Petani Sawit Swadaya Belum Mendapatkan Perlindungan
Harga sawit ditingkat petani swadaya terus memprihatinkan. Saat ini, disparitas harga tandai buah segar
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Fifi Suryani
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Tommy Kurniawan
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Harga sawit ditingkat petani swadaya terus memprihatinkan. Saat ini, disparitas harga tandai buah segar (TBS) dari petani sawit swadaya dan plasma sangat mencolok. Kondisi itu juga berimbas ke pendapatan mereka, terutama di saat harga TBS anjlok.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Budidaya mengatakan, harga yang setiap pekan ditentukan bedasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 14 tahun 2013. Dalam peraturan tersebut dijelaskan tentang tandan buah segar (TBS) dari pekebun. Definisi pekebun adalah petani kelapa sawit yang bermitra dengan perusahaan perkebunan.
"Jadi harga yang ditetapkan setiap pekan adalah untuk petani sawitplasma yang bermitra. Nah kalau untuk petani swadaya belum mendapat perlindungan harga dari pemerintah," jelasnya.
Karena itu, adanya perbedaan harga antara petani sawit swadaya dengan petani plasma juga diakui pihak Disbun memang ada. Jadi di lapangan, lebih dominan harga yang ditetapkan setiap pekannya lebih tinggi dari harga beli pabrik kelapa sawit kepada hasil kebun petani swadaya.
Budidaya mengaku, beberapa faktor yang menjadi penyebab hal itu terus terjadi, diantaranya masih minimnya pembinaan yang dilakukan intansi pemerintahan. Kemudian seharusnya sejak pembangunan kebun petani swadaya sudah disandingkan dengan unit pengolahan dan juga dilakukan kemitraan.
"Apakah itu kemitraan sebatas jual beli produk, atau dalam hal pemeliharaan kebunnya. Jika sudah seperti itu, pemerintah dapat menekankan bahwa pabrik wajib membeli sawit petani sesuai dengan harga yang telah ditetapkan," jelasnya.
Faktor lain yang menyebabkan harga jual sawit petani swadaya selalu rendah adalah ada indikasi bahwa petani menggunakan bibit unggul tidak bersertifikat. Dengan artian keunggulan tersebut belum teruji.
"Karena jika sudah menggunakan bibit tidak bersertifikat, produksinya akan menurun. Pabrik inikan yang dibeli sebenarnya bukan TBS, tapi CPO atau intinya. Kemudian juga terkadang kebiasaan petani ini hanya mengambil sawit tapi biji brondolan yang jatuh tidak diambil. Padahal brondolan itu paling tinggi rendemennya," katanya.