Bianda, Pelajar Jambi Peserta Pertukaran Pelajar ke Rusia
Seleksi ini diikuti oleh peserta diseluruh Indonesia. Ia mengakui tes tersebut bukan hal mudah. Bahkan Bianda
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Deddy Rachmawan
Bukan cuma ilmu pengetahuan dan kemampuan bahasa yang memadai untuk bisa lulus seleksi pertukaran pelajar ke luar negeri. Kesiapan mental juga mutlak diperlukan. Bianda Nathania Putri melewati semua itu. Hasilnya, ia mewakili Provinsi Jambi mengikuti pertukaran pelajar ke Rusia.
“Untuk mencapai sebuah keberhasilan tentu bukan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kerja keras dan perjuangan untuk tercapainya keinginan tersebut.” Begitu kalimat yang mengalir dari mulut Bianda mengenai capaiannya tersebut.
Barangkali sebelumnya tak terpikirkan oleh pelajar SMAN 1 Kota Jambi itu bakal menginjakkan kaki di sana. Tapi nyatanya, melalui program American Field Service (AFS) Bianda akan berada selama 10 bulan di negeri beruang merah. Tentu bukan waktu yang singkat.
"Rencanaya tanggal 22 Agustus ini sudah berangkat ke Jakarta dulu, nanti tanggal 25 nya baru berangkat menuju Moskow," kata Bianda saat ditemui di kediamannya Selasa (16/8).
Beruntung, dari Jambi Bianda tak sendiri. Ada tiga pelajar lainnya yang juga bertolak ke Rusia. Masing-masing, Hilman Gamma Maulana dan Muhammad Rizky Firdaus dari MAN Cendikia dan Khairani Liana Utari dari SMKN 1 Kota Jambi.
Jangan Lewatkan: Lagu Indonesia Raya Selesai, tapi Bendera tak Bisa Dinaikkan
Anak bungsu dari empat saudara ini mengaku sebelumnya tidak tertarik mengikuti program AFS. Penyelenggara program tersebut bermitra dengan tempat les bahasa Jerman yang ia ikuti.
"Tapi entah kenapa sehari sebelum penutupan pendaftaran pada bulan Mei tahun kemarin kami daftar, mungkin lantaran ingin coba-coba kali ya," kata gadis yang menggunakan kata ganti orang pertama jamak untuk menyebut dirinya tersebut.
Namun berawal dari coba-coba, Bianda lolos melewati semua tahapan. "Ada 100 soal tentang pengetahuan umum, 50 soal bahasa Inggris dan esai bahasa Indonesia. Kemudian tahap kedua tes kepribadian menggunakan bahasa Inggris bersama sekitar 40 siswa yang lolos, selanjutnya baru tes dinamika kelompok di tempat kami les sebelumnya," tuturnya.
Setelah lolos seleksi di Jambi, ia melanjutkan tes online. Seleksi ini diikuti oleh peserta diseluruh Indonesia. Ia mengakui tes tersebut bukan hal mudah. Bahkan Bianda kerap bergadang untuk mengisi soal. Walhasil, berat badanya turun hingga dua kilogram.
Tapi begitu ia lulus, ada ganjalan yang bisa membatalkan keberangkatannya. "Papa sempat gak beri izin. Ya maklumlah, apa lagi kami anak bungsu perempuan. Pergi ke Rusia selama 10 bulan sendirian tentu papa khawatir," ujar anak anggota DPRD Provinsi Jambi, Effendi Hatta tersebut sambil melirik ayahnya.
Penjelasan pihak penyelenggara serta bujukan dari sang istri membuat Effendi Hatta luluh. "Dia kasih kabar ketika sudah lolos ketahap ketiga, saat iu saya memang melarangnya berangkat," kata politisi ini.
Setelah melihat jangka panjang dari kegiatan itu, akhirnya Effendi memberikan izin. Ia bahkan sudah berhitung, bulan puasa tahun depan buah hatinya itu tidak akan berpuasa bersama mereka.
"Saya melihat alumni yang pernah ikut program ini kebanyakan bisa mudah masuk ke perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia ataupun sekelas UGM, karena ada rekomendasi dari kegiatan acara itu. Untuk masa depan anak lebih terarah tentu saya mendukung," ucapnya.
Keberangkatan Bianda tinggal menghitung hari. Di usianya yang masih 17 tahun, Bianda mengukuhkan tekadnya untuk menjalani pendidikan di Rusia.
"Sedih ya pastilah, tapi masih bisa komunikasi melalui video call," katanya.
Di Rusia, ia akan tinggal bersama keluarga baru. "Tapi saya sudah tahu dimana saya tinggal dan keluarganya siapa. Saya sempat chatting juga dengan calon keluarga baru saya di sana. Ya memang agak sulit memahami bahasa Rusia, apa lagi bahasa Inggris mereka juga tidak begitu menguasai," katanya.
Sebagai bekal, Bianda mengikuti les bahasa Rusia. Mentornya seorang alumnus yang pernah mengikuti pertukaran pelajar di Rusia. "Bisalah sedikit memahami bahasa Rusia," senyumnya.
Ketika ditanya apa saja persiapan sebelum berangkat, Bianda malah terfokus dengan keinginanya untuk membeli mi instan. "Di sana jual mi instan tidak ada, makanya mau beli dululah sebelum berangkat," ujarnya.
Bianda mengaku pihak sekolahnya sendiri telah memutuskan agar dirinya diberikan cuti selama satu tahun. "Ibaratnya kami sekolah selama empat tahun, karena setahun cuti, habis pulang dari Rusia kami belajar ulang di kelas tiga," katanya.
"Yang terpikirkan juga waktu puasa, di sana jalani puasa 18 jam, beda enam jam dengan Indonesia," kata Bianda sambil tersenyum lagi.
Menurutnya pertukaran pelajar ini sangat membantu untuk bertukar pikiran serta memahami budaya satu sama lain. "Kita akan menemui orang dengan prilaku hidup dan budaya yang berbeda. Kemudian ada banyak pelajaran berharga yang tidak kita dapatkan di Indonesia," tuturnya.
Dengan adanya pertukaran pelajar ini, ia pun dituntut bagaimana memahami secara luas budaya di Indonesia khususnya di Provinsi Jambi yang nantinya akan dipromosikan di sana.
"Sudah banyak alumni yang mengikuti pertukaran pelajar, seperti pak Anies Baswedan. Kami ingin pendidikan yang saya jalani selama ini tidak sia-sia dan harus membahagiakan orangtua," katanya. (tommy kurniawan)
