Dolly, Anaknya Lahir Ditarik Pakai Tang
"Menurut pengalamanku, aku tahu banyak lelaki yang kurang ajar. Mungkin karena mereka enggak pernah..."
Tetapi belum lagi sang anak masuk ke umur lima tahun, Yakup sang suami meninggal dunia. Dolly yang cantik pun mulai menghadapi krisis keuangan. Mana sang anak kerap merengek meminta ini-itu.

Semisal es krim, yang pada masa itu termasuk jajanan mahal. Untuk membesarkan sang anak serta mencukupi kebutuhan sehari-hari Dolly butuh biaya.
Maka babak baru dalam kehidupannya pun bergulir. Mungkin terdengar klise. Tetapi ia mengaku terpaksa saat memutuskan untuk melangkah ke dunia prostitusi pada awal tahun 1950-an.
Kecantikan dan jadi idola
Kecantikan Dolly dan kefasihannya berbahasa Belanda membuat banyak laki-laki mencarinya. Dolly dengan mudah menjadi idola. Khususnya bagi para eksptariat yang baru turun dari kapal.
"Aku ini cantik. Tubuhku tinggi-ramping. Banyak lelaki tergila-gila," jelas Dolly.
Dolly biasa meladeni lelaki di Hotel Simpang atau LMS. Dolly mengaku tidak pernah meminta bayaran uang kepada lelaki yang mengencaninya.
"Aku ini pelacur kelas atas. Aku enggak pernah mau dibayar," jelasnya. Kompensasinya adalah: ia hanya mau menerima berbagai barang mahal. Dalam istilah Dolly, "Aku cuma menerima 'kado'."
Banyak lelaki ingin menikahi Dolly. Tetapi permintaan itu ditampiknya. Dolly memilih menjadi single parent.
Alasannya simpel. Ia tak ingin satu-satunya anak lelaki yang ia miliki menerima perlakukan kasar dari ayah tiri.
Menjadi Germo di Surabaya dan Hijrah ke Malang
Awal 1960-an Dolly hijrah ke Kembang Kuning. Inilah komplek pelacuran di Surabaya.
Ia kemudian diasuh oleh Tante Beng. Nama terakhir adalah nama mucikari sohor pada masa itu.
BACA Para Pria Wajib Tahu! Etika Membuang Sperma, Agar Pasangan Tidak Merasa Dilecehkan
Sekitar delapan tahun ia menjadi anak kesayangan Tante Beng.
Pada masa-masa itu ia mulai mengumpulkan aset.
Pelajaran ngegermo, menurut Dolly juga ia dapatkan dari sang mucikari.