cara pandang, keseharian, bahkan dikaitkan dengan suatu peristiwa yang terjadi dalam masyarakat tersebut.
Terutama kejadian yang menimpa salah satu tokoh panutan mereka.
Baca: Link Live Streaming French Open 2018 Berikut Jadwal Pertandingan Hari Ini, Catat Waktunya
Persoalan angka, lagi-lagi menjadi perbincangan menarik di tanah air menyusul penetapan nomor urut pasangan calon peserta Pilpres (Pemilihan Presiden).
Penetapan nomor urut calon presiden (capres) mendatang memang sudah purna.
Namun pembahasan soal nomor tersebut seolah tak ada hentinya.
Bahkan sampai detik coblosan dan usai coblosan nanti, persoalan nomor tersebut tentunya akan tetap menjadi perbincangan.
Kubu Jokowi (Joko Widodo) yang mendapat nomor satu, menyatakan beruntung karena nomor satu akan mudah diingat. Sementara kubu Prabowo yang mendapat nomor urut dua juga menyatakan tak kalah beruntungnya.
"Satu untuk Indonesia, Indonesia bersatu," ucap Jokowi sambil mengacungkan jari telunjuknya, sesaat keluar dari gedung KPU, Jumat (21/9/2018). Sementara menurut Sandiaga Uno (calon wakil Prabowo), angka dua karunia Allah. “Dua ada maknanya yaitu dua isu utama ekonomi kita, satu lapangan kerja dan satu lagi harga bahan pokok. Angka dua itu, peace and victory, (kemudian) adil dan makmur" ucap Sandiaga.
Jadi, kubu Jokowi maupun Prabowo memaknai dan menyakini bahwa nomor yang mereka miliki adalah nomor-nomor yang sudah pas.
Tepat untuk masingt-masing. Pastinya, tinggal mengkuthak-kathik dengan jargon-jargon yang cocok untuk program dan visi misi masing-masing ke depan.
Bagaimanapun nomor urut 1 dan 2 untuk pilpres mendatang sudah diputus siapa pemiliknya.
Masing-masing pasangan pemilik nomor tersebut suka-tidak suka, mau-tidak mau, harus menyakininya sebagai nomor keberuntungan masing-masing.
Baca: Manchester United vs Juventus, Prediksi Line Up, dan Strategi Meraih Poin Penuh
Baca: Ramalan Zodiak 23 Oktober 2018, Cancer Bakal Terserang Gosip, Taurus Stabil
Yang pasti, dalam kiprah kampanye nanti, mereka justru dituntut untuk membuat nomor urut tersebut menjadi lebih ber-aura.
Mereka harus bisa menyakinkan masyarakat bahwa nomor yang mereka punyailah yang cocok untuk dicoblos nantinya.
Seribu satu cara mungkin sudah direncanakan tim sukses pilpres 2019 guna memikat calon pemilih. Daftar "janji kampanye" mungkin telah diketik rapi.
Tinggal disuarakan. Atraksi unik hingga "nakal" pasti telah dipersiapkan. Intinya, para pemilih akan dirayu. Rayuan siapa yang paling manjur? Terlalu dini menjawabnya sekarang.
Ribuan bahkan puluhan juta simpatisan akan dihadirkan tim sukses guna membangun psikologis masyarakat akan kuat dan hebatnya calon pemimpin yang diusung.
Membentuk psikologi massa pemilih akan kekuatan dan kehebatan calom pemimpin di satu sisi mungkin efektif. Tapi di sisi lain, kampanye yang tak terkontrol dan buruk bisa mempengaruhi dan menciptakan persepsi buruk masyarakat terhadap calon tersebut.
Perlu kita ingat, kampanye pada dasarnya adalah bagaimana memenangkan hati masyarakat dengan memberi contoh yang baik. Karenanya tim sukses dan calon pemimpin ditantang untuk kembali membangun optimisme masyarakat bahwa calon pemimpin yang bersangkutan dapat dipercaya. Kampanye bisa dijadikan langkah awal.
Bukan hanya ajang sesumbar.
Sementara nomor urut, tetaplah nomor.
Dia akan memberikan makna baik jika pembawanya juga berkelakuan baik. Lalu kenapa Jokowi mendapat nomor urut 1 dan Prabowo mendapat nomor 2? Itu hanya “cara” atau “alat” untuk memudahkan masyarakat memilih. Karena tak mungkin bisa dipilih jika nomornya sama. (RHR Dodi Sarjana) ****