Peti dan Mayatnya Dicuri, Begini Kisah Pelawak Tenar Charlie Caplin yang Kini Makamnya di Beton
Charlie Caplin mungkin merupakan seorang aktor komik yang mungkin paling terkenal karena alter egonya.
TRIBUNJAMBI.COM - Dalam salah satu kasus paling terkenal dalam sejarah berkaitan dengan penyiksaan tubuh, dua pria mencuri mayat aktor film Sir Charles Chaplin dari pemakaman di Desa Swiss Corsier-sur-Vevey, yang terletak di perbukitan di atas Danau Jenewa, dekat Lausanne, Swiss, pada 1 Maret 1978 silam.
Charlie Caplin mungkin merupakan seorang aktor komik yang mungkin paling terkenal karena alter egonya.
Aktor kelahiran 16 April 1889 ini juga seorang pembuat film yang dihormati terutama sepanjang kariernya di era film bisu Hollywood dan transisi penting ke film bersuara di akhir 1920-an.

Peristiwa ini memicu penyelidikan polisi sekaligus menandai dimulainya perburuan terhadap para pelaku.
Terutama setelah istri mendiang Chaplin, Oona mengaku menerima permintaan uang sejumlah $ 600.000 untuk menebus mayat Chaplin yang mereka dicuri.
Baca: Jutaan Tahun Lalu Ternyata Sudah Ada yang Gunakan Kondom, Begini Penampakannya!
Baca: 10 Tahun Lagi Diprediksi Mesin ATM Sudah Tidak Lagi Bisa Ditemukan. Ini Penjelasannya
Pendek kata, pria diujung telepon meminta uang tebusan jika ingin mayat Chaplin dikembalikan.
Setelah itu, polisi mulai memantau teleponnya dan melakukan pemantauan terhadap 200 kios telepon di wilayah tersebut.
Adapun Oona sudah menolak untuk membayar uang tebusan tersebut. Ia meyakini bahwa suaminya pun akan berpikir bahwa itu merupakan permintaan yang konyol.
Para penelepon kemudian membuat ancaman terhadap dua anak bungsunya.
Oona Chaplin adalah istri keempat Charlie (setelah Mildred Harris, Lita Gray dan Paulette Goddard) dan putri dari dramawan Eugene O’Neill.
Baca: Narkoba Ditemukan di Rumah Arseto Suryoadji, Tersangka Kasus Ujaran Kebencian
Baca: Selalu Disalahkan dan Sampai Ada Generasinya, Apakah Micin Membuat Orang Jadi Bodoh?
Oona sendiri menikah dengan Chaplin pada tahun 1943. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai delapan anak.
Keluarga mereka telah menetap di Swiss pada tahun 1952 setelah Chaplin ditolak masuk ke Amerika gara-gara dituding sebagai simpatisan komunis.
Sementara itu, setelah penyelidikan selama lima minggu, polisi menangkap dua montir mobil - Roman Wardas asal Polandia, dan Gantscho Ganev, dari Bulgaria.
Keduanya mendatangi makam Chaplin, membongkarnya, kemudian membawa mayatnya lalu menguburnya di ladang jagung sekitar 1 mil dari rumah keluarga Chaplin di Corsier.
Baca: Masih dengan Isu Lucinta Luna, Bukti Baru ini Buat Dia Tidak Berkutik Akui Transgender
Baca: Yulia Mochamad Blak-blakan Soal Jadi Istri Ketiga Opick, Namun Warganet Malah Bingung
Setelah ditangkap Wardas dan Ganev mengakui perbuatannya. Dan mereka dihukum karena merampok dan mencoba melakukan pemerasan.
Kepada polisi, kedua pelaku yang merupakan pencari suaka politik dari Eropa Timur, mengaku bahwa mereka nekat mencuri mayat Chaplin dengan maksud meminta uang tebusan untuk menyelesaikan masalah keuangan mereka.
Wardas, yang diidentifikasi sebagai dalang dari rencana jahat itu, dijatuhi hukuman empat setengah tahun kerja paksa.
Ketika dia menceritakannya, dia terinspirasi oleh kejahatan serupa yang dia baca di surat kabar Italia.
Sementara Ganev diberi hukuman percobaan 18 bulan, karena ia diyakini memiliki tanggung jawab terbatas atas kejahatan tersebut.

Adapun Chaplin, kemudian dimakamkan kembali di kuburan dengan tembok beton untuk mencegah terjadinya upaya pencurian kembali. (*)