Kasus Penganiayaan

VIDEO: Saudara Kembar Taruna STIP Tidur di Kamar Sang Adik yang Meninggal

10 Januari 2017, merupakan cobaan yang berat bagi keluarga Amirulloh Adityas Putra, taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran

Editor: Fifi Suryani
Kompas.com/Robertus Belarminus
Kamar 205 lantai II, di Dormitory Ring 4 tempat terjadinya penganiayaan terhadap Amirulloh Adityas Putra (19) dan lima teman korban, taruna di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Rabu (11/1/2017). 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - 10 Januari 2017, merupakan cobaan yang berat bagi keluarga Amirulloh Adityas Putra, taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran ( STIP). Amirulloh yang masih berumur 19 tahun itu tewas dianiaya para seniornya di kampus tersebut.

Saat berbincang dengan Kompas.com, Minggu (16/7/2017), Amarulloh Adityas Putra, saudara kembar Amirulloh menceritakan kehidupan keluarga sepeninggal sang adik. Saat ini, Amarulloh telah mendapatkan pendidikan di STIP.

Amarulloh mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Perhubungan untuk bersekolah di STIP. Di rumah, kata Amarulloh, jarang sekali keluarga membicarakan kembali perihal kejadian yang menimpa adiknya itu.

"Cenderung sih enggak berbicara itu karena teringat lagi. Tapi kami terus mendoakan. Saya juga kalau di sini teringat lagi, keingat lagi," ujar Amarulloh.

Saat pertama kali masuk ke STIP, Amarulloh menempati kamar 107 milik adiknya. Namun, pengawas sekolah meminta Amarulloh untuk pindah kamar. Alasannya, ditakutkan kondisi psikologi Amarulloh bisa terganggu jika terus berada di bekas kamar adiknya itu.

MENTERI
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bersama Amarulloh Adtyas Putra, kakak kandung taruna STIP yang tewas Amirulloh Adityas Putra, Minggu (16/7/2017) (Kompas.com/David Oliver Purba)

Amarulloh pun mengakui bahwa saat beberapa waktu tidur di kamar itu, ada keresahan yang selalu mengganggu pikirannya.

"Tadinya saya di kamar 107, di kamar dia. Tapi kata pengawas pindah saja di sebelahnya kamar 108. Mungkin untuk dampak psikologisnya. Kata pengawas 'Kamu cari kamar yang baru, jangan diingat terus'. Saya ada perasan tidur jadi susah," ujar Amarulloh.

Amarulloh mengakui cukup sulit melupakan kejadian yang menimpa adiknya itu. Belum lagi, Amarulloh yang tumbuh bersama dengan sang adik, mengetahui cita-cita terbesarnya.

Amirulloh, kata Amarulloh, sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang perwira pelayaran. Bahkan saat kecil, kata Amarulloh, sewaktu melewati STIP, keduanya memiliki tekad bisa diterima di sekolah pelayaran itu.

"Cita-cita kami berdua sejak SMP. Dulu waktu lewat STIP, dia bilang 'sekolah gue tuh'. Saya jawab juga 'ya itu sekolah saya juga'," ujar Amarulloh.

Amarulloh mengatakan, pihak keluarga juga berharap agar pihak sekolah membuatkan sebuah monumen sebagai bentuk penghargaan kepada adiknya. Monumen itu juga sebagai pengingat bahwa tak boleh lagi ada kekerasan di lembaga pendidikan yang hingga merenggut nyawa manusia.

Selain kebaikan Amirulloh semasa hidup, seragam sekolah Amirulloh juga menjadi kenangan yang tak bisa dilupakan keluarga. Kini seragam itu tersimpan rapi di lemari sebagai kenangan dari sang adik.

Seorang taruna akademi kepolisian tewas setelah diduga dianiaya oleh seniornya.(Kompas TV)

Berita ini sudah tayang di laman Kompas.com, Senin (17/7) pukul 12,45 WIB: Saudara Kembar Taruna STIP Tidur di Kamar Sang Adik yang Meninggal

Sumber: Kompas.com
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved