Pengakuan Perias Jenazah, 'Dipasangkan Dasi Badannya Berat, Saat Menantu yang Memasangkan Tersenyum'

Satu contoh ia sempat mau memakainkan baju atau sepatu saja kalau jenazahnya tidak mau maka tidak akan muat.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Robertus Kristiawanto 

TRIBUNJAMBI.COM - Lima tahun menjalankan tugas sebagai spesialis perias jenazah umat Katolik yang meninggal dunia, berbagai hal unik dialami asisten Iman gereja Robertus Kristiawanto saat merias jenazah.

Baca: Terungkap! Apa yang Terjadi di Ruang Ganti Real Madrid Hingga Ada Insiden Pemukulan

Baca: Anaconda Lahap Seekor Anjing, Momen 3 Pria ini Menyelamatkannya Sangat Menegangkan!

Baca: Razia Antisipasi Peredaran Narkoba di Jambi, Polisi Turunkan Anjing Pelacak Geledah Bus

Diceritakan dia, bahwa ada banyak hal yang kejadian unik selama dia merias jenazah tersebut.

Satu contoh ia sempat mau memakainkan baju atau sepatu saja kalau jenazahnya tidak mau maka tidak akan muat.

Bahkan ada juga jenazah yang seolah menolak saat dipasangi dasi.

"Ketika dipasang dasi, jenazahnya seolah tak mau. Bahkan badannya tambah berat. Ketika itu saya melihat di sekitar ruangan ada menantu, lalu saya suruh menantunya itu untuk memasangkan dasi ke jenazah tersebut. Dasi akhirnya bisa  terpasang dan jenazah tersebut kemudian tersenyum," tutur Robertus.

Baca: Polda Jambi Gencarkan Razia Antisipasi Peredaran Narkoba di Jambi

Baca: Kejutan dari Laga Las Palmas vs Barcelona, Tim Papan Bawah yang Tahan Imbang Messi Dkk

Baca: Pensiun dari Film Panas, ini Profesi yang Digeluti Oleh Mia Khalifa dan Sebuah Permintaan Uniknya

Menurut Robertus, itulah yang dia yakini bahwa meski meninggal seperti jenazah seolah orang hidup tidak sembarangan bisa dipakaikan.

"Bahkan ada yang sampai jenazahnya yang keluarkan air mata. Karena menurut kepercayaannya meski meningal dunia namun ruh dam jiwanya masih ada di sekitar situ dan dia masih melihat apa yang dilakukan," kenang dia.

Bagimana dengan ketika orang yang meninggal kecelakaan dan bau busuk? Robert menjelaskan kalau parah kecelakangan maka akan meminta dokter untuk menutup bagian luka yang jatuh kecelakaan dan lain lain.

"Biasanya kalau busuk maka petinya ditaburkan dengan kopi, sebab aroma kopi akan mengalahkan bau busuk," terang dia.

Baca: Cerita Mia Khalifa dari Pindah Agama, Diancam ISIS Hingga Pensiun dari Industi Film Panas

Baca: Waspadai Gejala Kanker Lambung, Sering Dipikir Sakit Perut Biasa!

Dalam hati kecil, sebutnya, terkadang memang ada ketakutan kalau-kalau ada yang terkena HIV.

"Karena itulah kami ketika mau melakukan kegiatan menggunakan sarung tagan dan penutup muka. Dan itu pun ditanya ketika di RS ada HIV atau tidak. Tapi standar harus safety," kata dia.

Diakuinya, untuk merias jenazah dilakoni tidak hanya dirinya. Akan tetapi biasanya bertiga, yakni Bu Neri untuk jenazah perempuan, dan Pak Diky rekannya.

Baca: Miris! Permintaan Cerai Abdee Negara ke Istri Atas Permintaan Wanita Muda yang Sedang Hamil

Bagi dia, point terpenting di mana dikehidupan terkait perias jenazah ini adalah satu pengabdian.

Dan pesan untuk keluarga yang berduka, untuk kematian bukan satu hal yang meyeramkan dan tidak untuk ditakuti.

Sebab yang hanya bisa menolong jenazah adalah doa doa anak dan keluarga untuk masuk sidang terakhir dalam alam baka untuk meringankan neraka, api pencucian, dan syurga. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved