Kisah Kutukan Abadi Han Wee Sing Masih Bergaung di Lasem, jadi Magnet Wisatawan
Kutukan abadi Han Wee Sing untuk keturunannya yang berani tinggal di Lasem akan mengalami kesialan. Bagi laki-laki akan ...
Awan hitam menggelantung. Tak lama hujan petir menyambar dan jenasah ditinggalkan begitu saja. Ketika mereda, muncul gundukan tanah makam.
Baca: Gempar, Anak Kandung Bung Karno yang Pernah Jadi Kondektur Bemo & Penjual Es di Manado
Tak lama berselang, terdengar suara mengutuk datang dari dalam makam itu yang menyebutkan bahwa keturunan Han tidak boleh tinggal di Lasem.
Apabila melanggar akan jatuh miskin. Kemudian, kedua pemuda Han ini berlari meninggalkan Lasem.
Keturunan Han menyebar di beberapa kota besar, terutama Surabaya.
Tengoklah rumah abu keluarga Han di Surabaya, ya dari Lasemlah mereka berasal!
Legenda ini sampai sekarang masih terus berdengung dan menjadi semacam urban legend di Lasem.
Daya mistisnya justru menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk mendatangi makam di Lasem ini.
Siapakah Han Wee Sing sesungguhnya? Mari, saya mengajak Anda membaca nisan legendaris tersebut.
Nama yang tertera dalam nisan itu adalah Han Du Chun. Ia dikenal dengan nama Han Siong Kong.
Pada nisan tersebut tertera informasi waktu pendirian nisan yaitu tahun ke-33 masa pemerintahan Kaisar Qian Long (1735-1796) dari Dinasti Qing, tepatnya tahun 1768.
Informasi selanjutnya menyebutkan bahwa Han De Chun berasal dari Tian Bao (Fujian) dan pada saat nisan itu dibuat, Ia memiliki lima orang anak laki-laki, belasan cucu dan tiga orang buyut.
Sejatinya, pada 1991, Claudine Salmon telah mempublikasikan artikelnya yang berjudul “The Han Family of East Java Entrepreuneurship and Politics (18th-19th Century)” dalam jurnal Archipel volume 41.
Salmon melacak asal-usul keluarga Han di Pulau Jawa sampai ke Tianbao, Zhangzhou-Fujian, tempat nenek moyang marga Han berasal.
Didapatinya rumah keluarga Han Siong Kong terletak di daerah Ximenzhai, Tianbao-Fujian.
Han Siong Kong lahir di Lubianshe, Tianbao, pada tahun 1673. Menurut Salmon yang membaca papan arwah di Rumah Abu Keluarga Han – Surabaya, Han Siong Kong menetap di Lasem dan meninggal di Rajegwesi (sekarang Bojonegoro) pada tahun 1743.
Selanjutnya Salmon yang menggali tradisi lisan lokal menyebutkan bahwa pada saat pemakaman Han Siong Kong, terjadi hujan lebat dan petir hebat.
Peti mati Han Siong Kong dibiarkan teronggok di jalanan karena para pengantar jenasah berhamburan mencari tempat berteduh.
Cerita berlanjut dengan terkuburnya peti mati tersebut secara misterius.