Kesehatan
Ketika Pasangan Merasa Sedih Bahkan Menangis Usai Berhubungan Intim. Apa yang Terjadi?
Meski banyak manfaatnya bagi kesehatan pasangan, sebagian orang justru merasa sedih, bahkan sampai menangis usai berhubungan
Penulis: Fifi Suryani | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM - Meski banyak manfaatnya bagi kesehatan pasangan, sebagian orang justru merasa sedih, bahkan sampai menangis usai berhubungan seksual. Apa penyebabnya?
Dilansir klikdokter.com, dalam ulasannya Ruli Nurulia menyebutkan, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis, hubungan seksual juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan pasangan.
"Manfaatnya mulai dari meningkatkan imunitas tubuh, meningkatkan fungsi kontrol kandung kemih, menurunkan tekanan darah, membakar kalori, meningkatkan mood, menurunkan risiko penyakit jantung, dan masih banyak lagi."
Baca: Enam Hari Dilaporkan Hilang, Jasad Wanita 63 Tahun Ditemukan dalam Septic Tank
Lalu mengapa ada sebagian orang yang justru merasa sedih, bahkan sampai menangis. Apa yang terjadi? Dijelaskan Ruli, kesedihan yang dirasakan setelah berhubungan seks ini memiliki nama, yaitu post-coital dysphoria (PCD).
Terapis seks Ian Kerner asal New York, Amerika Serikat (AS), di laman Health mendeskripsikan PCD sebagai kesedihan, kemarahan, dan rasa tertekan yang dirasakan setelah berhubungan seks, dan sering kali setelah mengalami orgasme.
"Anda dapat merasakan ini bahkan setelah berhubungan seks dengan pasangan yang Anda cintai, bahkan dapat terjadi saat atau setelah masturbasi."
Tak hanya fakta bahwa kesedihan seperti ini terjadi, tapi kondisi ini secara mengejutkan dianggap wajar. Lewat sebuah survei terhadap mahasiswi yang diterbitkan di jurnal "Sexual Medicine" tahun 2005, ditemukan bahwa 46 persen partisipan mengalami PCD setidaknya satu kali. Sedangkan 5 persen lainnya dilaporkan merasa sedih dan kesepian setelah beberapa kali berhubungan seks selama 4 minggu. Peneliti juga mencatat bahwa tidak ada kaitan antara PCD dan keintiman dalam sebuah hubungan yang erat (dengan pasangan).
Baca: Mengukur Kesehatan Saluran Cerna dari Bau Kentut. Benarkah Makin Busuk Makin Sehat?
Baca: Unggah Video Pernikahan di FB, Pria Ini Diserang di Depan Istrinya yang Sedang Hamil
Meski penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi Robert Schweitzer, pemimpin studi di atas, mengatakan kepada Newsweek bahwa responden merasa sedih bukan karena pengalaman seks yang buruk. Bahkan, kadang PCD bisa muncul setelah mereka mencapai orgasme yang luar biasa.
Menurut Robert, kondisi ini dikarenakan orgasme tak hanya melepaskan kenikmatan saja, tapi juga semua buncahan emosi yang dirasakan seseorang. Bisa jadi seseorang ikut melepaskan emosi dan perasaan stres atau depresi yang tertahan selama beberapa waktu lamanya, dan ini bisa memicu perasaan sedih usai bercinta.
Pada wanita, PCD juga bisa terjadi karena ekspektasi yang terlalu berlebihan, misalnya membayangkan seks akan terasa hebat, tapi nyatanya justru sebaliknya. Akibatnya, rasa sedih atau marah pun bisa mencuat.
Meskipun ada banyak kemungkinan penyebab, tapi semua yang disebut di atas hanyalah asumsi semata. Ini karena otak manusia bekerja secara rumit dan kompleks, terutama saat seks terjadi. Hingga kini, belum ada penelitian yang mampu mengungkapkan cara kerja otak secara terperinci ketika seseorang sedang berhubungan seks.
Baca: Sperma Keluar saat Buang Air Kecil, Normalkah Dok?
Baca: 5 Penyebab Perut Tetap Buncit, Meski Sudah Berolahraga
Baca: Kecewa Istri Lahirkan Bayi Perempuan Lagi, Pria Ini Ditangkap setelah Lakukan Kekerasan Ini
Juga bisa menimpa pria
Baru-baru ini ada studi yang memperkirakan prevalensi PCD terhadap pria yang dipublikasikan dalam "Journal of Sex & Marital Therapy". Para peneliti dari Universitas Teknologi Queensland, Australia, menganalisis hasil survei berskala internasional yang melibatkan 1.200 pria dari Amerika Serikat, Australia, Inggris, Rusia, Selandia Baru, Jerman, dan negara-negara lainnya.
Tim peneliti menemukan bahwa 41 persen partisipan mengaku pernah mengalami PCD, dengan 20 persen mengatakan PCD dialami dalam 4 minggu terakhir. Sementara itu, 4 persen dari pertisipan mengaku sering mengalaminya.