Abdi Barber Eng Kerap Tangani Artis, Ingin Angkat Martabat Tukang Cukur Rambut Lewat Manajemen
Siapa yang tidak tahu profesi tukang cukur rambut. Tanpa jasa mereka para pria tidak dapat merapikan rambutnya.
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Nani Rachmaini
Laporan Wartawan Tribun Jambi Fitri Amalia
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Siapa yang tidak tahu profesi tukang cukur rambut. Tanpa jasa mereka para pria tidak dapat merapikan rambutnya. Tetapi kebanyakan profesi ini masih dipandang sebelah mata.
Pandangan inilah yang ingin diubah oleh Abdi, Owner Barber Eng. Ia ingin mengubah pola pikir bahwa tukang cukur rambut hanya sekedar tukang cukur saja.

"Contoh barista, kenapa gak dipanggil tukang kopi, Dokter juga kenapa nggak dipanggil tukang bedah, kenapa disebut dokter, anggota DPR itu PNS tapi disebut pejabat. Kita ingin mengubah mindset tukang cukur rambut yang seperti itu," ujarnya saat ditemui pada saat sebelum tampil di acara #untukjambi, Selasa (1/5).
Ia ingin membuka pikiran anak muda Jambi untuk menjadi pengusaha. Tidak hanya bekerja pada orang atau berpikiran untuk menjadi PNS atau pegawai swasta.
"Saya sudah berhenti kerja 3-4 tahun lalu, nyesel kenapa sih nggak buka usaha dari dulu dan sekarang merasakan rupanya lebih enak usaha sendiri."
Walaupun usaha kecil, ia mengatakan kita merasakan nikmatnya usaha dan hasilnya. Maju usaha itu dari kita sendiri.
Ia mengikuti event #untukjambi untuk memperkenalkan profesinya dan untuk mengangkat martabat tukang cukur.
Ia merupakan Barber artis yang sudah memberikan materi seputar barber sudah sampai ke pulau Jawa. Bahkan ia telah melalang buana ke Asia Tenggara.
Tetapi anak mulai Jambi sendiri banyak yang tidak tahu mengenainya.
"Tukang cukur itu berharga, anda melamar kerja kalo rambut gak rapi bisa gak diterima.
Tapi kenapa masih dipandang sebelah mata tukang cukur," sesalnya.
Ia mengatakan, penghasilan perbulan seorang tukang cukur dibandingkan dengan PNS atau pegawai swasta bisa lebih. "Itu realitanya tapi tetap mereka belum dipandang pekerjaannya."
Ia mengakui bahwa tukang cukur biasa dan Barber memang berbeda dari sisi manajemennya. Omset yang dicapai bisa mencapai puluhan juta perbulannya.
"Mereka itu sebenarnya penghasilannya besar, saya inginnya tukang cukur yang lainnya juga memiliki manajemen yang profesional, tapi memang kebanyakan manajemennya saja mereka masih kurang, padahal omsetnya bisa mencapai Rp 10 juta per bulan," ujarnya.
Ia menceritakan untuk tukang cukur yang modern dan profesional gaji pegawainya sudah tetap, tidak seperti pangkas rambut yang biasa dengan sistem bagi yang masih per hari dan dihitung per kepala.
"Untuk gaji pegawai saja kita bisa diatas UMR bahkan yang senior bisa mencapai Rp3,5 juta satu bulan dan kerjanya kurang lebih sama 8 jam, ada siftnya. Omset kita Sebulan bisa Rp35 juta/Barbershop dan kedepannya akan berencana ingin menambah cabang lagi," pungkasnya. (cfi).