Prasasti Talang Tuwo, Menelusuri Jejak Perkembangan Agama Budha di Kerajaan Sriwijaya
Sejarah perkembangan kota Palembang dari masa awal berdiri sampai sekarang memang tidak akan ada habisnya apabila dikaji
TRIBUNJAMBI.COM - Palembang merupakan kota yang dikenal sejak lama sebagai salah satu kota tertua di Indonesia.
Sejarah perkembangan kota Palembang dari masa awal berdiri sampai sekarang memang tidak akan ada habisnya apabila dikaji baik dari segi sejarah, sosialbudaya, ekonomi, politik dan agamanya.
Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Palembang dalam catatan sejarahnya dapat dijelaskan oleh para ilmuan sejarah sebagai kerajaan besar yang bercorak maritim sebagai maharaja penguasa di laut seluruh Nusantara bahkan kekuasaannya sampai seluruh perairan Asia Tenggara yang dikuasai Sriwijaya pada abad ke-7 sampai abad ke-13 M.
Penjelasan mengenai Sriwijaya yang bercorak Budha mungkin selama ini hanya diperoleh informasi berdasarkan temuan-temuan berupa arca Budha dan keterangan I-Tsing dalam catatan perjalanan suci yang bertolak dari Kanton (Cina) menuju Nalanda (India) pada tahun 671 M.
Dalam perjalanannya tersebut I-Tsing sempat singgah di pusat kerajaan Sriwijaya dan ia mencatat terdapat 1000 lebih biksu yang sedang belajar agama Budha dan bahasa sansekerta.
Setelah I-Tsing singgah di Sriwijaya kurang lebih dua tahun, maka ia melanjutkan perjalanannya ke Utara menuju Kedah (Semenanjung Malaya) dan dilanjutkan menuju Nalanda (India) (Muljana, 2006:48).
Dengan bukti-bukti berupa berita dari luar dan temuan arca dari dalam maka sekirannya informasi tentang kerajaan Sriwijaya terutama rajanya yang memang memeluk agama budha belum dapat dijelaskan dengan pasti.
Dalam isi prasasti Talang Tuwo selain menjelaskan tentang pembangunan taman (Srikstra) namun juga memuat adanya indikasi sebuah pemaknaan yang mengisyaratkan ketaatan seorang raja Sriwijaya dalam menjalankan ajaran agamanya.
Kata Sriwijaya sendiri dijumpai pertama kali pada tulisan yang terdapat dalam prasasti peninggalan Sriwijaya yaitu prasasti Kota Kapur yang ditemukan di Bangka.
Berdasarkan hasil telaah H.Kern pada tahun 1913 tentang isi tulisan pada prasasti tersebut, maka ditemukan kata "Sriwijaya" oleh H. Kern yang beranggapan nama seorang raja.
Namun pada tahun 1918, G. Coedes dengan menggunakan sumber-sumber prasasti peninggalan Sriwijaya lainnya dan berita Cina, ia berhasil menjelaskan bahwa kata Sriwijaya yang terdapat pada tulisan prasasti Kota Kapur adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan, dengan pusatnya Palembang.
Kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina dikenal dengan sebutan She-li-foshe, menurut G. Coedes bahwa nama Shili-fo-she adalah sebuah kerajaan di pantai Timur Sumatera Selatan, di tepi sebuah sungai dekat Palembang.
Selain itu juga keberadaan Sriwijaya di Palembang juga pernah dikemukakan oleh Samuel Beal (1884) hanya disaat itu orang belum mengenal nama Sriwijaya (Poesponegoro, 1990:53).
Hal yang menarik tentang kerajaan Sriwijaya adalah kemunculan dan perkembangannya. Catatan dari Cina yaitu I-tsing tahun 671 Masehi ia menceritakan pelayarannya dari Kanton ke Shi-li-foshi, pusat pemerintahan kerajaan Sriwijaya.