1999, 80 Anggota Paskhas Siap Genggam Granat saat Pangkoopsau Ditodong Senjata Pasukan Interfet

Rombongan Pangkoopsau tiba-tiba mendapat adangan sejumlah pasukan INTERFET dalam posisi senjata ditodongkan dan siap tembak.

Editor: Duanto AS
Sat Bravo Paskhas 90. (tribunnews) 

Diiringi sirine yang meraung-raung, personel pasukan INTERFET keluar dari pesawat dalam kondisi siap menembaki dan berlarian ke berbagai arah untuk membentuk perimeter (pertahanan) pengamanan Bandara Komoro.

Siap tempur di Bandara Komoro

Sepak terjang pasukan INTERFET yang siap tempur dalam kondisi senjata terkokang dan siap menembak, itu jelas membuat para prajurit Paskhas yang sedang bertugas mengoperasikan dan mengendalikan bandara jengah.

Sebagai pasukan komando terlatih dan memiliki kemampuan khusus mengoperasikan bandara, Paskhas memang ditugaskan mengamankan bandara setelah para operator sipil Bandara Komoro dievakuasi ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Paskhas sekaligus menjadi pasukan paling terakhir yang meninggalkan Dili.

Untuk mengantisipasi kondisi terburuk, Paskhas yang berjumlah sekira 80 orang dan masing-masing menyandang senjata di pundak, itu diam-diam juga telah menyiapkan diri bertempur sampai titik darah terakhir melawan pasukan INTERFET.

Saat itu, pasukan Gurkha yang merupakan pasukan elite Inggris dan memiliki sejumlah kemampuan komando seperti Paskhas juga mulai diturunkan. Pasukan itu juga dalam kondisi siap tempur.

Di antara milisi

Pasukan INTERFET, khususnya Australia, sebenarnya sedang bingung karena dalam briefing untuk pendaratan di Dili. Mereka mendapat informasi intelijen jika kota Dili dalam situasi perang dan dikendalikan para milisi bersenjata.

Sejumlah milisi bersenjata memang ada di Tim-Tim tapi tidak sampai menguasai Bandara Komoro yang masih dikendalikan pasukan Paskhas.

Tapi, sewaktu mendarat di Bandara Komoro, pasukan INTERFET yang mendapatkan tugas utama menguasai bandara, bukannya langsung menghadapi pertempuran.

Mereka justru menghadapi pasukan Paskhas berseragam resmi sebagai tentara reguler, bersenjata lengkap, dan secara profesional mampu mengendalikan lalu-lintas Bandara Komoro.

Baca: Tatan Gendong Bayi Bermata Satu Itu Pakai Kain, Naik Sepeda Motor Lalu Mengebumikan

Pasukan INTERFET sebenarnya juga mendapatkan tugas untuk melucuti semua personel yang bersenjata di Tim-Tim. Mereja juga akan menembak mati bagi mereka yang melawan.

Namun, ketika menyadari pasukan Paskhas merupakan pasukan resmi, INTERFET membatalkan diri untuk melucuti senjata. Itu mengingat pasukan Paskhas juga dalam posisi siap melaksanakan pertempuran.

Kemampuan pasukan Paskhas bisa mengendalikan operasi Bandara Komoro dengan profesional, secara diam-diam justru membuat pasukan Australia merasa segan.

Di kalangan pasukan negara-negara Persemakmuran Inggris, mereka memang memiliki pasukan terlatih yang bisa mengoperasikan bandara atau pangkalan udara, yakni pasukan khusus SAS (Special Air Service).

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved