Fenomen Aphelion Hingga Udara Dingin di Sejumlah Wilayah di Indonesia, Ini Penjelasan BMKG
Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) angkat bicara mengenai fenomena aphelion yang marak diperbincangkan.
TRIBUNJAMBI.COM - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) angkat bicara mengenai fenomena aphelion yang marak diperbincangkan.
Dilansir Tribunjambi.com dari rilis yang disampaikan BMKG di laman resmi mereka, sejumlah masyarakat bahkan merasa resah dengan suhu udara dingin yang melanda wilayah mereka, yang kemudian dikaitkan dengan aphelion.
Baca: Terungkap! Menghilangnya Nining 1,5 Tahun Yang Lalu Disebut Tenggelam Ternyata Rekayasa Ibu Kandung
Menurut BMKG, suhu udara dingin yang bahkan mencapai 12 derajat Celcius di Ruteng (NTT) merupakan sebuah fenomena yang biasa terjadi.
Terutama di puncak musim kemarau (Juli-Agustus).
Selain di NTT, suhu udara dingin juga tercatat di sejumlah wilayah lain yang umumnya berada di dataran tinggi.
Penyebab Fenomena Udara Dingin
Penurunan suhu di bulan Juli ini lebih dominan karena di sejumlah wilayah seperti Jawa, Bali, NTB, dan NTT, kandungan uap air di atmosfer cukup sedikit.
Hal tersebut tampak dari tutupan awan yang tidak signifikan beberapa hari terakhir.
Baca: 2 Negara Ini Langganan Jadi Juara Indonesia Open, 2018 Siapa Ya?
Secara fisis, uap air adalah zat yang cukup efektif untuk menyimpan energi panas.
Dengan rendahnya kandungan uap air ini maka energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tak tersimpan di atmosfer.
Energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer juga tidak signifikan.
Akibatnya, suhu udara di Indonesia saat malam hari pada musim kemarau menjadi lebih rendah daripada saat musim hujan atau pancaroba (peralihan).
"Selain itu, pada bulan Juli ini wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Sifat dari massa udara yang berada di Australia ini dingin dan kering. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia) semakin signifikan sehingga berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT," ungkap Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo dalam rilis yang diekluarkan BMKG.
Baca: Jelang Swedia vs Inggris - Pangeran William dan Pangeran Harry Dilarang Nonton Piala Dunia Langsung
Embun Beku
Suhu dingin pada malam hari dan embun beku yang terjadi di Dieng lebih dikarenakan kondisi metereologis dan musim kemarau.