EDITORIAL
Pengawasan yang Lemah
Bagaimana bisa di Jambi tumbuh tempat hiburan yang menyediakan tari striptis? Pastinya, kalau kita tanya secara terang-terangan...
SEJAK beberapa bulan terakhir beredar isu ada sajian tari striptis di tempat hiburan di Kota Jambi, jauh sebelum kasus serupa terjadi di satu tempat family karaoke di Jawa Timur, dan kemudian viral di sosial media.
Dari penelusuran Tribun, adanya dugaan penari striptis di Kota Jambi bukanlah isapan jempol belaka. Modus dan latar belakang kasus tak jauh beda dengan kejadian yang menghebohkan jagat maya. Para pelaku rerata adalah pemandu lagu freelance, dan sama sekali tidak ada ikatan kerja dengan manajemen karaoke, tempat para penari striptis beraksi.
Bagaimana bisa di Jambi tumbuh tempat hiburan yang menyediakan tari striptis? Pastinya, kalau kita tanya secara terang-terangan ke manajemen tempat hiburan mana pun di Kota Jambi ini, tidak akan mengaku kalau menyediakan penari striptis. Memang demikian faktanya. Secara resmi, semua tempat hiburan malam di Kota Jambi tidak menyediakan penari striptis, tetapi mereka terkesan menutup mata kalau tempat hiburan mereka bisa dijadikan ajang untuk menggelar tarian striptis.
Kok bisa? Apakah tidak ada pengawasan dari pihak Satpol PP, atau aktivitas tersebut tidak tercium oleh aparat keamanan? Entahlah. Jelasnya bahwa transaksi tarian striptis ada di tempat hiburan di Kota Jambi. Dari penelusuran, selain pemandu lagu, para penari ini juga pekerja seks komersial. Mereka mempertontonkan keelokan tubuh ke pelanggan yang berujung pada transaksi seksual.
Munculnya tarian striptis ini tidak terlepas dari lemahnya pengawasan aparat hukum dan pemerintah Kota Jambi. Jangankan soal tari striptis, tempat lokalisasi berkedok panti pijat saja, sampai detik ini masih beroperasi di Kota Jambi. Bisa dipastikan ada sejumlah panti pijat di Kota Jambi yang sampai hari ini selalu luput dari razia petugas.
Fakta lainnya, untuk mencari dimana keberadaan para PSK bertarif lumayan ini tidaklah susah. Mereka begitu aman menetap di sejumlah hunian-hunian ekslusif di Kota Jambi, yang bertarif jutaan rupiah setiap bulan. Nah, lokasi hunian ini pun kerap luput, bahkan terkesan tidak tersentuh dari razia aparat.
Warga Kota Jambi tidaklah bodoh, dan bukan tidak menyadari dengan kondisi yang sangat bisa merusak moral ini, namun tidak bisa berbuat apa-apa, karena aparat pun ternyata tidak bisa juga berbuat apa-apa. (*)