Asal Mula Bandara Sultan Thaha dan Nama Paalmerah, Ternyata Ada Sejak Zaman Belanda
Awalnya, namanya lapangan Terbang Paalmerah. Nama Paalmerah berasal dari patok yang terbuat....
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Wahyu Herliyanto
TRIBUNJAMBI.COM - Setelah pembangunan bandara baru dengan konsep modern, bangunan Bandara Sultan Thaha Jambi yang lama akan digunakan untuk fungsi lain.
Tapi tahukah Anda, pembangunan bandara baru ini tidak terlepas dari perkembangan masa lampau bandara lama.
Ini catatan yang dihimpun tribunjambi.com tentang asal mula bandara Jambi.
Pada saat pendudukan Belanda, lapangan terbang Jambi dibangun Belanda, kemudian Jepang.
Awalnya, namanya lapangan Terbang Paalmerah. Nama Paalmerah berasal dari patok yang terbuat dari batu untuk menentukan batas lokasi bandara.
General Manager Bandara Sulthan Thaha Jambi, Yogi Prasetyo S, menuturkan saat itu pesawat yang pertama kali diluncurkan adalah pesawat Dakota dan dikelola pihak penerbangan sipil pada tahun 1950.
"Seiring berjalannya waktu, pada 1970 sampai 1976, dilakukan pembangunan perpanjangan landasan pacu yang sebelumnya 900x25 meter menjadi 1.650 X30 meter," ujarnya, Sabtu (13/1) .
Pada 10 oktober 1978, pelabuhan udara berganti nama menjadi Bandara Sulthan Thaha, yang berasal dari salah satu nama pahlawan di Kota Jambi.
Pada 1991 dilakukan perpanjangan landasan pacu menjadi 1800 X 30 meter. Pada 1998 dilaksanakan pemasangan aprouch light. Kemudian pada 2000 kembali dilakukan perpanjangan landasan menjadi 2000 X 30 meter.
Seiring perkembangan teknologi, pada 2005 ada penggantian VASI dan pemasangan PAPI. Itu untuk melengkapi standarisasi penerbangan.
Beberapa maskapai penerbangan yang pernah melayani Bandara Sultan Thaha Jambi:
- Mandala Airlines
- Batavia Airlines
- Riau Airlines
Selain itu, maskapai yang pernah melayani di bandara ini tapi sekarang tidak beroperasi lagi :
- Garuda Airlines
- Pelita Airlines
- Adam Air," katanya.
Kemudian, pada 2007, operasional di alihkan ke PT Angkasa Pura II (Persero) yang sebelumnya dikelola oleh UPT (Unit PelaksanaTeknis). Dan dilakukan perpanjangan kembali menjadi 2220 X 30 meter pada 2008.
Selain melakukan pengembangan, Angkasa Pura II juga memperluas pengelolaan bersama pemerintah dalam hal ini Departemen Perhubungan dan Kementerian BUMN.
"Pengambilalihan pengelolaan itu didasarkan atas potensi komersial sebagai pengaruh dari semakin tingginya peningkatan jumlah penumpang," ujar Yogi.
Itulah penjelasan, mengapa bandara lama tidak difungsikan lagi untuk operasional udara. Kini bandara lama dijadikan Pusat Administrasi Angkasa Pura II. Dan sebagian gedung akan di peruntukan oleh masyarakat Jambi untuk di gunakan secara pribadi maupun umum.