TRAGIS - Lima Saudara Kandung Meninggal Setelah Makan Ikan Pedas Asam Kurau, Ternyata Ikannya. . .

Salah satu kuburan di Pemakaman Islam Kampung Bukit Lintang, di sini, memiliki cerita sejarah yang bertolak belakang dengan situs

Penulis: Fifi Suryani | Editor: Fifi Suryani
Sinar Harian
Makmor menziarahi pusara lima kakak-kakaknya, baru-baru ini. 

TRIBUNJAMBI.COM - MELAKA - Salah satu kuburan di Pemakaman Islam di Kampung Bukit Lintang, di sini ada cerita sejarah yang bertolak belakang dengan unggahan di situs jejaring sosial baru-baru ini.

Mengikuti tanda di pemakaman yang berisi lima saudara kandung korban dari ikan kurau.  Sekaligus menjelaskan pertanyaan tentang kisah nyata di balik makam dengan 10 batu nisan tersebut.

43 tahun yang lalu kejadiannya. Masih segar dalam ingatan Makmor Kassim, 43 kisah disampaikan orangtuanya tentang saudara kandungnya meninggal setelah makan telur ikan.

ikan
Ilustrasi: gulai telur ikan kurau.

Makmor, saat ini berdomisili di Air Melaka Berhad (SAMB), adalah saudara laki-laki termuda dari kelima bersaudara yang telah meninggal tersebut.

Mengungkap insiden yang memilukan pada 1 Desember 1974, Makmor mengatakan dirinya baru berusia enam bulan saat peristiwa memilukan di Kampung Kandang itu terjadi.

Dalam insiden tersebut, dia mengatakan bahwa saudaranya saat itu, Noraini Kassim, 11, Mohd Shukur, 8, Rohana, 6, Hijrah, 4, dan Norasyikin, 3, tidak sadarkan diri hingga akhirnya meninggal setelah menikmati ikan pedas asam kurau.

Baca: 15 Kejadian Aneh Ini Pernah Ramai di Dunia Maya, Bukan Hanya Pohon Mangga Berbuah Mengkudu

ikan

Setelah kejadian tersebut, dia mengatakan bahwa ayahnya, Kassim Alauddin, dilarikan ke rumah sakit termasuk ibu mereka, Fatimah Hussein dan tiga saudara laki-laki Makmor lainnya dan beberapa saudara laki-laki dan sepupu mereka juga.

"Saya tidak begitu ingat kejadian itu karena baru berusia enam bulan, tapi dari apa yang ayah dan ibu katakan kepada kami, itu benar-benar membuat masyarakat terpukul saat itu.

"Sulit bagi kami untuk membiarkan saudara-saudara lain melupakan peristiwa ini," katanya, seraya menambahkan bahwa kisah keluarga ini tetap akan diingat olehnya.

Menurutnya, dari apa yang mereka katakan, ayah mereka membeli telur ikan untuk membuat penganan ikan.

Baca: Warga Malaysia Ditembak Mati di Kalimantan - Polisi Malaysia Sarankan Keluarga Cari Kuasa Hukum

kubur

"Ini disebabkan oleh telur ikan beracun, dan ada 11 anggota keluarga yang ikut makan, termasuk beberapa kerabat dekat yang makan telur asam pedas.

"Sayangnya, kelima saudara kandung saya meninggal setelah mereka tidak sadarkan diri meski ada yang mendapat perawatan di rumah sakit," katanya saat ditemui Sinar Harian kemarin.

Makmor berkata, meski kejadian sudah lama berlalu, tapi dia tidak pernah lupa akan peristiwa itu.

"Kejadiannya sudah sangat lama, tapi saat saya dewasa, orang desa tetap memanggil saya nama saya dengan Syukur, dan sama seperti nama almarhum,

"Saya sering menjelaskannya kepada mereka, nama saya Makmor."

Baca: Seminggu Setelah Adopsi Bayi Kembar Tiga, Dokter Beri Kabar Mengejutkan! Bagaimana Nasib Mereka?

"Sebagai kenangan akan saudara laki-laki dan perempuan saya, saya menamai anak perempuan saya yang berusia tiga tahun, Syukur. Putri saya, yang berumur satu tahun, saya memanggil Hijrah, karena saya tidak ingin nama mereka dilupakan," katanya.

Makmor menambahkan, bagaimanapun ayah dan ibunya ikhlas menerima kuasa Allah atas kejadian itu.

"Setelah ayah kehilangan lima anak, Allah menggantikan mereka dengan lima saudara lainnya yang lahir setelahnya, sebagai pengingat akan kesedihan orang tua kita," katanya.

Menurutnya, selain kelima bersaudara yang meninggal itu, tiga orang masih hidup karena tidak ada waktu kejadian, Zakaria, sekarang 55, yang merupakan kakak laki-lakinya; Rahmat, 54, dan Hamidah, 51.

Baca: MENGHARUKAN - Janda Ini Bertemu dengan Pria yang Terima Donor Wajah Suaminya yang Meninggal

Dia mengatakan setelah kejadian tersebut, Norjah, 42, Norazmah, 40, Mohd Safri, 33, Norhafizah, 32, dan Murni, 31, lahir.

"Enam saudara kita masih tinggal di Melaka termasuk saya, satu di Negeri Sembilan dan satu lagi di Singapura.

"Namun, ayah saya meninggal sekitar 15 tahun yang lalu, dan ibu sudah sakit dan sekarang berusia 76," katanya.

Sumber: Sinarharian.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved