Kisah Kiai Khoiron Dakwah di Lokalisasi, Bikin Kapok Preman Hingga Dakwahnya Diterima Para PSK
Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan ‘Kiainya Para WTS dan mucikari”.
Di sana orangtuanya membuka usaha makanan.
Karena hasilnya selalu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, orangtua Kiai Khoiron pindah Kelurahan Dupak, Bangunsari, Surabaya.
Di tempat inilah Kiai Khoiron dibesarkan.
Orangtua Kiai Khoiron tak ingin anaknya tumbuh di tempat prostitusi.
Karena itu, ia dikirim belajar agama di Pondok Pesantren Tebu Ireng.
Kemudian Kiai Khoirin melanjutkan kuliah di Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel, Surabaya.
Setelah mendapat banyak ilmu agama, Kiai Khoiron pulang kampung.
Ia prihatin dengan kondisi kampungnya.
Karena itu ia berdakwah di tempat lokalisasi meski awalnya sempat pesimis.
Berkat kegigihannya, dakwahnya mulai diterima kalangan PSK.
Ia kemudian mendirikan sebuah Pondok Pesantren Roudlotul Khoir di Bangunsari sebagai pusat dakwah.
Seiring berjalannya waktu, Kiai Khoiron sampai dikenal dengan ‘Kiainya Para WTS dan mucikari”.
Mendapat sebutan itu, Kiai Khoiron tidak mempersoalkannya.
“Kiprah dakwahnya terbukti lebih ampuh dan efektif dan bisa dijadikan contoh menangani prostitusi,” kata Ketua IDIAL Jawa Timur, Sunarto beberapa waktu lalu.
Sunarto lantas menulis sepak terjang Kiai Khoiron dan membukukannya.
Bukunya diberi judul “Kiai Prostitusi” , pendekatan Dakwah KH Muhammad Khoiron Syuaib di Lokalisasi Kota Surabaya.
Bukan hal mustahil kalau kita mau berusaha.
Asal ada kemauan, pasti ada jalan. Seperti yang dilakukan oleh Kiai Khoiron atau lebih dikenal Kiai Prostitusi ini.
Ia rela menghabiskan masa mudanya berdakwah keliling ke tempat lokalisasi-lokalisasi di Surabaya.
Terutama ia fokus di Kelurahan Bangunsari, Surabaya.
Karena pada 1980-an di sana ada 3000-an PSK.
Cara Kiai Khoiron sadarkan para PSK
Upaya Kiai Khoiron menyadarkan para pekerja seks komersial (PSK) tidaklah mudah.
Ada saja yang mencibir.
Bahkan sampai diteror preman.
Kisan teror yang dialami oleh Kiai Khoiron itu diceritakan oleh Sunarto dalam bukunya berjudul “Kiai Prostitusi”.
Dalam buku itu Sunarto menulis bagaimana beratnya perjuangan Kiai Khoiron menyebarkan dakwah di tempat lokalisasi di Surabaya.