Pedagang Risau, Harga Telur Ayam Terus Naik

Penjualan pedagang telur di Pasat Atas Muara Bungo melorot, bahkan hanya sampai separuh dari hari bisanya. seperti yang dialami Deden.

Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Teguh Suprayitno
Tribun Jambi/Jaka HB
penjual telur di Bungo 

Laporan Wartawan Tribun Jambi Jaka HB

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Penjualan pedagang telur di Pasat Atas Muara Bungo melorot, bahkan hanya sampai separuh dari hari bisanya. seperti yang dialami Deden.

Katanya, sehari biasanya ia bisa jual 100 karpet (isi 30 butir), namun sekarang hanya separuhnya. Hal ini dikarenakan harga telur yang tinggi. "Sudah sepuluh hari ini. Sekarang Rp 47 ribu per karpetnya," ungkapnya.

Kata Deden, sebelumnya harga paling tinggi hanya sampai Rp 40 ribu. Ia mengaku dapat kabar jika tingginya harga telur disebabkan sedikitnya stok ayam yang ada saat ini.

"Stok dari Sumatera Barat banyak dikirim ke Jawa. Karena tiba-tiba stok berkurang di sana," ungkapnya, pada  Kamis (19/7).

Eka pedagang telur lainnya, juga mengeluhkan hal yang sama. "Biasanya harga telur cuma Rp 40 ribuan untuk satu karpetnya. Saat sampai Rp 50 ribu. Kami berharap harga cepat kembali stabil dan penjualan akan normal kembali," katanya.

Selain itu, Murni penjual telur lainnya menyebutkan kenaikan harga hingga tersebut terjadi sekitar dua pekan terakhir.

“Pas puasa kemarin sekitar Rp 38-39 ribu, terus pas habis Lebaran baru mulai naik sampai sekarang Rp 45.000,” ujar Murni, Rabu (18/7).

Dia menyatakan bahwa melonjaknya harga telur di pasaran bukan terjadi hari ini saja, tetapi sudah beberapa hari.

“Cuma memang dalam minggu ini kenaikannya lebih agresif dibandingkan sebelumnya yang kenaikannya bisa Rp 300-500 perak,” tutur Murni.

Murni pun mengakui, kenaikan harga telur ayam tersebut tak hanya merisaukan konsumen, melainkan juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang.

Pasalnya, selain semakin sulit menjualnya para pedagang juga kesulitan memperoleh telur ayam tersebut. Kesulitan itu semakin diperparah dengan tak mampunyai para pedagang menambah modal jualannya.

“Semakin mahal harga semakin sedikit jumlah produksi yang kami dapat. Modal kami katakanlah sehari sejuta ya, ya sehari terus sejuta. Kami enggak bisa tambah modal lagi. Produksinya kan semakin berkurang,” katanya.

Dia juga bilang, para pedagang membeli telur ayam dari produsen mencapai Rp 35.000 per karpet, Dan menjualnya kembali ke pelanggan Rp 37-38 ribu per karpetnya.

“Selepas Lebaran sampai sekarang ritmenya naik terus, enggak ada penurunan. Otomatis ya kami naikkan harga karena kami terima itu harganya sudah tinggi, enggak mungkin kan kami jual rugi,” imbuh Murni.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved