Kronologi Puting Beliung Jogja, Mendadak Langit Gelap Lalu Warga Dengar Suara Gemuruh

Warga Yogyakarta menjadi saksi betapa dahsyatnya angin puting beliung memporak-porandakan lingkungan mereka

Editor: bandot
Video Rahmad Febrianto
Rekaman video puting beliung di di seputaran Kampus STPMD "APMD" Timoho, Yogyakarta, Selasa (24/4/2018) 

TRIBUNJAMBI.COM - Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memasuki masa pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau.

Pada masa pancaroba ini, cenderung terbentuk awan cumulonimbus hingga menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem, seperti fenomena angin puting beliung.

"Iya, wilayah DIY sudah mulai memasuki pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau," ujar Forecaster Stasiun Klimatologi Mlati, BMKG DIY, Agus Triyanto, saat ditemui Kompas.com, Rabu (25/4/2018).

Agus menuturkan, pada masa pancaroba, awan-awan yang terbentuk adalah awan-awan seperti cumulonimbus.

Awan tersebut berpotensi menyebabkan timbulnya cuaca ekstrem, salah satunya puting beliung.

"Kalau awan cumulonimbus di awal musim hujan hingga akhir musim hujan memang sering muncul. Di awal musim, cuaca ekstrem seperti puting beliung lebih sering terjadi," ucapnya.

Berdasarkan data, lanjutnya, awal musim hujan lebih banyak terjadi puting beliung.

Di awal musim kemarau juga ada meskipun frekuensinya kecil.

Baca: Keripik Pisang Dibalur Coklat, Bermodal 7,5 Juta Raup Omset Puluhan Juta

"Dari data kami menunjukkan, awal musim hujan justru lebih banyak terjadi puting beliung dibandingkan akhir musim hujan. Akhir musim hujan juga ada, tetapi frekuensinya kecil," tutur Agus.

Menurut dia, pada Selasa (24/4/2018) sekitar pukul 13.00 WIB, sudah terpantau adanya awan cumulonimbus.

Melihat hal itu, pihaknya mengeluarkan peringatan dini ke berbagai instansi terkait akan adanya potensi cuaca ekstrem di Sleman, Kota Yogyakarta, dan Bantul.

"Dari peralatan radar cuaca, jam 1 kemarin sudah terpantau. Ternyata setelah kami amati, pertumbuhan awan cumulonimbus cepat sekali, tidak sampai 15 menit," ujarnya.

Baca: Amien Rais : Elektabilitas Jokowi Turun dan Tak Bisa Menang di Pilpres 2019 Mission Impossible

Seperti diberitakan sebelumnya, puting beliung terjadi pada Selasa (24/4/2018) sekitar pukul 14.00 WIB.

Tak hanya di Kota Yogyakarta, puting beliung juga melanda wilayah Kabupaten Bantul.

Akibatnya, rumah warga mengalami keusakan di bagian atap.

Mendadak Langit Gelap

Langit gelap.

Tidak ada hujan dan angin datang begitu mendadak.

Warga Yogyakarta menjadi saksi betapa dahsyatnya angin puting beliung memporak-porandakan lingkungan mereka

Paska angin puting beliung melanda beberapa daerah di Yogyakarta, Rabu, (25/4/2018) masyarakat tampak bahu membahu membersihkan puing-puing rumah yang rusak akibat sapuan angin.

Di Desa Banguntapan, Bantul, Yogyakarta misalnya, masyarakat setempat sejak pagi memilah barang-barang yang rusak terdampak angin puting beliung.

Baca: Avengers: Infinity War, Jawaban Kenapa Plot Dirahasiakan Sampai Para Pemain Tak Tahu Akhir Ceritanya

Seperti diketahui, angin dengan kecepatan 63 km/jam itu menghantam rumah warga, Selasa (24/4/2018) dalam durasi 22 menit.

Sejarah Panjang Sindrom Asperger, Dosa Seumur Hidup Nazi, dan Dunia Medis yang Gempar

Di Desa Banguntapan, terdapat tiga dusun terdampak angin puting beliung.

Ketiga desa itu antara lain Sorowajan, Karangbendo, dan Karangjambe.

"Data yang masuk di tiga pedukuhan itu ada 130 rumah rusak. Paling banyak di Sorowajan dengan jumlah 108 rumah," ucap Istiandanu, Koordinator Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Desa Banguntapan dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

Bersama 20 orang relawan, FPRB bersama warga bahu-membahu membantu evakuasi dan pembersihan bangunan.

Sementara itu di daerah Gendeng, Banciro, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, angin menyebabkan beberapa pohon tumbang dan atap rumah warga rusak.

Warga setempat, Kabul (63) menuturkan angin puting beliung terjadi begitu mendadak.

"Tiba-tiba saja muncul, tidak ada hujan," ujar Kabul (63) dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

Berdasarkan keterangan Kabul, angin puting beliung pertama kali muncul dari arah barat, pukul 14.00 WIB.

"Saya lihatnya muncul dari arah Barat, seperti tornado," ungkapnya.

Baca: Huang Hua, Pebulutangkis Rival Susi Susanti, Ternyta Kini Jadi WNI dan Tinggal di Klaten

Seperti halnya Kabul, Ahmad Mujasto (60) warga Gendeng lainnya, mengatakan angin kencang melintas diiringi suara gemuruh.

Sebuah Pameran Mengungkap Kisah Anne Frank dan Sahabat Pena-nya di Amerika Serikat

"Langit gelap, tetapi tidak hujan. Saat angin melintas, suaranya seperti gemuruh. Ya sekitar 10 menitan. Atap rumah saya berterbangan, rusak" kenang Ahmad Mujasto.

Ahmad akhirnya memberanikan diri, keluar rumah ketika angin mulai reda.

Meski tercatat tidak ada korban jiwa, Ahmad dan banyak warga di Yogyakarta menjadi saksi betapa dahsyatnya puting beliung memporak-porandakan atap rumah dan pohon di sekitar mereka. (*)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved