Mal, Manusia Purba dan Kaum Milenial

Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran justru memanfaatkan ruang manusia urban itu menjadi ruang pamer manusia purba.

Penulis: Nurlailis | Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUN JAMBI/NURLAILIS
08112017_manusia purba 

Mal yang jadi magnit kaum milenial tak semata dimanfaatkan menjadi ruang pamer aneka produk kekinian. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran justru memanfaatkan ruang manusia urban itu menjadi ruang pamer manusia purba. Maka jadilah Lippo Plaza “dipenuhi” peninggalan masa silam lewat Pameran Purbakala Situs Manusia Purba Sangiran.

“Alasan kenapa di mal karena ingin mengubah paradigma. Museum bukan tempat yang sunyi sepi. Saat ini ada modernitas dan informasi di sana,” urai pemandu pameran yang juga staf Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Wiwit Hermanto di awal-awal perbincangan dengan Tribun, Rabu (8/11) sore.

Anda, yang penasaran dengan aneka peninggalan terkati manusia purba bisa datang ke Lippo Plaza. Pameran dimulai kemarin dan akan berakhir, Minggu (12/11). Sejumlah koleksi manusia purba yang dipamerkan sebagai upaya sosialisasi kepada masyarakat, untuk lebih mengenal situs manusia purba Sangiran.

Nyatanya, pameran ini menarik minat sejumlah generasi milenial. Antusiasmenya terlihat manakala mengamati replika dan membaca keterangan yang ada. Tak ketinggal berswafoto. Beberapa dari mereka berselfie di dekat rekonstruksi Homo Erectus. Selain membaca keterangan yang tersedia mereka juga menanyakan dengan petugas yang berjaga.

Situs Sangiran adalah satu di antara situs prasejarah yang penting di Indonesia. Bukti-bukti kehidupan masa lalu dari masa 2,4 juta tahun hingga 250 ribu tahun ditemukan dalam kuantitas dan kualitas yang prima. Unesco menilai bahwa Sangiran adalah satu di antara situs kunci untuk pemahaman evolusi manusia.

Wiwit mengatakan tugas BPSP Sangiran adalah menyebarluaskan informasi tentang beberapa situs manusia purba. Alasan lokasi pameran diadakan di Sumatera karena Sumatera jauh dari Sangiran. Di Sumatera terpilih lima kota yaitu Medan, Pekanbaru, Jambi, Palembang dan Bandar Lampung.

Ada banyak fosil yang dipamerkan di antaranya fosil fauna lingkungan laut, fosil fauna lingkungan rawa, fosil fauna lingkungan darat, manusia dan budaya serta patung rekonstruksi Homo Erectus.

“Dari fosil ini kita menyampaikan bahwa di Sangiran pernah ada laut, rawa dan sungai,” ungkapnya.

Pada fosil lingkungan laut, moluska yang terdiri dari gastropada dan bivavia adalah binatang yang hidup pada habitat air. Di Sangiran fauna ini ditemukan pada lapisan lempung biru formasi kalibeng berumur 2,4 hingga 1,8 juta tahun silam yang mengindikasikan lingkungan laut.

Sedangkan pada lingkungan rawa di Sangiran terekam dalam lapisan tanah dengan material lempung hitam. Lingkungan rawa merupakan lingkungan yang ideal bagi kehidupan hewan air diantaranya buaya dan kuda sungai.

Ketika lingkungan Sangiran berubah menjadi daratan, fauna vetebrata berukuran besar banyak hidup dan berkembang. Gajah, sapi, banteng, kerbau dan rusa hidup secara harmonis dengan manusia Homo Erectus. Namun beberapa hewan-hewan tersebut menjadi sasaran perburuan manusia pada saat itu.

Homo Erectus menjadi replika paling manarik pada pameran ini. Bentuknya memang dibuat menyerupai bentuk asli sehingga banyak orang yang mengabadikannya. Homo Erectus adalah hominid yang berhasil keluar dari Afrika 1,8 juta tahun silam dan mendiami pelosok-pelosok daratan di bumi. Mereka memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dingin, sedang dan panas. Jejak migrasi mereka ditemukan di Ethiopoa, Tanzania, China, India, Perancis, Spanyol, Jerman dan di Sangiran. Homo Erectus telah mengembangkan teknologi pembuat alat batu dan telah mengenal api.

“Dua kota sebelumnya, sambutan masyarakat cukup baik. Kami berharap antusias masyarakat Jambi lebih tinggi. Pemeran inipun disebarluaskan via medsos,” ucapnya.

Satu di antara pengunjung, Winda, mengatakan cukup menyenangkan berkunjung ke pameran manusia purba Sangiran ini. “Kan biasanya lihat fosil atau artefak di museum. Tapi kali ini ada di mal. Yang awalnya ga kepikiran untuk lihat jadi penasaran. Pameran ini cukup menambah wawasan juga,” tutur warga Talang Banjar ini. (nurlailis)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved