Kelakuan ISIS Sebelum Dijadikan Budak, Jika Wanita Telah Memiliki Buah Dada, Maka 'Sudah Siap'

Kelompok militan paling berbahaya ISIS menebar terror hingga menculik penduduk yang kemudian mereka jadikan budak.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko

TRIBUNJAMBI.COM - Kelompok militan paling berbahaya ISIS menebar terror hingga menculik penduduk yang kemudian mereka jadikan budak.

Mereka, kebanyakan gadis-gadis baik yang masih muda maupun yang sudah matang, diculik setelah dipaksa berdiri di dinding sementara para pria meraba-raba dada mereka.

Baca: Aksi Kopassus yang Tak Bisa Dilakukan Manusia Normal, Bikin Negara Terkuat di Dunia Terdiam

Baca: Joko Widodo Bertemu Super Junior, Beri Salam 5 Jari Senyum Lebar Semua

 "Jika dia memiliki payudara, maka dia 'sudah siap' untuk diperkosa," kata seorang korban Yazidi dikutip dari New York Post.

“Jika dia tidak memiliki payudara, mereka menahannya di sana selama tiga bulan dan kembali untuk melihat apakah telah tumbuh (payudaranya), sementara itu mereka kembali datang untuk memastikan apakah mereka sudah 'siap' diperkosa," tambahnya.

Ribuan gadis lain yang berasal dari Irak dan Suriah juga mengalami tindakan yang sama, mereka diculik dan dijadikan budak.

Pengalam dan kisah getir ini diceritakan oleh Nikita Malik dari Henry Jackson Society melalui News.com.au.

Perbudakan seks telah menjadi komoditas yang menguntungkan bagi kelompok militan ISIS, Boko Haram, hingga Al-Shabaab dalam beberapa tahun terakhir.

Pada mulanya, orang-orang yang diculik telah mendorong sebuah pasar yang berkembang, di mana skema penebusan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.

Baca: 10 Amalan yang Dianjurkan pada Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H

Baca: Hanya Enam Orang di Gedung WTC yang Berhasil Selamat Tepat Hari Ini 17 Tahun Lalu

Misalnya, pada 2016 lalu, ISIS menghasilkan uang antara 12 juta dolar AS hingga 38 juta dolar AS (sekitar Rp170 miliar-Rp567 miliar).

Selain menjadi komoditas yang menghasilkan uang, para budak juga dijadikan obligasi antar pejuang dan digunakan sebagai hadiah untuk para pejuang.

"Teroris menggunakan kekerasan seksual, termasuk pemerkosaan, perbudakan seksual, dan perkawinan paksa, untuk menyokong orang-orang yang direkrut, menggembleng para pejuang, dan, dalam kasus kelompok-kelompoknya," tulis Malik.

Propaganda para budak berfungsi sebagai insentif dan faktor penarik untuk merekrut anggota baru, sekaligus dijanjikan sebagai istri dan budak seks.

Laporan komprehensif meyoroti sebuah perdagangan yang tidak menempati area gelap di mana kekerasan seksual, terorisme dan perdagangan manusia antara pelaku dan korban.

Baca: Agustus, NTP Di Jambi Naik, Indek Harga Bayar Petani Turun

Sebagai gantinya perlakukan ISIS terhadap budak seks didefinisikkan dengan baik meski dalam lingkungan kelompok teror.

Ada peraturan khusus yang berisis 27 halaman dokumen yang menetapkan aturan untuk perawatan para budak seks.

Halaman
12
Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved