Jadi Pria Terkaya di Era Soekarno dan Sumbangkan Emas Buat Tugu Monas, Teuku Markam Berakhir Tragis!
Terkait dengan ikon Ibukota DKI Jakarta, yakni Monumen Nasional (Monas) setinggi 132 meter itu dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975.
TRIBUNJAMBI.COM - Hampir setiap orang minimal yang mengetahui tentang Ibukota Jakarta apalagi mendatanginya akan berdencak kagum melihat tugu monas yang berdiri kokoh sebagai ikon kota yang sebelumnya lebih familiar dengan sebutan Betawi.
Terkait dengan ikon Ibukota DKI Jakarta, yakni Monumen Nasional (Monas) setinggi 132 meter itu dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975.
Yang luar biasa tugu ini memiliki mahkota berbentuk lidah api yang dilapisi lembaran emas.
Menurut sumber yang berkompetan, hal itu melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala dari bangsa ini pada saat Monas dibangun.
Emas yang dipasang di Monas itu memiliki berat 28 kilogram terdapat berbagai versi yang berbeda tentang emas di puncak Monas tersebut.
Baca: Begini Cara Korban Pencurian Diesel Mengetahui Pelaku, Caranya Sederhana
Versi yang dianut umum menyebutkan, emas itu merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya di Indonesia pada era Presiden Soekarno.
Tanda tanya pun muncul dari yang ingin mempertanyakan, siapakah sebenarnya? Teuku Markam merupakan saudagar Aceh yang terlahir 1924.
Ayahnya bernama Teuku Marhaban, berasal dari Kampung Seuneudon, Alue Capli, Panton Labu, Aceh Utara.
Ternyata Teuku Markam sudah dikodratkan oleh Allah SWT menjadi yatim piatu ketika ia berusia 9 tahun. Lalu ia diasuh oleh kakaknya yang bernama Cut Nyak Putroe.
Baca: Sebelumnya Kritis, Limbad Tercyduk di Bandara dan Unggahan Dokter Cantik Ini Jadi Sorotan, Gimmick?
Ia sempat bersekolah sampai kelas 4 Sekolah Rakyat (SR).
Dalam perjalanan hidupnya, Teuku Markam mengikuti pendidikan wajib militer di Kutaraja, yang sekarang bernama Banda Aceh.

Selama bertugas di Sumatra Utara (Sumut), Teuku Markam aktif di berbagai pertempuran.