Brutalnya & Sangat Heroik, Kisah Anggota Kopassus yang Rela Ledakan Tubuhnya Demi Lindungi Teman
Kisah prajurit satu ini sangat menginspirasi, bahkan mampu mebangun jiwa nasionalis atas aksi heroiknya yang melindungi
Hamburan peluru senapan mesin musuh yang mengoyak tubuh Pratu Suparlan, dibalasnya dengan rentetan peluru, hingga amunisinya habis.
Meski bersimbah darah, prajurit Kopassus ini tetap tegar bagai Banteng Ketaton.
Pratu Suparlan
Bukannya roboh seperti harapan musuh, Pratu Suparlan justru menghunus pisau Komandonya, lalu berlari mengejar Fretilin ke tengah semak belukar, dan merobohkan 6 orang.
Tak terhitung jumlah peluru yang telah menancap di tubuhnya, membuat seragam loreng yang dikenakan Pratu Suparlan, berubah warna menjadi merah akibat darah yang mengucur deras dari luka-lukanya.
Namun ia tak menyerah, meski pasukan komunis itu menjadikannya bulan-bulanan peluru.
Tibalah Pratu Suparlan pada ambang kesanggupannya, ia terduduk dan tak lagi mampu menggenggam pisau Komandonya.
Baca: FOTO: Deretan Kisah Heroik Kopassus, Denjaka dan Kopaska! Disegani SAS Sampai Buat Navy Seal Gentar
Baca: Hell week, Cerita Seram Gemblengan Fisik di Sat Bravo 90, Gultor Kopassus, Denjaka, Kopaska
Ia kehabisan darah.
Namun ia tak pernah kehabisan akal maupun semangat, untuk membela Ibu Pertiwi, dari rongrongan pemberontak!

Tetap Cerdas di Ujung Nafas
Saat jatuh terduduk, pasukan Fretilin segera mengerumuninya, dan memberikan sebuah tembakan di lehernya.
Setelah puluhan musuh makin dekat mengepungnya, dengan sisa tenaga yang ada, ia susupkan tangan ke kantong celana.
Dalam hitungan detik, dicabutnya pin granat, lalu ia melompat ke arah kerumunan Fretilin di depannya seraya berteriak, “Allahu Akbar”….
Baca: Soeharto Diremehkan Saat Kunjungan ke Belanda, Benny Mengamuk dan Membuat Pucat Intel Tuan Rumah
Baca: Tembak Menembak Dari Jarak Dekat, Latihan Mengerikan Denjaka Ini Bikin Gentar Pasukan Khusus AS
Dentuman keras membahana, mengiringi robohnya puluhan prajurit komunis, bersama seorang prajurit Kopassus bernama Prajurit Satu Suparlan.
Sementara itu, sisa pasukan “Unit Suparlan” yang tinggal 5 orang, telah menguasai ketinggian di celah bukit.