Sri Mulyani Beri Penjelasan Soal Utang Negara, Berikut 12 Poin Menkeu Untuk Masyarakat Indonesia

Sri Mulyani menuliskan status panjang berisi 12 poin yang ingin dia sampaikan kepada masyarakat Indonesia.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
05102017_menkeu sri mulyani 

TRIBUNJAMBI.COM - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memberikan penjelasan mengenai utang Indonesia, melalui unggahan status di akun Facebook, Jumat (23/3/2018).

Baca: Daus Mini Menikah Lagi, Gak Nyangka Gadis Cantik ini Hanya Dimahar Rp 500 Ribu, Berikut Sosoknya

Sri Mulyani menuliskan status panjang berisi 12 poin yang ingin dia sampaikan kepada masyarakat Indonesia.

Berikut ini 12 poin penjelasan utang Sri Mulyani soal utang Indonesia:

1. "Seolah-olah Indonesia sudah dalam kondisi krisis utang"

Sri Mulyani menuliskan isu utang Indonesia dibuat dan diperdebatkan oleh oktum politisi dan ekonom, di mana membuat seolah-olah Indonesia dalam kondisi krisis utang.

Ia ingin politisi dan ekonom bijak dan jernih dalam menanggapi isu utang negara ini, agar masyarakat tak resah.

Kecuali jika memang tujuan para oknum itu memang untuk membuat masyarakat khawatir, untuk kepentingan politik tertentu.

2. "Utang bukan tujuan dan satu-satunya instrumen kebijakan"

Pada poin kedua, menteri terbaik dunia ini menjelaskan pengambilan kebijakan utang bukanlah tanpa pertimbangan.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pemerintah, karena utang bukanlah satu-satunya instrumen kebijakan.

Contoh yang diberikan Sri Mulyani adalah hasil revaluasi aset tahun 2017 terhadap 40 persen aset negara mengalami peningkatan sebesar 239 persenm, dari Rp781 triliun menjadi Rp2.648 triliun.

Kekayaan negara merupakan penumpukan aset tiap tahun termasuk berasal dari utang.

3. Mereka yang membandingkan, kurang memahami dua hal

Menurutnya, orang-orang yang coba membandingkan jumlah nominal utang dengan belanja modal atau belanja infrastruktur, kurang memahami dua hal.

"Pertama, belanja modal tidak seluruhnya berada di Kementerian/Lembaga Pemerintah Pusat, namun juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah," tulisnya.

"Kedua, dalam kategori belanja infrastruktur, tidak seluruhnya merupakan belanja modal, karena untuk dapat membangun infrastruktur diperlukan institusi dan perencanaan yang dalam kategori belanja adalah masuk dalam belanja barang," lanjutnya.

"Oleh karena itu, pernyataan bahwa ‘tambahan utang disebut sebagai tidak produktif karena tidak diikuti jumlah belanja modal yang sama besarnya’ adalah kesimpulan yang salah," begitu menurut Sri Mulyani.

4. "APBN Indonesia menjadi semakin sehat, meski jumlah nominal utang tetap mengalami kenaikan"

Defisit APBN Indonesia 2016 dikhawatirkan lebih dari 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Namun, dapat dikendalikan dengan pemotongan anggaran sampai Rp167 triliun. Dan itu membuat sedikit perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Tahun 2017, perkiraan defisit 2,92 persen, dan berhasil diturunkan menjadi 2,5 persen.

Pada tahun ini, defisit diperkirakan menurun menjadi 2,19 persen PDB.

5. Kekhawatiran soal keseimbangan primer

Sri Mulyani mengatakan keseimbangan primer dari tahun ke tahun telah menurun.

Pemerintah ke depannya akan terus berusaha menekan keseimbangan primer.

6. Utang bukan hanya menambal defisit belanja pemerintah

Ia menegaskan utang juga digunakan sebagai alternatif instrumen investasi bagi masyarakat.

"Kita melihat jumlah investor ritel yang membeli Surat Berharga Negara (SBN) meningkat setiap tahun sejak diterbitkannya SBN ritel tahun 2006, yaitu sebesar 16.561 investor ritel dalam negeri, dan mencapai 83.662 investor ritel pada 2016," tulisnya.

7.Hati-hati dalam menggunakan utang

Pesan bagi orang-orang yang menyarankan agar pemerintah berhati-hati menggunakan utang, menurut Sri Mulyani sudah sejalan dengan apa yang dilakukan pemerintah.

8. "Trade-off"

"Setiap langkah penyesuaian untuk mencapai satu tujuan, selalu berakibat pada tujuan yang lain. Ini yang dikenal sebagai “trade-off”," tertulis di unggahan.

Sri Mulyani menambahkan, " Langkah konsisten dan hati-hati dari Pemerintah ini telah menghasilkan kepercayaan yang makin kuat terhadap APBN dan perekonomian kita."

9. Utang untuk pembangunan

"Disiplin fiskal tidak berarti kita menjadi ketakutan dan panik atau bahkan menjadi alergi terhadap instrumen utang. Kita harus tetap menjaga instrumen tersebut sebagai salah satu pilihan kebijakan dalam mencapai tujuan pembangunan," pesan Sri Mulyani.

Meski begitu, utang bukanlah satu-satunya instrumen untuk mewujudkan pembangunan.

10. Instrumen kebijakan yang berdampak positif

"Pemerintah setuju dengan anjuran bahwa kita perlu meningkatkan efektivitas kebijakan, mempertajam berbagai pilihan dan prioritas kebijakan dan memperbaiki tata kelola serta proses perencanaan, serta terus memerangi korupsi agar setiap instrumen kebijakan dapat menghasilkan dampak positif yang nyata dan cukup cepat," tulisnya.

11. Perhatikan pula konteks lain, tak hanya utang

"Oleh karena itu, hanya menyoroti instrumen utang tanpa melihat konteks besar dan upaya arah kebijakan pemerintahan jelas memberikan kualitas analisis dan masukan yang tidak lengkap dan bahkan dapat menyesatkan," harapan Sri Mulyani.

12. Terima kasih atas berbagai analisis, masukan, dan kritikan

Terakhir, "Sebagai Menteri Keuangan, saya berterima kasih atas berbagai analisis, masukan dan bahkan kritikan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan keuangan negara dan memperbaiki kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan sesuai cita-cita kemerdekaan kita."

(Tribun Jogja/ Fatimah Artayu Fitrazana)

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Beri Penjelasan Soal Utang Negara, Inilah 12 Poin dari Menkeu Sri Mulyani untuk Masyarakat Indonesia, http://jogja.tribunnews.com/2018/03/23/beri-penjelasan-soal-utang-negara-inilah-12-poin-dari-menkeu-sri-mulyani-untuk-masyarakat-indonesia?page=all.
Penulis: Fatimah Artayu Fitrazana
Editor: ton

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved