'Sriwijaya Bukan Kerajaan, Bukan Pula Nama'
Penulis bernama Wenri Wanhar melalukan reportase terkait Sejarah. Dari berbagai reportase dan pengetahuan yang ia dapatkan di lapangan
Penulis: Muuhammad Ferry Fadly | Editor: Fifi Suryani
Laporan Wartawan Tribunjambi.com Fadly
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Penulis bernama Wenri Wanhar melalukan reportase terkait Sejarah.
Dari berbagai reportase dan pengetahuan yang ia dapatkan di lapangan, munculah buku dengan judul Sri Buddha - Bukan Sriwijaya, dan juga Bangsa Pelaut - Kisah Setua Waktu.
Ia mengatakan buku-buku ini adalah hasil karya, buah pikir dan buah peluh orang banyak, "gotong royong dari semua makhluk dari segala unsur, Beta hanya merangkainya," jelasnya.
Baca: Saat Jemaah Tiba, Sanak Keluarga Berlinang Air Mata
Ia juga mengatakan bahwa layaknya sepasang kekasih, kedua naskah buku ini saling melengkapi.
Ia meyakini bahwa kabar dari masa lampau, bahwa peradaban kita yang paling tua, jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa di dalam buku tersebut, ia hanya bercerita apa adanya, "tak penting menganggap cerita kita yang benar, cerita ini adalah cuman segemgam daun kebenaran diantara rimbunnya dedaunan di hutan," ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa Sriwijaya bukanlah sebuah kerajaan, "dari ilmu pengetahuan, maaf beribu maaf, sriwijawa bukan nama kerajaan, sriwijaya bukan pula sama seorang raja," jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa sriwijaya memang muncul dalam bahasa prasasti dan batu bersurat dan seluruhnya diiringi kata kedutan dan datuk, "sriwijaya memang kedutan atau kedaton," jelasnya.
Itu, lanjutnya semacam civitas akademika, atau perguruan tinggi, tempat orang menempu ilmu, ungkapannya.
Ia juga mengatakan, di dalam kedua bukunya itulah nanti akan dijelaskan mulai dari teori sejarah kerajaan Sriwijaya hingga meceritakan tentang nenek moyang seorang pelaut.
Baca: Bupati Muarojambi akan Evaluasi TPP ASN
Baca: Tim Gabungan Denpom dan Polda Jambi Raziai Enam Tempat Hiburan Malam