Perawat Sejarah di Museum Siginjei; Selamatkan Alquran Kuno dari Sarolangun
Bekerja di museum, sejatinya adalah kerja untuk merawat sejarah. Itulah yang dilakoni Nurlaini dan juga koleganya di sana. Merawat naskah lawas dianta
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Deddy Rachmawan
Bekerja di museum, sejatinya adalah kerja untuk merawat sejarah. Itulah yang dilakoni Nurlaini dan juga koleganya di sana. Merawat naskah lawas diantara yang ia lakukan.
Di pengujung Desember lalu, Nurlaini Kasi Pengelolaan Koleksi Filologika (naskah) Museum Siginjei tengah menekuni tugasnya. Di meja kerjanya, sebuah kitab berhuruf Arab terletak di sana.
Di sampingnya, ada seperangkat alat khusus dalam pembungkus warna hitam. Sebuah kuas khusus nan lembut ia usapkan di atas kitab tersebut.
"Barang-barang memang “rongsokan”, namun perawatannya jauh lebih ekstra dan mahal dari pada barang baru." Itulah letupan pertama yang terlontar dari mulutnya ketika disambangi Tribun, baru-baru ini.
Merawat koleksi museum apalagi naskah tua, hati-hati dan teliti adalah keniscayaan.
Betapa detilnya pengurusan naskah tersebut.
Baca: Arti Penting Dua Keris Pusaka Jambi
Dikatakannya pula, dalam perawatan tersebut selain membutuhkan kejelian, kesabaran dan keuletan harus didukung dengan pemahaman yang mumpuni.
Ada satu hal yang harus ada ketika melakukan perawatan bagian naskah. Kertas Jepang. Kertas itulah yang digunakan untuk menambal bagian naskah yang rusak ataupun bolong.
Sesuai dengan namanya, kertas tersebut hanya ada di Jepang. Makanya saat melakukan perawatan untuk naskah dengan kategori tingkat kesulitan tinggi, tidak sedikit anggaran yang dikeluarkan untuk mendatangkan kertas tersebut.
Nurlaini bilang, untuk 40 lembar kertas itu dihargai Rp 8 juta
Menurutnya, naskah tertua dan terbagus yang tersimpan di sana berasal dari abad ke-16 atau 17. Naskah berupa Alquran itu ditemukan di Kabupaten Sarolangun.
Kini, benda bersejarah itu dipinjam untuk dipamerkan di Museum Tekstil Jakarta. Hal itu setidaknya menjadi pengakuan dan bukti keberhasilan tim Museum Siginjei menyelamatkan sejarah Jambi.
Ia tak menampik ada kendala dalam perawatan naskah.
Baca: Benang Emas dan Sulaman Celana Sultan Thaha
"Kita akui karena kita masih kekurangan workshop dan seminar terutama terkait masalah pemahaman perawatan tersebut," bebernya.