Latih 161 Falitator Pendidikan, Tanoto Foundation Upayakan Peningkatan Mutu Pendidikan di Jambi
Sebanyak 161 fasilitator daerah dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) mitra, dilatih Tanoto Foundation.
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Teguh Suprayitno
Laporan wartawan Tribun Jambi Fitri Amalia
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sebanyak 161 fasilitator daerah dan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) mitra, dilatih Tanoto Foundation untuk mengimplementasikan program peningkatan mutu pendidikan dasar di Provinsi Jambi.
Para calon fasilitator tersebut berasal dari dosen Universitas Jambi, UIN STS, Universitas Riau, widyaiswara LPMP guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah dari kabupaten mitra.
Herlina, Kepala Sekolah SMP N 7 Batanghari yang merupakan sekolah mitra baru Tanoto Foundation mengatakan, hal ini menjadi pencerahan tersendiri bagi sekolahnya, terutama untuk pembelajaran dan tenaga pendidiknya.
"Dengan datangnya dan digunakan sekolah kami untuk kegiatan dari Tanoto Foundation ini kami mendapatkan energi positif, menjadi tahu pembelajaran yang baik itu bagaimana, apa lagi peserta dari TOT nya sendiri kalo saya lihat memang berkompeten dibidangnya," ujar Herlina.
Selanjutnya ia mengatakan karena ini hal baru untuk sekolahnya tentu banyak perbedaan dari segi praktek mengajar. "Minimal kami dari tenaga pendidiknya mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang baik dan benar," tuturnya.
Ia berharap ke depannya akan ada perubahan pada proses belajar mengajar secara signifikan. Bagaimana belajar tidak lagi monoton terhadap guru dan bagaimana metode mengajar yang kreatif itu sendiri dapat diterapkan.
"Sehingga motivasi dan minat belajar siswa datang dengan sendirinya dengan perubahan proses ini," tutupnya.
Calon fasilitator dari UIN STS Jambi, Ilyas Hasibuan juga mengatakan, workshop ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dimulai dengan peningkatan kualitas mengajar dari guru. Hal tersebut karena pendidikan yang sesungguhnya ada di jenjang SD dan SMP.
"Kalo SLTA ke bawah itu kan seperti SD dan SMP ditentukan oleh gurunya, kalo murid bodoh pasti guru salah ya, beda dengan kuliah, kalau mahasiswanya bodoh belum tentu dosen salah, tapi kalo SLTA ke bawah sangat tergantung kepada guru, karena pendidikan yang sesungguhnya itu ada di SLTA ke bawah," jelasnya.
Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sangat diprioritaskan pada peningkatan kualitas tenaga pengajar terutama untuk pembelajaran siswa. Sehingga guru-guru dapat membuat siswa aktif maka dikembangkan pembelajaran aktif. Sayangnya belum semua guru yang bisa melaksanakan pembelajaran aktif.
"Misal bagaimana murid bisa mengamati, merasakan, mengembangkan interaksi sampai memberikan penilaian terhadap apa yang dipelajari," ujarnya.
Hal ini juga dapat diterapkan di perguruan sebagai lembaga pencetak guru. Agar dosen-dosen yang mencetak guru juga dapat mengarahkan guru dan calon guru sesuai dengan kebutuhan.
"Bahwa ke depan, guru yang sedang dicetak mau mengajar di tingkat SLTA ke bawah, jadi harus mempersiapkan tenaga pengajar yang betul-betul berkualitas untuk mendidik anak murid. Selama ini kan tenaga pengajar di Indonesia terlalu teoritis sehingga kurang melibatkan siswa dalan proses pembelajaran, kurang melaksanakan student oriented tapi lebih kepada teacher oriented," pungkasnya.