28 Juli 2018 Akan Terjadi Gerhana Bulan, Mau Jalankan Salat Gerhana Bulan? ini Keterangan Ulama

Sudah berseliweran kabar akan terjadinya fenomena alam di langit. Ya, Gerhana Bulan Total (GBT) Blood Moon akan bisa dilihat akhir bulan Juli ini

Editor: Andreas Eko Prasetyo
tribunlampung/hanif
Jamaah melaksanakan salat gerhana di halaman Masjid Raya Itera, Rabu, 31 Januari 2018 malam. 

TRIBUNJAMBI.COM - Sudah berseliweran kabar akan terjadinya fenomena alam di langit. Ya, Gerhana Bulan Total (GBT) Blood Moon akan bisa dilihat akhir bulan Juli ini.

Gerhana bulan total akan terjadi pada hari Jumat dini hari atau Jumat malam Sabtu, 28 Juli 2018.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana bulan total dapat diamati di seluruh wilayah di Indonesia.

Gerhana bulan dimulai sekitar pukul 00.13 WIB hingga 06.30 WIB.

Sedangkan puncak gerhana akan terjadi pada pukul 03.21 WIB.

Dalam Islam, dianjurkan untuk melaksanakan salat jika terjadi gerhana.

Pasalnya, fenomena alam tersebut dianggap sebagai bukti dari kekuasaan Allah dan menjalankan salat di saat terjadi gerhana merupakan amalan yang akan menambah ketebalan iman.

Dilansir dari NU Online berikut ini tata cara salat gerhana bulan.

Saat terjadi fenomena gerhana bulan kita dianjurkan untuk mengerjakan salat sunah dua rakaat atau salat sunah khusuf (bahasa Arab yang artinya gerhana bulan).

Baca: Aurel Hermansyah Buka Chat Pribadinya, Terbongkar Sikap Ashanty ke Anak Sambungnya Tersebut

salat sunah ini terbilang sunah muakkad.

و) القسم الثاني من النفل ذي السبب المتقدم وهو ما تسن فيه الجماعة صلاة (الكسوفين) أي صلاة كسوف الشمس وصلاة خسوف القمر وهي سنة مؤكدة

Artinya, “Jenis kedua adalah salat sunah karena suatu sebab terdahulu, yaitu salat sunah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara berjamaah yaitu salat dua gerhana, salat gerhana matahari dan salat gerhana bulan.

Ini adalah salat sunah yang sangat dianjurkan,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, Bandung, Al-Maarif, tanpa keterangan tahun, halaman 109).

Secara umum pelaksanaan salat gerhana matahari dan salat gerhana bulan diawali dengan salat sunah dua rakaat dan setelah itu disusul dengan dua khutbah seperti salat Idul Fitri atau salat Idul Adha di masjid jami.

Hanya saja bedanya, setiap rakaat salat gerhana bulan dilakukan dua kali rukuk.

Sedangkan dua khutbah setelah salat gerhana matahari atau bulan tidak dianjurkan takbir sebagaimana khutbah dua salat Id.

Jamaah salat gerhana bulan adalah semua umat Islam secara umum sebagai jamaah salat Id.

Sedangkan imamnya dianjurkan adalah pemerintah atau naib dari pemerintah setempat.

Sebelum salat ada baiknya imam atau jamaah melafalkan niat terlebih dahulu sebagai berikut:

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Ushallî sunnatal khusûf rak‘ataini imâman/makmûman lillâhi ta‘âlâ

Artinya, “Saya salat sunah gerhana bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”

Adapun secara teknis, salat sunah gerhana bulan adalah sebagai berikut:

1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram.

2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati.

3. Baca taawudz dan Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Al-Baqarah atau selama surat itu dibaca dengan jahar (lantang).

4. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 100 ayat Surat Al-Baqarah.

5. Itidal, bukan baca doa i’tidal, tetapi baca Surat Al-Fatihah. Setelah itu baca Surat Ali Imran atau selama surat itu.

6. Rukuk dengan membaca tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-Baqarah.

7. Itidal. Baca doa i’tidal.

8. Sujud dengan membaca tasbih selama rukuk pertama.

9. Duduk di antara dua sujud

10. Sujud kedua dengan membaca tasbih selama rukuk kedua.

11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua.

12. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama.

Hanya saja bedanya, pada rakaat kedua pada diri pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa.

Sedangkan pada diri kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.

13. Salam

14. Imam atau orang yang diberi wewenang menyampaikan dua khutbah salat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa kepada Allah, tobat, sedekah, memerdedakan budak (pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal), dan lain sebagainya.

Apakah boleh dibuat dalam versi ringkas?

Dalam artian seseorang membaca Surat Al-Fatihah saja sebanyak empat kali pada dua rakaat tersebut tanpa surat panjang seperti yang dianjurkan?

Atau bolehkah mengganti surat panjang itu dengan surat pendek setiap kali selesai membaca Surat Al-Fatihah?

Jawabnya, boleh saja.

Ini lebih ringkas seperti keterangan Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam I’anatut Thalibin berikut ini.

ولو اقتصر على الفاتحة في كل قيام أجزأه، ولو اقتصر على سور قصار فلا بأس. ومقصود التطويل دوام الصلاة إلى الانجلاء

Artinya, “Kalau seseorang membatasi diri pada bacaan Surat Al-Fatihah saja, maka itu sudah memadai.

Tetapi kalau seseorang membatasi diri pada bacaan surat-surat pendek setelah baca Surat Al-Fatihah, maka itu tidak masalah.

Tujuan mencari bacaan panjang adalah mempertahankan salat dalam kondisi gerhana hingga durasi gerhana bulan selesai,” (Lihat Syekh Ibnu Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anatut Thalibin, Beirut, Darul Fikr, 2005 M/1425-1426 H, juz I, halaman 303).

Selagi gerhana bulan berlangsung, maka kesunahan salat dua rakaat gerhana tetap berlaku.

Sedangkan dua khutbah salat gerhana bulan boleh tetap berlangsung atau boleh dimulai meski gerhana bulan sudah usai.

Demikian tata cara salat gerhana bulan berdasarkan keterangan para ulama. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Gerhana Bulan Terjadi 28 Juli 2018, Inilah Cara Salat Gerhana Bulan Berdasarkan Keterangan Ulama

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved