HUT TNI ke 73
Peluru Menembus Kepalanya, Anggota Kopassus ini Tetap Bertugas Hingga Sang Komandan Bereaksi
Setiap operasi yang dilakukan pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia ( TNI) melahirkan cerita kemenangan
TRIBUNJAMBI.COM - Setiap operasi yang dilakukan pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia ( TNI) melahirkan cerita kemenangan.
Namun ada juga cerita haru, tentang kabar gugurnya sang prajurit.
Seperti kisah anggota Kopassus yang diincar penembak runduk musuh, namun nekat bertempur.
Kisah saat konflik di Ambon 1999 berikut ini dilansir tribunJambi.com dari indonesiamedia.com.
Konflik Ambon menjadi catatan kelam Tanah Air. Konflik SARA meletus dan mengakibatkan korban jiwa.
Situasi semakin buruk, saat gudang senjata Brimob dijarah.
Sejumlah oknum anggota TNI maupun Polri yang desertir dan bergabung dalam kerusuhan berdarah itu.
Mabes TNI kemudian mengirimkan batalyon elite yang terdiri dari Sat Bravo 81 Kopassus, Denjaka Marinir dan Bravo Paskhas.
Mereka ditugaskan selalu bergerak untuk menghentikan baku tembak di titik-titik panas sekaligus mencegahnya meluas.
Baca: Di Pentagon, Para Jenderal AS Sibuk Bicarakan Kekuatan Kopassus dengan Ilmu Aneh yang Mengerikan
Penembak Jitu Incar Kepala Anggota Kopassus, Kompi C di Saparua Melawan Musuh Terlatih
Kompi C YonGab bergerak ke Saparua.
Di sebuah desa, pasukan ini terlibat tembak menembak sengit dengan kelompok perusuh.
Cerita itu tertuang dalam buku Biografi Marsma (Pur) Nanok Soeratno, Kisah Sejati Prajurit Paskhas, yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia.
Kapten Psk Yudi Bustami yang memimpin kompi itu mengingat, dari cara tembakan dan perlawanan diketahui bahwa kelompok perusuh merupakan orang-orang yang terlatih.
Dan benar saja, tiba-tiba ada teriakan meminta pertolongan medis. Seorang prajurit terkena tembakan di kepala.
Korban tertembak adalah Serda Asrofi, Komandan Regu dari Kopassus.
Asrofi awalnya berlindung di balik tembok.
Baca: Anggotanya Cantik Tapi Mematikan, Ini 9 Pasukan Khusus Wanita yang Ditakuti Dunia
Dia tertembak sedetik setelah melongokan kepalanya untuk melihat situasi.
Rupanya, penembak jitu sudah mengincar posisi pasukan ini.
Peluru menghantam helm kevlarnya.
Mengenai pelipis kiri, hingga tembus ke pelipis bagian kanan.
Yudi memerintahkan tindakan evakuasi.
Saat itu masih terdengar erangan kesakitan dari Serda Asrofi.

Sersan pemberani
Yudi meyakini nyawa sersan pemberani ini masih bisa diselamatkan, karena ada kapal TNI AL yang masih standby di perairan Saparua.
Bukan perkara mudah melakukan evakuasi di tengah pertempuran.
Empat personel yang mengangkut tandu darurat tentu bakal jadi santapan empuk.
Yudi melakukan tindakan berani.
Dia berlari di belakang tandu untuk menjadi tameng hidup bagi para prajuritnya yang memegang tandu.
Saat tandu berhenti sejenak di bawah sebuah pohon Ketapang, tepat di perbatasan Kampung Sori Muslim dan Kristen, Kopda Asep memeriksa kondisi Serda Asrofi.
Baca: Ini Syarat, Alur dan Cara Upload Dokumen di sscn.bkn.go.id untuk Pendaftaran CPNS 2018
Baca: Mario Gomez, Pelatih Persib Berkomentar Pedas Atas Tewasnya Suporter Persija oleh Oknum Bobotoh
Tarikan nafasnya makin lemah. Tamtama kesehatan itu lalu berbisik pada Yudi.
“Komandan, ini tidak akan sampai di kapal,” kata Asep.
Yudi mencoba bersikap bijak. “Mari doakan yang terbaik,” ujarnya lirih.
Tubuh Asrofi terkulai melemah di pangkuan Asep yang dengan telaten merawat rekannya itu.
Suasana haru, di dalam hati masing-masing terucap doa pada Tuhan, agar prajurit terbaik itu bisa selamat dan kembali ke rumah menemui keluarganya.
Namun, hari itu takdir berkata lain, TNI kehilangan seorang prajuritnya di medan tugas Tanah Saparua.

Tepat di bawah Pohon Ketapang itu, Serda Asrofi gugur di pangkuan Kopral Asep Darma.
Yudi menolak memakamkan Serda Asrofi di desa Muslim atau Kristen.
Dia membawa pulang jenazah anak buahnya itu.
Kejadian itu menyadarkan warga dua desa, bahwa tak ada keberpihakan YonGab di Ambon. Bahkan, salah seorang prajuritnya harus gugur karena mendamaikan kelompok yang bertikai.
Kompi C terus berada di Saparua selama tiga minggu lamanya.
Mereka meneruskan tugas untuk merazia senjata api dan mendamaikan konflik SARA yang membuat Ambon menangis. (Sripoku.com/Candra)
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM: