Pengungsi Rohingya Rela Panggul Panel Surya dan Hindari Ranjau Saat Lari ke Bangladesh
Ketika pengungsi Rohingya mulai tiba di Bangladesh, setelah kekerasan meletus di negara bagian Rakhine di utara Myanmar pada
Penulis: Suci Rahayu PK | Editor: Suci Rahayu PK
TRIBUNJAMBI.COM, UKHIYA - Ketika pengungsi Rohingya mulai tiba di Bangladesh, setelah kekerasan meletus di negara bagian Rakhine di utara Myanmar pada bulan Agustus, penduduk setempat bingung melihat mereka memanggul panel surya.
"Ketika melihat mereka membawa panel surya, saya sangat terjekut. Dan saya tidak akan melakukan itu --memanggul panel-- saat berada dalam situasi itu," kata Jashim Uddin, pemilik warung teh di Ukhiya, di Cox's Bazar Bangladesh.
Dilansir dari Straits Times, Jumat (15/12/2017), Utama Uddin, seorang pejabat pemerintah di Ukhiya, pengungsi Rohingya terus membawa panel surya itu meskipun diperbatasan penuh dengan suara tembakan dan ranjau darat.
"Panel surya ini menyelamatkan hidup saya," kata Ayatullah (18) yang dulu pemilik toko di Kota Mongol, Myanmar dan sekarang tinggal di kamp pengungsi Thaingkhali di Bangladesh.
Baca: 5 Fakta Kasus Hanna Annisa Terbaru, Video Itu Ternyata Direkam di Sini
Saat melarikan diri, lanjunya dia harus sangat berhati-hati untuk menghindari tentara Myanmar.
"Mereka membunuh semua orang yang mereka jumpai, kami harus bergantung pada informasi dari orang-orang tentang rute yang aman, dan sebuah telepon genggam dibutuhkan untuk itu. Panel surya ini membantu kami untuk mengisi ulang telepon genggam," katanya.
Selain memanggul panel surya, dia juga membawa beberapa potong pakaian. Ayatullah tak berpikir untuk membawa barang lainnya, selain panel surya.
Baca: Penikaman, Dua Orang Tewas dan Tiga Lainnya Luka-luka
Pengungsi menggunakan panel surya untuk menyalakan laptop, mengisi baterai ponsel, dan menyalakan lampu di malam hari, saat melakukan perjalanan berliku menuju Bangladesh.
Banyak pengungsi yang berpendapat panel surya akan sangat bermanfaat apabila mereka harus hidup di jalanan Bangladesh.
Pengungsi Rohingya, Rashida Begum, berjalan kaki selama lima hari menuju Bangladesh bersama keenam anaknya, dengan membawa panel surya tanpa barang-barang lainnya.
Baca: Warga Jambi Diimbau Waspada - BMKG Prediksi Hujan disertai Petir dan Angin Kencang
Baca: Telinga Pria Ini Digigit Orang di Kereta Api, Penyebabnya Sepele Tapi Sering Dilakukan Sehari-hari
"Panel surya membantu kami ketika kami bermalam di hutan. Tanpa panel surya, kami tidak akan mencapai Bangladesh," ucapnya.
"Memang sulit membawa benda seperti ini, namun saya berpikir panel surya akan bermanfaat bagiku," tambahnya.
Salah satu pengungsi Rohingya lainnya, Mohammad Yaser, mengaku harga panel surya di Myanmar lebih murah dibandingkan di Bangladesh.
Baca: Penyanyi Dangdut Terhits, Rupanya Bukan Via Vallen atau Ayu Ting Ting Tapi Nella Kharisma
Panel surya dengan kapasitas 20 watt dijual seharga 20.000 kyat atau Rp 198.000 di Myanmar. Sedangkan di Bangladesh, harganya lebih mahal 8 hingga 12 kali.
Di tempat pengungsian, etnis Rohingya tidak mendapatkan aliran listrik. Mereka menggunakan panel surya, lilin, dan lampu minyak untuk penerangan di malam hari.