Eksklusif Tribun Jambi

Kepsek Akui Ada Pungutan Tapi Bantah Sebagai Pungli

Arthur menjelaskan orangtua sepakat pihak sekolah saja yang membeli meubeler tersebut. Ia bilang di bangsal harga kursi-meja bagus Rp 300 ribu

Editor: Suang Sitanggang
TRIBUN JAMBI/ROHMAYANA
Ilustrasi - Suasana saat penerimaan peserta didik baru di sebuah SMAN di Kota Jambi. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Orangtua yang memasukkan anaknya ke SMAN 11 melalui PPDB gelombang II diminta bayar uang kursi, Rp 350 ribu per orang.

Walau merasa aneh karena diminta setor uang untuk beli kursi, tapi mereka tak berani menuntut macam macam. Ada juga keanehan lain, yakni jumlah siswa yang diterima pada PPDB jilid II mencapai 100 orang.

"Kita takut imbasnya pada anak kita nantinya. Makanya kami diam dan mengikutinya saja apa yang jadi kehendak pihak sekolah," ucap Nur, orangtua siswa.

Dirinya berharap ke depan tidak akan ada lagi pungutan semacam itu di sekolah, dan juga tak ada diskriminasi bagi anak-anak yang masuk lewat jalur lingkungan kurang mampu.

Kepala SMAN 11 Kota Jambi, Arthur mengaku beberapa hari ketika siswa baru masuk, mereka tidak mendapatkan kursi karena jumlahnya tak sesuai dengan yang disediakan pihak sekolah. Walhasil siswa pun tak mengikuti proses belajar.

"Sebenarnya kuota kita hanya 7 kelas. Namun intruksi dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi, setiap sekolah harus menampung kembali siswa dengan jalur lingkungan, makanya kita tambah 2 kelas lagi. Tapi untuk dua kelas ini kita kekurangan bangku," tuturnya.

Mengingat proses belajar terus berlangsung, Arthur pun sebelumnya melakukan komunikasi dengan sejumlah orangtua siswa untuk menyelesaikan permasalahan ini. Sekolah dan orangtua akhirnya menyepakati bahwa mereka membeli bangku sendiri untuk anaknya.

"Pakai dana BOS kan tidak boleh. Dak mungkin anak terus datang dak belajar. Makanya saya minta tolong sama orangtua siswa untuk menyumbang membeli kursi. Ini kan untuk anaknya sendiri," katanya.

Arthur menjelaskan, orangtua sepakat agar pihak sekolah saja yang membeli meubeler tersebut. Ia bilang di bangsal harga kursi dan meja yang bagus Rp 300 ribu.

Namun Arthur mengaku, sejumlah bangsal kayu tidak lagi memiliki stok kursi dan itu membuat sekolah harus menunggu. "Sekarang kita pakai kursi di ruang labor sementara," katanya.

Disinggung pungutan tersebut dikategorikan pungli, Arthur menegaskan pihaknya tak pernah melakukan pungutan liar kepada sejumlah orangtua siswa. "Tidak ada itu, kita tidak pernah melakukan pungutan liar," tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved