Ternyata Ini yang Bikin Biaya Logistik di Indonesia Mahal
Salah satu teknologi untuk membangun dan mengembangkan logistik yang berbiaya murah itu berupa sistem, yang antara lain di bidang proses bisnis atau s
TRIBUNJAMBI.COM - Masih belum diterapkannya teknologi yang tepat guna dan kurangnya tenaga yang kompeten menjadikan biaya logistik di Indonesia masih mahal. “Dari hasil survei, tahun lalu biaya logistik kita masih 24 persen dari GDP (Gross Domestic Product),” ujar Abdul Rahim Tahir, CEO ARK Group Indonesia, kemarin (31/8) di Jakarta. Indonesia menargetkan agar biaya logistik menjadi kurang dari 20 persen. Idealnya, biaya logistik itu di bawah 15 persen.
Infrastruktur dan sarana transportasi sebenarnya masih jadi kendala. Namun, kata Abdul Rahim, saat ini kedua sektor itu sudah mulai dibangun, sementara teknologi dan sumber daya manusia (SDM) masih belum menjadi prioritas. Memang kenyataannya sekarang ini, banyak pelabuhan dan bandara, terutama di kawasan timur Indonesia, sudah dan tengah dibangun. Presiden Joko Widodo pun kerap meresmikan prasarana transportasi tersebut. Sarana transportasi juga, seperti armada darat, kereta api, kapal laut, dan pesawat udara, sudah banyak dan terus berkembang.
Salah satu teknologi untuk membangun dan mengembangkan logistik yang berbiaya murah itu berupa sistem, yang antara lain di bidang proses bisnis atau supply chain. Dengan mengaplikasikan sistem supply chain yang terintegrasi dan terkoordinasi, serta mengelolanya dengan baik, kata Abdul Rahim, dapat meminimalkan praktik korupsi yang seringkali terjadi karena adanya transaksi langsung. “Sistem itu yang nggak bisa diutak-atik,” ujarnya.
Untuk itulah sekarang ini ARK Group Indonesia sedang mengembangkan sistem di bidang logistik dan transportasi yang terintegrasi. “Sampai akhir tahun ini kami akan mengembangkan storage di 10 titik di Jabodetabek dan Bandung, serta kana menjadi 59 titik di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2017,” papar Abdul Rahim, yang rencananya juga akan membuka usaha pengiriman ekspres pada Desember nanti.(Reni R/Angkasa.co.id)